Senin, 19 Desember 2016

PERGESERAN


بسم الله الر حما ن الر حيم

Selagi manusia tidak mau memutuskan perkara berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah, mereka percaya bahwa keduanya belum cukup.  Lalu mereka lebih suka mengacu pada pendapat (manusia), Qiyas, dan perkataan para Syaikh, berarti itu merupakan tanda adanya kerusakan pada fitrah mereka, kezhaliman di dalam hati, kekeruhan dalam pemahaman, ketidak-beresan dalam akalDan semua itu membuat mereka buta.  Sehingga yang kecil dianggap penting dan yang Agung dianggap remeh.  Mereka tidak melihat yang demikian itu sebagai Kemungkaran.  Lalu ada kekuasaan lain yang menyusup, berupa Bid'ah yang menggantikan kedudukan As-Sunnah.  Nafsu yang menggantikan kedudukan Akal dan Petunjuk.  Kesesatan yang menggantikan Hidayah.  Kemungkaran yang menggantikan Kema'rufan.  Kebodohan yang menggantikan Ilmu.  Riya' yang menggantikan Ikhlas.  Kebathilan yang menggantikan Kebenaran.  Dusta yang menggantikan Kejujuran.  Kezhaliman yang menggantikan Keadilan.  Lalu semua ini menjadi suatu Kekuasaan yang menguasai diri para pelakunya.  Padahal dulunya mereka tidak begitu.  

(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah.  Dalam kitab  Fawaa'idul  Fawaa'id / Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu).

Renungan;
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang beriman, Kami biarkan dia bergelimang dalam kesesatan yang telah dikuasainya, dan Kami masukkan dia kedalam Jahannam, dan Jahannam itulah seburuk-buruk tempat kembali."  
(QS. An-Nisaa'; 115)

"Dan begitu pula Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka, seakan-akan mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." 
(QS. Al-An'am; 110)

(Baca juga artikel, APA ITU FITRAH?, dan KEIKHLASAN ITU TIDAK BERDASARKAN AKAL-AKAL MANUSIA)
 
                               oOo