"Ta’atlah kepada pemimpin, jangan demo", apalagi memberontak, menjelek-jelekkan, mengumbar ‘aib, menghinakan pemimpin di depan umum / khalayak ramai. Karena perbuatan tersebut adalah perbuatan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Begitu Sempurna dan Mulianya
ajaran Islam yang telah diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kita. Janganlah kita rusak dengan perbuatan-perbuatan
yang akan “mencoreng” Kemuliaan dan Keagungan Syari’at Islam."
Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda melalui sebuah hadits shahih (yang artinya),
“Barang siapa yang menghinakan Sulthan (yang dijadikan Pemimpin oleh) Allah di
muka bumi, maka Allah akan menghinakannya...” (HR. At-Tirmidzi)
“Aku wasiatkan agar senantiasa bertaqwa kepada Allah serta
mendengar dan ta’at kepada Pemimpin (Negara) meskipun pemimpin tersebut seorang
budak dari Habasyah.” (HR. Abu Daud dan
At-Tirmidzi).
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Akan ada setelahku para pemimpin / penguasa yang menjalankan petunjuk bukan dengan petunjukku, dan menjalankan sunnah namun bukan dengan sunnahku. Dan, akan ada diantara mereka orang-orang yang memiliki hati laksana hati syaithan yang bersemayam di dalam raga manusia." Maka Hudzaifah pun bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan bila aku menjumpainya?" Beliau menjawab, "Engkau harus tetap mendengarkan dan ta'at terhadap Pemimpin tersebut, meskipun punggungmu harus dipukul dan hartamu diambil. Tetaplah mendengar dan ta'at." (HR. Muslim)
Dari 'Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullahu Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Akan muncul para penguasa yang kalian mengenali mereka namun kalian mengingkari kekeliruan mereka. Barangsiapa yang mengetahuinya, maka harus berlepas diri dari kemungkaran tersebut. Dan barangsiapa yang mengingkarinya, maka dia akan selamat. Akan tetapi yang berdosa adalah orang yang meridhainya dan tetap mengikuti kekeliruannya." Para Sahabat bertanya, "Apakah tidak sebaiknya kami memeranginya?" Maka Beliau menjawab, "Jangan, selama mereka masih menjalankan shalat." (HR. Muslim).
Adalah Imam Ahmad rahimahullah, Imamnya para 'Ulama Ahlul Hadits. Beliau rela dipenjara dan punggung Beliau dicambuk hingga terluka oleh pemerintah yang berkuasa pada waktu itu, demi mempertahankan aqidah Beliau yang lurus, bahwa Alqur'an adalah Kalamullah bukan makhluk. Padahal, seandainya Beliau mau jutaan pendukung Beliau pada waktu itu siap untuk memberontak / memprotes Pemerintah. Hingga pada saat rantai yang membelenggu kaki Beliau dilepaskan Beliau berkata, "Seandainya mereka membiarkan kami tanpa belenggu, niscaya kami tidak akan keluar (lari dari penjara ini, pen blog) kecuali atas perintah mereka." (Baca juga artikel tentang, HARAMNYA DEMO, MEMPROVOKASI MASA DAN MEMBERONTAK TERHADAP PEMERINTAH MUSLIM)
Berkata Al-'Allaamah Abdullatif bin Abdirrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh rahimahullah, "Maka mematuhi Pemerintah dan tidak memerangi mereka merupakan Prinsip Thariqah (jalan) Ahlussunnah wal Jama'ah, dan inilah Pasal Kontroversi antara Ahlussunnah dengan Khawarij dan Syi'ah Rafidhah (dua manhaj yang menyimpang, pen blog)." ("Adduraru Assahiyah" 9/92).
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Akan ada setelahku para pemimpin / penguasa yang menjalankan petunjuk bukan dengan petunjukku, dan menjalankan sunnah namun bukan dengan sunnahku. Dan, akan ada diantara mereka orang-orang yang memiliki hati laksana hati syaithan yang bersemayam di dalam raga manusia." Maka Hudzaifah pun bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan bila aku menjumpainya?" Beliau menjawab, "Engkau harus tetap mendengarkan dan ta'at terhadap Pemimpin tersebut, meskipun punggungmu harus dipukul dan hartamu diambil. Tetaplah mendengar dan ta'at." (HR. Muslim)
Dari 'Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullahu Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Akan muncul para penguasa yang kalian mengenali mereka namun kalian mengingkari kekeliruan mereka. Barangsiapa yang mengetahuinya, maka harus berlepas diri dari kemungkaran tersebut. Dan barangsiapa yang mengingkarinya, maka dia akan selamat. Akan tetapi yang berdosa adalah orang yang meridhainya dan tetap mengikuti kekeliruannya." Para Sahabat bertanya, "Apakah tidak sebaiknya kami memeranginya?" Maka Beliau menjawab, "Jangan, selama mereka masih menjalankan shalat." (HR. Muslim).
Adalah Imam Ahmad rahimahullah, Imamnya para 'Ulama Ahlul Hadits. Beliau rela dipenjara dan punggung Beliau dicambuk hingga terluka oleh pemerintah yang berkuasa pada waktu itu, demi mempertahankan aqidah Beliau yang lurus, bahwa Alqur'an adalah Kalamullah bukan makhluk. Padahal, seandainya Beliau mau jutaan pendukung Beliau pada waktu itu siap untuk memberontak / memprotes Pemerintah. Hingga pada saat rantai yang membelenggu kaki Beliau dilepaskan Beliau berkata, "Seandainya mereka membiarkan kami tanpa belenggu, niscaya kami tidak akan keluar (lari dari penjara ini, pen blog) kecuali atas perintah mereka." (Baca juga artikel tentang, HARAMNYA DEMO, MEMPROVOKASI MASA DAN MEMBERONTAK TERHADAP PEMERINTAH MUSLIM)
Berkata Al-'Allaamah Abdullatif bin Abdirrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh rahimahullah, "Maka mematuhi Pemerintah dan tidak memerangi mereka merupakan Prinsip Thariqah (jalan) Ahlussunnah wal Jama'ah, dan inilah Pasal Kontroversi antara Ahlussunnah dengan Khawarij dan Syi'ah Rafidhah (dua manhaj yang menyimpang, pen blog)." ("Adduraru Assahiyah" 9/92).
Renungan;
- · “Hai orang-orang yang beriman , ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri (Pemimpin) di antara kamu.” (An-Nisa; 59)
- · “Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, maka janganlah dia menampakkannya secara terang-terangan / di muka umum, akan tetapi hendaklah dia memegang tangannya (menyendiri bersamanya) dan menasihatinya secara sembunyi-sembunyi. Apabila dia menerima nasihatnya maka itulah yang diharapkan, dan apabila tidak mau maka sesungguhnya dia telah menunaikan kewajiban dirinya.” (HR. Ahmad)
oOo