Selasa, 31 Juli 2018

AL-FATIHAH SEBAGAI PENYEMBUH PENYAKIT HATI DAN BADAN


بسم الله الر حمان الر حيم


Cakupan surat Al-Fatihah terhadap kesembuhan penyakit-penyakit hati merupakan cakupan yang paling sempurna.  Sementara, inti dari penyakit hati dan penderitaannya terfokus pada dua pokok persoalan;    
1. Kerusakan Ilmu.
2. Kerusakan Maksud dan Tujuan.

Penyakit ini (Kerusakan Ilmu dan Tujuan) disusul oleh dua penyakit yang mematikan, yaitu Kesesatan dan Amarah.  Kesesatan merupakan akibat dari kerusakan Ilmu, dan amarah merupakan akibat dari kerusakan Maksud (Tujuan).  Kedua penyakit tersebut merupakan induk dari semua penyakit-penyakit hati.
Petunjuk  Ash-Shirath Al-Mustaqim (jalan yang lurus) menjamin kesembuhan dari segala penyakit Kesesatan.  Oleh karena itu, memohon petunjuk ini merupakan do’a yang paling wajib untuk dipanjatkan oleh setiap hamba, dan harus dilakukan setiap saat, siang dan malam, pada setiap shalat yang mereka lakukan, mengingat urgensi dan kebutuhannya terhadap petunjuk yang memang harus selalu dicarinya.  Tidak ada yang bisa menggantikan kedudukan permohonan ini.
Mewujudkan Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan) dari sisi Ilmu, Ma’rifat, Amal dan Keadaan menjamin kesembuhan dari penyakit kerusakan hati dan maksud.  Kerusakan maksud  berkaitan dengan tujuan dan sarana.  Barangsiapa yang mencari tujuan “yang terputus”, lemah dan fana (Duniawi), menggapainya dengan berbagai sarana yang mengantarkan kepadanya, maka masing-masing dari dua jenis maksud itu (tujuan dan sarana) sama-sama rusak.  Inilah keadaan orang-orang yang maksudnya adalah selain Allah - dan menyembahnya, dari kalangan orang-orang musyrik dan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, yaitu mereka yang tidak mempunyai maksud selain itu.  Juga termasuk dari golongan ini adalah, para penguasa dan pemimpin yang menjadi panutan - yang menegakkan kekuasaannya dengan cara apa pun, baik benar ataupun bathil.  Jika datang kebenaran yang menghadang jalan kekuasaannya, maka dia melindasnya dan menendang dengan kedua kakinya.  Jika mereka tidak mampu melakukannya, maka mereka mengenyahkannya seperti binatang jalang yang suka menerkam.  Jika mereka tidak mampu melakukannya, maka mereka menahannya di tengah jalan lalu meniti jalan lain.  Mereka selalu siap untuk mengenyahkan kebenaran itu menurut kesanggupannya.
(Baca artikel, KESAMAAN ANTARA MANUSIA DENGAN BINATANG)
Jika tidak ada lagi kesanggupan itu, mereka siap menyodorkan uang kepadanya dan kesempatan untuk berpidato[*], mereka menjauhkannya dari hukum dan penerapannya.
Jika datang kebenaran yang mendukung mereka, maka seketika itu juga mereka melompat ke arahnya dan mendatanginya dengan patuh, bukan karena kebenaran itu merupakan kebenaran (tunduk pada kebenaran, pen blog), melainkan karena kesesuaian maksud dan hawa nafsu mereka dengan kebenaran itu.  Sebagaimana firman Allah (artinya),
“Dan, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.  Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh.  Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) di dalam hati mereka ada penyakit, atau karena mereka ragu-ragu, ataukah takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya berlaku zhalim kepada mereka?  Sebenarnya mereka itulah orang-orang yang zhalim.”  
(QS. An-Nur;  48-50)
Dengan perkataan lain, maksud mereka itu rusak, baik tujuan maupun sarananya.  Jika tujuan yang mereka cari itu gagal, melemah dan bahkan berakhir, berarti mereka hanya mendapatkan kerugian yang amat besar.  Mereka adalah orang-orang yang amat menyesal dan merugi – jika yang benar menjadi benar dan yang bathil menjadi bathil, jika faktor-faktor yang menunjang pencapaiaan tujuan terputus, dan mereka pun yakin akan ketinggalan dari prosesi keberuntungan dan kebahagiaan.  Yang demikian ini seringkali terjadi di dunia.  Yang tampak lebih jelas pada diri orang yang menempuh jalan tersebut, dan ketika menghadap Allah.  Kedatangan dan kehadirannya di Alam Barzakh (nanti) akan menjadi lebih keras lagi.   Semuanya akan terungkap pada Hari Kiamat, karena semua hakikat akan tersibak.  Saat itulah orang-orang yang benar akan beruntung, dan orang-orang yang bathil akan merugi.  Saat itulah mereka baru benar-benar menyadari bahwa ternyata mereka adalah para pendusta, mereka adalah orang-orang yang tertipu dan terkecoh.  Tetapi orang-orang yang baru mengetahuinya pada saat itu – tidak lagi dapat terbantu oleh ilmunya, begitu pula oleh keyakinannya.
Demikian pula keadaan orang yang mencari tujuan tertinggi dan puncak objek pencarian, tetapi dia tidak dapat mencapainya dengan sarana yang (seharusnya) mengantarkannya kepada tujuan itu, tetapi dia menggunakan sarana yang dikiranya dapat mengantarkan dirinya.  Ini juga termasuk pemutus tujuan yang paling besar.  Keadaannya tidak berbeda jauh dengan keadaan sebelumnya. Tujuan keduanya sama-sama rusak.  Tidak ada kesembuhan dari penyakit ini kecuali dengan obat iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.
Komposisi obat ini ada enam macam;
1.     1. Beribadah kepada Allah semata, dan bukan kepada selain-Nya.
2.     2. Dengan perintah dan Syari’at-Nya (sesuai petunjuk Rasul-Nya, pen.)
3.     3. Bukan dengan Hawa Nafsu (Bid’ah, pen.)
4.     4. Bukan dengan pendapat, konsep, gambaran, dan pemikiran manusia.
5.     5. Memohon pertolongan untuk beribadah kepada-Nya (Dengan apa-apa yang diridhai dan dicintai-Nya, pen).
6.     6. Bukan dengan diri hamba, kekuatan dan keadaannya, bukan pula dengan selain-Nya (Perwujudan dari dzikir “Laa haulaa wa laa quwwata ilaa billah”, Tiada daya dan upaya manusia melainkan hanya dengan pertolongan Allah, pen.)
Inilah partikel-partikel iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.  Jika seorang dokter yang peka dan bisa mendeteksi jenis penyakit ini, kemudian meramu obatnya dan menyerahkan kepada pasien, tentu dia akan sembuh total.  Kalaupun tidak sembuh total, berarti ada salah satu atau lebih dari komposisi obatnya yang tertinggal.
Hati manusia bisa terjangkiti dua macam penyakit ganas, yang jika keduanya tidak terdeteksi dari awal, tentu lama-kelamaan akan melemparkan orang tersebut pada kebinasaan, dan itu pasti terjadi.  Kedua penyakit ganas tersebut adalah Riya dan Takabur.  Adapun obat Riya adalah Iyyaaka na’budu, dan obat Takabur ialah iyyaaka nasta’iin
Seringkali saya (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah) mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, Iyyaaka na’budu menghilangkan Riya, dan iyyaaka nasta’iin menghilangkan Takabur.”
Jika seseorang bisa disembuhkan dari penyakit Riya dengan “Iyyaaka na’budu”, dan dari penyakit Takabur dan Ujub dengan “wa iyyaaka nasta’iin”, dan dari penyakit Kesesatan dan Kebodohan dengan “Ihdinaa ash-shiraath al-mustaqiim, berarti dia sembuh dari segala penyakit hati dan penderitannya, dia akan berada pada keadaan “Pahala Afiat”, mendapatkan kenikmatan yang sempurna, dan dia termasuk orang-orang yang dianugerahi nikmat, dan bukan termasuk orang-orang yang dimurkai – yaitu orang-orang yang tujuannya rusak, yang mengetahui kebenaran namun ia menyimpang darinya.  Serta orang-orang yang sesat, yaitu mereka yang ilmunya rusak, yang tidak mengetahui kebenaran dan tidak mengenalnya.
(Baca artikel tentang, NIKMAT)
Sudah selayaknya jika satu surat yang mencakup dua kesembuhan ini mampu menyembuhkan setiap penyakit (hati).  Karena itu, ketika Al-Fatihah mencakup kesembuhan ini (dua macam kesembuhan penyakit besar), maka ia lebih layak untuk menyembuhkan penyakit yang lebih ringan (penyakit badan).
Tidak ada sesuatu yang yang lebih mampu menyembuhkan penyakit-penyakit hati daripada memikirkan Allah (dzikir) dan Kalam-Nya, memahami tentang Allah dengan pemahaman yang khusus (benar) – selain dari memahami makna-makna surat ini (Al-fatihah).

oOo

[*] Yang dimaksud Pengarang adalah para Khulafa' (Pemimpin) pada zamannya yang tidak memegang Khilafah (Pemerintahan) kecuali gambar ("bayangan").  Sedangkan pelaksanaan Hukum dalam berbagai urusan berada di tangan selain mereka.

(Disadur dari kitab  “Tafsir Ibnu Qayyim”, Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar