بسم الله الر حمان الر حيم
Firman Alah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta
kalian, dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka
mereka itulah orang-orang yang rugi.”
(QS. Al-Munafiqun; 9)
Artinya, mengingat
Allah secara terus-menerus merupakan sebab tumbuhnya cinta yang juga
terus-menerus. Banyak mengingat Allah
merupakan tindakan yang paling bermanfaat bagi hamba, sebab Allah-lah
Yang paling berhak untuk dicintai, disembah dan diagungkan dengan
sepenuhnya. Sementara musuh Allah paling
berhak menghalangi manusia untuk mengingat dan menyembah-Nya.
Karena itulah Allah menyampaikan perintah di dalam Al-Qur’an,
agar banyak mengingat-Nya, dan Dia juga menjadikan perbuatan ini sebagai
sebab keberuntungan;
“Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kalian
beruntung.”
(QS. Al-Jumu’ah; 10), dan
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan
menyebut Nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
(QS. Al-Ahzab; 41).
Makna dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Al-Mufarridun telah berlalu.”
Para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah Al-Mufarridun
itu?”
Beliau menjawab, “Orang-orang yang banyak berdzikir kepada
Allah.”
Di dalam riwayat At-Tirmidzi, dari Abud-Darda, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam (artinya),
“’Maukah jika aku tunjukkan kepada kalian amal kalian
yang lebih baik dan lebih bersih di sisi Raja kalian, lebih tinggi bagi derajat
kalian, lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas atau uang, dan lebih
baik bagi kalian daripada berhadapan dengan musuh lalu kalian memenggal leher
mereka, dan mereka memenggal leher kalian?’
Mereka menjawab, ‘Baiklah wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Dzikrullah.’”
Disebutkan dalam Al-Muwaththa’, hadits ini mauquf
pada Abud-Darda.
Mu’adz bin Jabbal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidak
ada amal yang dilakukan anak Adam yang lebih dapat menyelamatkannya dari siksa
Allah selain dari mengingat Allah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam biasa menyusuli
dzikir dengan dzikir berikutnya. Dengan
perkataan lain, keberlangsungan dzikir merupakan sebab keberlangsungan
cinta.
Dzikir bagi hati laksana air bagi tanaman, atau bahkan
laksana air bagi ikan, dimana ia tidak akan dapat bertahan hidup kecuali dengan air.
Dzikir itu sendiri bermacam-macam;
1. 1. Menyebut Asma dan
Sifat-Sifat-Nya, atau dengan memuji-Nya.
2. 2. Mengucapkan tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah),
tahlil (Laa ilaha illallah), dan tamjid (Allahuakbar, dan semua keAgungan yang dikaitkan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala; al-majdulillah, pen.). Inilah lafadz dzikir
yang lebih sering digunakan menurut pendapat para ‘ulama mutaakhirin.
3. 3. Mengingat Allah
dengan mengingat Hukum, Perintah, dan Larangan-larangan-Nya. Ini merupakan dzikirnya orang-orang yang
berilmu.
Bahkan ketiga macam dzikir ini merupakan dzikir mereka kepada Allah.
4. 4. Dzikir yang paling utama, ialah
dengan mengingat Kalam-Nya (Perkataan-Nya), sebagai mana makna firman-Nya,
“Dan barangsiapa berpaling dari
mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunnya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS. Thaha; 124)
Dzikir yang dimaksudkan disini ialah Kalam
yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya,
“Orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’ad; 28)
5. 5. Termasuk juga dzikir ialah,
dengan cara berdo’a, memohon ampunan dan tunduk kepada-Nya.
Inilah 5 (lima) macam dzikir.
oOo
(Disalin dari kitab “Tafsir Ibnu Qayyim”,
Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar