Sabtu, 17 Februari 2018

MURU'AH






بسم الله الر حمان الر حيم

“Zaman semakin moderen, tetapi Muru'ah (harga diri) manusia semakin rendah” (Perkataan orang bijak)
A.      
A. DEFINISI
Muru’ah adalah menjaga diri dari setiap akhlak yang jelek, hina dan rendahan.
Ada yang mengatakan, seseorang itu dikatakan ber-muru’ah bila ia tidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan, sesuatu yang dapat merendahkan martabatnya di hadapan orang-orang yang mulia.
Ada juga yang mengatakan, Muru’ah merupakan kesempurnaan sifat kejantanan, sehingga orang yang mempuyai sifat pengecut dikatakan tidak mempunyai Muru'ah (harga diri).

B.      B. SENDI-SENDI MURU’AH DAN ADAB-ADABNYA
1.       Hendaknya manusia itu bersikap tenang, berwibawa, tidak mudah gugup, salah tingkah dan tergesa-gesa.  Seperti; banyak menoleh kekiri dan ke kanan, berjalan dengan cepat (secara tidak wajar).  Namun jika ia berjalan dengan cepat (tidak terlalu lambat) hal itu menunjukkan ketegasan dan termasuk sendi-sendi muru’ah.
2.       Berbicara dengan bagus, pelan, dan runut.
3.       Menjaga lisan dengan tidak mencela orang lain dan mengucapkan kata-kata kotor.  Disebutkan dalam sebuah sya’ir;
“Jauhilah kebodohan yang dapat menjadikanmu hina
Sesungguhnya kebodohan itu akan menghinakan orang yang mempunyai muru’ah.”
4.       Bertemu orang dengan wajah yang berseri-seri, perkataan yang manis, tidak membahas sesuatu yang akan menyedihkan pikiran mereka.
5.       Mendengarkan pembicaraan setiap orang yang berbicara dengan baik, meskipun omongannya itu tidak disukai (tidak menarik).  Karena hal itu akan mendorong dia mencintai orang yang mau mendengarkan omongannya.  Dan hal itu juga akan menjadikan orang yang berbicara merasa bahwa apa yang dibicarakannya tersebut bernilai.
Makna yang indah ini telah diisyaratkan oleh Abu Tamam dengan ucapannya, “Siapa saja, jika aku membuatnya marah, sedangkan aku tidak mengetahuinya, maka kelembutanlah yang akan meredamkannya.  Dan kamu melihat dia mendengarkan ucapan (seseorang) dengan hati dan pendengarannya, padahal bisa jadi ia lebih tahu tentang hal itu.”
6.       Berterus-terang, tidak munafik dan menipu, tidak menampakkan rasa cinta pada seseorang padahal hatinya memusuhinya.  Tidak menyatakan bahwa si Fulan itu jujur dan berada pada jalan yang lurus, padahal sebenarnya ia mengetahui bahwa si Fulan itu telah menyimpang dari jalan yang lurus.
“Apa yang aku rahasiakan adalah seperti apa yang aku tampakkan, itulah tabi’atku.  Dan gelapnya malam adalah seperti terangnya siang hariku.”
Maksudnya bahwa, orang yang mempunyai muru’ah tidak akan menjadikan persahabatan dan riya’ sebagai alat baginya.  Adapun kalau memang sebaiknya harus menyembunyikan beberapa hal seperti persahabatan dan permusuhan, maka sebenarnya itu merupakan sesuatu yang menyempurnakan muru’ah.
7.       Tidak sombong karena mendapat kekuasaan dan tidak sedih karena kesendirian.
8.       Dapat mengendalikan diri pada waktu marah dan senang, sehingga tidak berlebih-lebihan.
9.       Bersikap adil dan seimbang dalam keadaan senang maupun susah.
“Aku tidak terlalu gembira jika mendapat kesenangan, dan tidak terlalu bersedih jika keadaan berubah menjadi tidak baik.”
10.   Tidak membebani tamunya dengan pekerjaan sekecil apa pun.  Misalnya menyuruh tamunya mengambilkan kitab, gelas dan lainnya.  Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata, “Bukanlah termasuk muru’ah mempekerjakan tamu.”
11.   Sifat muru’ah akan senantiasa menjadikan seseorang untuk menjadikan majelisnya diliputi kesungguhan dan hikmah, tidak dipenuhi oleh permainan dan senda gurau.
12.   Hendaklah orang itu tidak melakukan dalam kesendiriannya suatu perbuatan yang tidak berani ia lakukan di depan umum, karena malu (kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala).
13.   Senantiasa memiliki sifat malu.
14.   Benar didalam tutur kata.
15.   Bersikap pertengahan dan adil.
16.   Tidak meminta-minta sesuatu kepada orang lain.
17.   Kemarahannya akan bangkit bila Agama dan larangan Allah dilanggar dan di injak-injak.
18.   Berjiwa besar, berkemauan tinggi, jauh dari hal-hal yang bersifat rendahan dan kurang berharga.
19.   Selalu menepati janji.
20.   Berusaha memenuhi kebutuhan manusia, mengasihi mereka dan merendahkan diri terhadap mereka.
21.    Berani memikul kesengsaraan hidup (kekurangan harta benda).
22.   Tidak menyebut-nyebut pemberian dan perbuatan baiknya, kecuali untuk mencela (kekurangan diri).
23.   Tidak menampakkan rasa sakit dan keluh kesah akibat cobaan yang diberikan kepadanya, kecuali pada saat pengaduan perkara dalam persidangan.
24.   Tidak menyakiti orang lain atau melukai hatinya, baik dengan ucapan, perbuatan maupun isyarat apa pun juga.

oOo

(“Ringkasan Tema-tema Islam Sehari-hari”  Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Terj. Nur Qamari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar