Senin, 09 Oktober 2017

Biografi Syaikh Prof. Dr. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali

Al-Mujaddid, Al-'Allaamah Prof. Dr. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali Hafizhahullah


بسم الله الر مان الر حيم


Salah satu cabang disiplin Ilmu yang paling langka dan relatip lebih sulit untuk dipahami, sejak dari zaman para Sahabat Radhiyallahu 'Anhuma dahulu hingga kini, adalah Ilmu tentang JARH wa TA'DIL (Kritikan dan Pujian).  Karena, disamping membutuhkan Ilmu-Pengetahuan yang luas dan mendalam dari berbagai cabang disiplin Ilmu Syari'at Islam, juga dibutuhkan ketelitian yang tinggi dan penguasaan permasalahan, sehingga diakui kapabilitasnya serta mendapat dukungan penuh dari para 'ulama lain yang juga ahli dibidang mereka masing-masing. Karena dengan  Ilmu JARH wa TA'DIL inilah Para 'Ulama yang mumpuni dan ahli dibidang itu menjaga kemurnian Syari'at Islam dari segala macam bentuk penyimpangan / kesesatan, secara utuh dan menyeluruh.  Baik yang terselubung, maupun yang tampak dengan jelas.
(Baca juga artikel tentang "MANHAJ")

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas;
DR. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali
EraEra modern
AliranAhlussunnah (Sunni)
Syaikh DR. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali (Arab: الشيخ ربيع بن هادي المدخلي) adalah seorang ulama hadits masa kini yang cukup berpengaruh. Dilahirkan pada tahun 1932 di desa al-Jaradiyah, sebuah desa kecil di sebelah barat kota Shamithah, Arab Saudi. Syaikh Rabi' adalah guru besar ilmu hadits di Universitas Islam Madinah. Terkenal dengan julukan "Pembawa Bendera Jarh wa Ta'dil", meskipun Beliau sendiri tidak suka dengan julukan ini.

Perkembangan Ilmiyah

Ketika Syaikh Rabi' berusia delapan tahun, ia masuk sekolah yang ada di desanya. Di sekolah tersebut ia belajar membaca dan menulis. Termasuk guru yang membimbing dia dalam belajar menulis adalah Syaikh Syaiban al-'Uraisyi, al-Qadli Ahmad bin Muhammad Jabir Al-Madkhali, dan dari seseorang yang bernama Muhammad bin Husain Makki yang berasal dari kota Shibya'. Syaikh Rabi' mempelajari Al-Qur'an di bawah bimbingan Syaikh Muhammad bin Muhammad Jabir Al-Madkhali disamping belajar ilmu tauhid dan tajwid.
Setelah lulus, Beliau melanjutkan studi ke Madrasah as-Salafiyyah di kota Shamithah. Termasuk guru Syaikh Rabi' di madrasah tersebut adalah Syaikh al-'Alim al-Faqih Nashir Khalufah Thayyasy Mubaraki (murid Syaikh al-Qar'awi). Di bawah bimbingannya, Syaikh Rabi' mempelajari kitab Bulughul Maram dan Nuzhatun Nadhar karya al-Hafizh Ibnu Hajar.
Kemudian Syaikh Rabi' belajar di Ma'had al-'Ilmi di Shamithah kepada sejumlah ulama terkemuka, seperti Syaikh Al-Masyhur Hafidh bin Ahmad al-Hakami dan saudaranya, yaitu Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Hakami, juga kepada Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmi. Di ma'had tersebut Syaikh Rabi' belajar akidah kepada DR. Muhammad Amman bin 'Ali Al-Jami'. Demikian pula kepada Syaikh al-Faqih Muhammad Shaghir Khamisi, dia mempelajari ilmu fikih dengan kitab Zaadul Mustaqni' dan kepada beberapa orang lagi selain mereka, di mana Syaikh Rabi' mempelajari ilmu bahasa Arab, adab, ilmu Balaghah dan ilmu 'Arudl (cabang-cabang ilmu bahasa Arab).
Tahun 1960 seusai ujian penentuan akhir, ia lulus dari Ma'had al-'Ilmi di kota Shamithah dan di awal tahun 1961 Syaikh Rabi' masuk ke Fakultas Syari'ah di Riyadh selama beberapa waktu (sekitar satu bulan, satu setengah atau dua bulan saja). Ketika Universitas Islam Madinah berdiri, Syaikh Rabi' pindah kesana dan bergabung di Fakultas Syari'ah. Syaikh Rabi' belajar di Universitas tersebut selama empat tahun dan lulus darinya pada tahun 1964 dengan predikat cumlaude.
Setelah lulus, Syaikh Rabi' pun diangkat menjadi dosen di Universitas Islam Madinah tersebut selama beberapa waktu, kemudian ia melanjutkan studi ke tingkat pasca sarjana dan berhasil meraih gelar master di bidang ilmu hadits dari Universitas al-Malik 'Abdul 'Aziz cabang Mekkah pada tahun 1977 dengan disertasinya yang terkenal, berjudul "Bainal Imamain Muslim wad Daruquthni". Pada tahun 1980 Syaikh Rabi' berhasil menyelesaikan program doktornya di Universitas yang sama dengan predikat cumlaude setelah menyelesaikan tahqiq (penelitian) atas kitab "an-Nukat 'ala Kitab Ibni ash-Shalah", karya al-Hafidh Ibnu Hajar.
Syaikh Rabi' kemudian kembali ke Universitas Islam Madinah dan menjadi dosen di Fakultas Hadits. Ia mengajar ilmu hadits dengan segala bentuk dan cabangnya, serta berkali-kali menjadi ketua jurusan Qismus Sunnah pada program pasca sarjana dan sekarang Syaikh Rabi' menjabat sebagai dosen tinggi.[1][2]

Guru-guru

Selain dari guru-guru awal Syaikh Rabi' yang disebutkan diatas, Syaikh Rabi' juga berguru pada ulama-ulama dibawah ini:
  • Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
  • Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
  • Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad Al-'Abbad
  • Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi
  • Syaikh Shalih Al-'Iraqi
  • Syaikh Abdul Ghafar Hasan Al-Hindi
  • Dan Lain-lain.

Karya-karya

  • Bainal Imamain Muslim wad Daruquthni.
  • An-Nukat ‘ala Kitab Ibni Ash-Shalah.
  • Tahqiq Kitab Al- Madkhal ila Ash-Shahih lil Hakim, juz pertama telah dicetak.
  • Tahqiq Kitab At-Tawasul wal Wasilah lil Imam Ibni Taimiyyah, dalam satu jilid.
  • Manhajul Anbiya` fid Da’wah ilallah fihil Hikmah wal ‘Aql.
  • Manhaj Ahlis Sunnah fii Naqdir Rijal wal Kutub wat Thawaif.
  • Taqsimul Hadits ila Shahih wa Hasan wa Dla’if baina Waqi’il Muhadditsin wa Mughalithatil Muta’ashibin, sebuah bantahan terhadap ‘Abdul Fatah Abu Ghuddah dan Muhammad ‘Awamah.
  • Kasyfu Mauqifi Al-Ghazali minas Sunnah wa Ahliha.
  • Shaddu ‘Udwanil Mulhidin wa hukmul Isti’anah bi ghairil Muslimin.
  • Makanatu Ahlil Hadits.
  • Manhajul Imam Muslim fii Tartibi Shahihihi.
  • Ahlul Hadits Hum Ath-Thaifah Al-Manshurah An-Najiyah hiwar ma’a Salman Al-‘Audah
  • Mudzakarah fil Hadits An-Nabawi.
  • Adlwa` Islamiyyah ‘ala ‘Aqidah Sayyid Quthb wa Fikrihi.
  • Matha’inu Sayyid Quthb fii Ashhabi Rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  • Al-‘Awashim mimma fii Kutubi Sayyid Quthb minal Qawashim.
  • Al-Haddul Fashil bainal Haq wal Bathil hiwar ma’a Bakr Abi Zaid.
  • Mujazafaatul Hiddaad.
  • Al-Mahajjatul Baidla` fii Himaayatis Sunnah Al-Gharra`.
  • Jamaa’ah Waahidah Laa Jamaa’aat wa Shiraathun Wahidun Laa ‘Asyaraat, hiwar ma’a ‘Abdirrahman ‘Abdil Khaliq.
  • An-Nashrul Aziiz ‘ala Ar-Raddil Wajiiz.
  • At-Ta’ashshub Adz-Dzamim wa Aatsaruhu, yang dikumpulkan oleh Salim Al-‘Ajmi.
  • Bayaanul Fasaadil Mi’yar, Hiwar ma’a Hizbi Mustatir.
  • At-Tankiil bimaa fii Taudhihil Milyibaari minal Abaathiil.
  • Dahdlu Abaathiil Musa Ad-Duwaisy.
  • Izhaaqu Abaathiil ‘Abdil Lathif Basymiil.
  • Inqidladlusy Syihb As-Salafiyyah ‘ala Aukaar ‘Adnan Al-Khalafiyyah.
  • An-Nashihah Hiyal Mas`uliyyah Al-Musytarakah fil ‘Amal Ad-Da’wi, diterbitkan di majalah At-Tau’iyyah Al-Islamiyyah.
  • Al-Kitab was Sunnah Atsaruhuma wa makaanatuhuma wadl Dlarurah ilaihima fii Iqaamatit Ta’liimi fii Madaarisinaa, artikel majalah Al-Jami’ah Al-Islamiyyah, edisi 16.
  • Hukmul Islam fii man Sabba Rasulallah au Tha’ana fii Syumuli Risaalatihi, artikel koran Al-Qabas Al-Kuwaitiyyah edisi 8576 tahun 9/5/1997.
  • Dan Lain-lain.

Perkataan Para Ulama

  1. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata dalam kaset yang berjudul "Al-Muwazanat Bid'atul 'Ashr": "Secara ringkas aku mengatakan bahwa sesungguhnya pembawa bendera Jarh wa Ta’dil pada hari ini, pada masa ini secara hakiki adalah saudara kami Rabi’. Orang-orang yang membantahnya, tidak membantahnya dengan ilmu sama sekali sedangkan ilmu bersamanya (Syaikh Rabi')"
  2. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz berkata: "Dia adalah seorang imam dalam sunnah"
  3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin merekomendasi Syaikh Rabi' bin Hadi al-Madkhali tatkala ada yang bertanya kepada dia tentang kitab-kitab Syaikh Rabi'. Maka Syaikh al-Utsaimin menjawab: "Zhahirnya, pertanyaan ini tidaklah dibutuhkan sebagaimana Imam Ahmad ditanya tentang Ishaq bin Rahuyah lalu dia menjawab: 'Semisal aku ditanya tentang Ishaq! Bahkan semestinya Ishaq yang ditanya tentang aku.'"
  4. Syaikh Muqbil bin Hadi Al-wadi'i berkata: "Di antara ulama yang paling mengerti tentang kelompok-kelompok menyimpang dan kesalahan-kesalahannya pada masa ini adalah Syaikh Rabi' bin Hadi, barangsiapa yang dikatakan Rabi' bin Hadi (sebagai) hizbi maka akan terbongkarlah keadaannya di hadapan kalian dengan berjalannya waktu bahwa ia adalah hizbi, akan nampak bagi kalian meskipun ia di awal permulaannya belum nampak (ke"hizbi"yyahannya)."
  5. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Banna berkata: "Imam Jarh wa Ta’dil yang jujur lagi amanah, saudara kami Rabi’ Hadi, demi Allah dia adalah imam Jarh wa Ta’dil abad ke 14, Allah mengutus tiap seratus tahun seorang yang memperbaharui ajaran agama mereka...kami menantang (untuk mendatangkan bukti) bahwa Syaikh Rabi' berbicara tentang seseorang tanpa bukti dari ucapannya, kaset-kaset maupun kitab-kitabnya."
  6. Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmi berkata: "Seandainya ada seorang yang berkata bahwa tidak ada seorang pun di zaman kita yang telah membantah, menyerang dan mendebat kesalahan-kesalahan ahli bid’ah semisal dengan apa yang dilakukan Syaikh Rabi' tentu perkataannya benar."
  7. Syaikh Ubaid al-Jabiri berkata: "Syaikh Rabi' adalah pembawa bendera Sunnah, dengan persaksian para imam, mereka memberikan tazkiyah dan memuji dia. Tidak semestinya orang sepertiku ditanya tentang dia hafidzahullah."
  8. Syaikh Zaid bin Muhammad berkata: "Bantahan-bantahan yang ditulis oleh Syaikh Rabi' merupakan jihad menegakkan kalimat al-haq dan nasihat bagi kaum muslimin terkhusus para penuntut ilmu yang mubtadi'in dan orang semisal mereka yang tidak memiliki perhatian khusus dalam mendalami permasalahan aqidah, manhaj dan bantahan-bantahan (para ulama) agar mereka tidak terjatuh pada (kesalahan dan kesesatan) yang harus diwaspadai dan diperingatkan." [3]

Referensi

  1. [1]^ Risalah “Radd Ubaid Al-Jabiri ‘ala Qawa’id Al-Halabi Al-Jadidah”
  2. [2]^ “Al-Ibanah ‘an Kaifiyyah At-Ta’amul ma’al Khilaf baina Ahlis Sunnah wal-Jama’ah”
  3. [3]^ 'Ats-Tsana'ul Badii', Syaikh Khalid adz-Dza'firi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar