“Apabila engkau tidak
lagi memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesukamu” (Makna Al-Hadits)
A.
DEFINISI
DEFINISI
Malu
adalah sebuah akhlak yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang baik, dan
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk.
B.
KEUTAMAAN MALU
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
“Malu itu adalah salah satu cabang dari cabang-cabang Iman”.
“Malu itu adalah salah satu cabang dari cabang-cabang Iman”.
“Malu
itu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan”.
“Sesungguhnya
setiap Agama mempunyai akhlak, dan akhlak Agama Islam adalah Sifat Malu”.
“Sesungguhnya
dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama
ialah, jika engkau tidak punya rasa malu berbuatlah sesuka hatimu”.
C.
PEMBAGIAN
MALU
Sifat malu itu terbagi menjadi Tiga Bagian,
yaitu;
1.
Malu
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, diwujudkan
dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
2. Malu
kepada diri sendiri, yaitu bila engkau
tidak rela dirimu berada dalam martabat yang rendah. Sifat malu ini hanya dimiliki oleh
orang-orang yang mempunyai jiwa yang besar dan memiliki rasa malu yang tinggi.
3. Malu kepada manusia, dengan meninggalkan
/ menghindari perbuatan buruk dihadapan mereka.
D.
TANDA-TANDA SEDIKITNYA RASA MALU PADA DIRI
SESEORANG
Sifat Malu memang mempunyai kedudukan yang
tinggi dalam Islam. Hanya saja di sana
ada perbuatan-perbuatan yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang
menunjukkan sedikitnya rasa malu pada
diri seseorang. Di bawah ini
beberapa contoh perbuatan tersebut agar seorang Muslim dapat mewaspadainya dan
dapat mengingatkan yang lainnya.
Diantara perbuatan-perbuatan tersebut adalah;
1. Bangga melakukan kemaksiatan secara
terang-terangan (melakukan hal-hal yang terlarang dalam Agama Islam, mis. Bermain-main dengan Syari'at Allah Subhanahu wa Ta'ala, pen.)
2.
Banyak berdalih, berdebat, mencela dan mencaci
maki orang lain.
3.
Durhaka kepada orang tua.
4.
Merokok, khususnya di tempat-tempat umum.
5.
Kurang sopan terhadap Pendidik, Pemerintah,
Guru dan Orang yang lebih tua.
6.
Berkata jorok, dan menonjolkan aurat.
7.
Suka mengulur-ngulur hutang.
8.
Mengeraskan suara dengan lagu-lagu.
9.
Ber-tabarruj
(bagi wanita).
10.
Meniru-niru orang kafir dalam bermajelis (mis. Demo, pergaulan bebas, atau yang lainnya).
11.
Bersenda gurau dengan hal-hal yang tidak senonoh.
12.
Sering
bertengkar.
13.
Wanita yang pergi sendirian ke pasar tanpa mahram,
bercakap-cakap (mengobrol) dengan para penjual dan berdesak-desakan dengan kaum
lelaki.
14.
Mencorat-coret tembok dengan kata-kata yang kotor.
15.
Tidak merapikan diri, selalu berpakain yang
kusut, suka menampakkan auratnya dan telanjang.
E.
TIPS
MENDAPATKAN RASA MALU
1. Selalu merasa diawasi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2.
Melihat dan memperhatikan kenikmatan Allah yang
telah dianugerahkan kepadanya.
3.
Selalu mengingat dampak positip dari sifat malu
tersebut, dan juga sebaliknya.
4. Bergaul dengan orang-orang yang mempunyai
sifat malu, dan menjauhi orang-orang yang tidak memiliki rasa malu.
5. Senantiasa memerangi hawa nafsunya dan
melatihnya agar dapat memiliki rasa malu.
6. Menguatkan keimanan yang ada dalam dirinya.
7. Senantiasa menjaga shalatnya.
8. Membaca
Al-Qur’an dengan tadabbur (merenungkannya), sesungguhnya
itu akan menunjukkannya kepada yang lebih lurus, termasuk sifat malu.
9.
Berusaha untuk jujur, karena itu akan mengajak
kepada kebaikan, sedangkan malu itu termasuk suatu kebaikan. Dan berusaha menjauhi perbuatan dusta, karena
ia akan mengajak kepada perbuatan fajir (buruk).
10. Berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Dia berkenan menjadikan engkau termasuk
orang-orang yang memiliki rasa malu.
11. Senantiasa mengingat sifat malu yang
dimiliki oleh Para Nabi dan para Sahabatnya radhiyallahu
‘anhuma.
12. Menyebarkan ruh sifat malu tersebut di
tengah-tengah masyarakat.
13. Berupaya keras menghilangkan hal-hal yang
dapat menafikan / menghilangkan sifat malu tersebut.
14. Mendidik
anak agar terbiasa mempunyai sifat malu.
15. Menasihati
antar sesama manusia.
oOo
(Disadur dari kitab “Ringkasan Tema-Tema Islam Sehari-hari”, Syaikh Muhammad bin Ibrahim
Al-Hamd, Terj. Nur Qamari, Elba, 2008.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar