بسم الله الر حمان الر حيم
“Sesungguhnya Allah
menutup pintu taubat bagi pelaku segala macam bid’ah.” (“Silsilah
Al-Hadits Ash-Shahihah”, Syaikh
Al-Albani rahimahullah, 4/154, No.
1620).
Sebenarnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa apapun yang pernah diperbuat oleh manusia, dan menerima taubat orang-orang yang mau bertaubat, jika mereka bersungguh-sungguh melepaskan diri dari dosa yang pernah diperbuat. Mereka menyesali perbuatan tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Demikianlah makna yang terkandung pada ayat berikut;
"Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa-dosa. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. Az-Zumar; 53), dan
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, dan menganiaya diri mereka sendiri, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, dan menganiaya diri mereka sendiri, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(QS. An-Nisa’: 110).
"Namun permasalahannya adalah, para pembuat dan pelaku
bid’ah tersebut tidak menyadari, bahwa mereka telah menciptakan dan mengamalkan
sesuatu yang tidak disyari’atkan Allah dan Rasul-Nya, dan mereka terlena
dengan keburukan amal-amal tersebut, dan menyangka perbuatan itu
adalah suatu kebaikan. Mereka tidak akan bertaubat selagi meyakini
bahwa apa yang mereka perbuat itu adalah suatu kebaikan. Sedangkan
permulaan taubat adalah, mengetahui bahwa perbuatan itu jelek yang menuntutnya
untuk bertaubat. Maka, sepanjang
seseorang merasa bahwa perbuatannya baik , sedangkan kenyataannya betul-betul
sebuah kejelekan, dia tidak akan mau bertaubat."
("Majmu’ Fatawa" Ibnu Taimiyah).
Bekata Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, “Bid’ah lebih dicintai Iblis daripada maksiat (dosa-dosa besar lainnya), karena pada maksiat dimungkinkan terjadinya taubat
sedangkan pada dosa bid’ah tidak.”
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah
menempatkan dosa bid’ah pada tingkatan kedua setelah syirik, dan berada di atas
dosa-dosa besar lainnya.
(Baca juga artikel tentang; TUDINGAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA TERHADAP AHLUL BID'AH, dan TUDINGAN 'ULAMA AHLUSSUNNAH TERHADAP AHLUL BID'AH (1) - (5))
(Baca juga artikel tentang; TUDINGAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA TERHADAP AHLUL BID'AH, dan TUDINGAN 'ULAMA AHLUSSUNNAH TERHADAP AHLUL BID'AH (1) - (5))
Renungan;
- Ø Berkata seorang ‘Ulama, “Barangsiapa yang selamat dari bid’ah, maka Allah benar-benar telah menyelamatkan keIslamannya dan memberinya hidayah. Namun barangsiapa yang terkena satu bid’ah saja, berarti dia benar-benar telah menyimpang dari Islam dan tersesat dari jalan keselamatan.”
- Ø Berkata ‘Ulama lainnya, “Yang aku takutkan dari sebuah maksiat bukan hanya dosa dari maksiat tersebut. Tetapi yang lebih aku takutkan adalah, maksiat tersebut mengundang maksiat-maksiat lainnya.” (Satu perbuatan bid'ah akan mengundang perbuatan bid’ah lainnya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasi seseorang sesuai dengan amal yang dilakukan), (pen blog).
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar