Sabtu, 28 September 2019

QISHASH DI PADANG MAHSYAR DAN QANTHARAH



بسم الله الر حمان الر حيم

Allah Subahanahu wa Ta’ala menghendaki, agar orang-orang yang beriman benar-benar bersih dari segala dosa dan kotoran, baik dzahir maupun bathin sebelum masuk ke Surga-Nya.  Maka, untuk mewujudkan keMaha Adilan-Nya tersebut, Allah Subahanahu wa Ta’ala menciptakan 2 (dua) tempat Qishash ,    قصاص (pembalasan / hukuman yang setimpal) bagi setiap makhluk yang pernah menzhalimi makhluk lainnya, baik secara dzahir (seperti kerugian materi, menumpahkan darah tanpa haq), maupun bathin (kehormatan, nama baik seseorang).


Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam;

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

"Barangsiapa yang pernah berbuat zhalim terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun, hendaklah dia meminta maaf pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat lagi dinar dan dirham, yang bila dia memiliki amal shalih, maka akan diambil darinya sebanyak kezhalimannya.  Apabila dia tidak memiliki pahala kebaikan lagi, maka keburukan saudaranya yang dizaliminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya." (HR. Al-Bukhari, 2449)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan.”  (Al-Hijr;  47)

Qishash di Yaumal Qiyamah terjadi 2 (dua) kali - di dua tempat yang berbeda;
Qishash pertama, terjadi di Padang Mahsyar sebelum menyeberang di atas Shirath (jembatan) yang berada di atas (punggung) Neraka Jahannam.  Qishash di Padang Mahsyar ini berlaku secara umum, antara orang-orang yang beriman, zhalim, dan kafir.  Bahkan, antar binatang pun ada qishashnya.   Jadi, jangan dikira kezhaliman yang dilakukan oleh orang Islam terhadap orang-orang kafir (non muslim) tidak akan dibalas nanti di Akhirat, sebelum mereka dimasukkan ke dalam Neraka.

Di tempat ini (Padang Mahsyar) pahala orang-orang yang berbuat zhalim akan dipindahkan (diambil) oleh orang-orang yang terzhalimi (sesuai kadar kezhalimannya), sehingga bila pahala orang-orang yang berbuat zhalim tersebut telah habis, sementara orang yang menuntutnya (dizhaliminya masih ada), maka dipindahkanlah dosa orang-orang yang terzhalimi tersebut kepada orang yang menzhalimi (sehingga, manusia semacam inilah yang disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘slaihi wa sallam sebagai orang yang bangkrut secara hakiki), karena dia datang di Akhirat membawa pahala yang banyak, akan tetapi habis "digerogoti" oleh orang-orang yang dizaliminya sewaktu di dunia, sehingga mencampakkannya ke dalam Neraka Jahannam.  "Na'uudzubillahi min dzaalika" (Kita berlindung kepada Allah dari hal itu).

Qishash kedua, terjadi di Qantharah (suatu tempat, antara Surga dan Neraka – setelah Shirath, sebelum masuk ke Surga).  Hal ini terjadi di antara sesama mukmin yang telah berhasil melewati ShirathQishas di tempat ini dapat menurunkan dan menaikkan derajat seseorang di dalam Surga, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Surga itu 100 (seratus) tingkatan.
(Baca juga artikel tentang, SURGA)
Berkata Muqatil rahimahullah, “Jika mereka (orang-orang mukmin) telah melewati jembatan (Shirat) yang berada di atas Jahannam, mereka akan ditahan (berhenti) di Qantharah, antara Surga dan Neraka.”
Demikian pula perkataan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah, “…Sampai-sampai, orang yang beriman setelah melewati jalan di atas Jahannam, mereka akan ditahan di Qantharah, antara Surga dan Neraka, hingga mereka dibersihkan dan disucikan dari sisa-sisa kotoran yang masih menghalangi ke Surga, tetapi tidak sampai memasukkannya ke Neraka.  Jika telah bersih dan suci, barulah diidzinkan masuk ke dalam Surga.”
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, Qishash di sini (Qanthar) berbeda dengan Qishash di Padang Mahsyar, karena Qishash ini lebih khusus guna menghilangkan rasa dendam, dengki dan kebencian pada hati-hati manusia.  Maka ini, semacam pembersihan dan penyucian.  Karena apa yang ada di dalam hati tidak serta-merta hilang dengan Qishash (di Padang Mashsyar, pen blog.)
Berkata Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah, “Qantharah adalah sebuah jembatan pada bagian yang tinggi dari suatu bangunan.  Ada yang mengatakan, Qantharah ini merupakan ujung dari Shirat – sebelum Surga, ada pula yang mengatakan jembatan lain yang khusus bagi orang-orang beriman (mukmin).”

Bagaimanapun keadaannya, semoga gambaran perjalanan Qishash yang amat teliti dan terperinci di Yaumal Qiyamah ini menambah rasa takut kita untuk berbuat zhalim terhadap sesama makhluk-Nya, terutama dosa (kezhaliman) yang melibatkan banyak manusia (seperti memprovokasi massa, demo, menyebarkan bid'ah dan fitnah, mengadu domba, hoaks di tengah masyarakat, dll.), sehingga  Allah ‘Azza wa Jalla akan mempermudah langkah kita masuk ke dalam Surga-Nya, Amiin – ya, Mujiibassailiin.
(Baca juga artikel, Kezhaliman Adalah Kegelapan Pada Hari Kiamat)

oOo

Kamis, 26 September 2019

KEWAJIBAN BERSYUKUR



بسم الله الر حمان الر حيم

Diantara akhlak manusia yang terpuji, adalah pandai bersyukur ke hadirat Allah Subahanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, terutama nikmat kesempatan hidup di dunia ini (waktu), nikmat Islam, Iman, dan Sunnah.

Bersyukur itu merupakan kewajiban atas setiap insan bila ia menyadari hakikat penciptaan dirinya, mulai dari nikmat yang terbesar hingga yang terkecil, secara lahir maupun bathin, sehingga setiap nikmat yang telah diterima  wajib untuk diingat-ingat, dievaluasi, dan disyukuri .
Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji akan menambah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, bila hamba pandai bersyukur.  Bukan sebaliknya, disebut sebagai hamba yang tidak tahu berterimakasih (kufur nikmat), sehingga mendapatkan adzab dari-Nya, seperti yang termaktup dalam firman-Nya,
واذ تاذن ربكم لءن شكرتم لازيدنكم ولءن كفرتم ان عذابي لشديد
“Wa idz taadzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziydannakum wa la-in kafartum inna adzaabiy lasyadiid”
“Dan (ingatlah), tatkala Tuhan-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti  Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.’  
(QS. Ibrahim;  7)
Disebutkan dalam sebuah atsar secara marfu', bahwa barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit - tidak akan  mampu mensyukuri yang banyak.
Para ‘ulama menyebutkan, bahwa rukun (syarat syah) syukur itu meliputi 3 (tiga) perkara;
1.       1. Meyakini di dalam hati, bahwa apa saja bentuk nikmat yang terdapat pada diri kita ini, baik yang lahir maupun bathin hakikatnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menyandarkan (menisbatkan)nya pada diri sendiri  (atas usahanya, atau kepintarannya).
2.       2. Menyatakan (menyebut-nyebutnya), mengungkapkan dengan lisan segala nikmat yang diperoleh, dengan mengucapkan, الحمد لله , “Alhamdulillah”,  “Segala puja-puji hanya bagi Allah”
Menyebut-nyebut nikmat Allah Suhanahu wa Ta'ala ini, disamping merupakan gambaran syukur seseorang, juga sebentuk perintah dari Allah 'Azza wa Jalla untuk berdakwah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan mengajari umat. Seperti yang dikatakan dalam makna firman-Nya,
"Dan, terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya."  (QS. Adh-Dhuha;  11)
(Baca artikel, NIKMAT)
3. Menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan-jalan keridhaan dan kecintaan Allah Subahanhu wa Ta’ala.

Hal-hal yang dapat Membantu untuk Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur;
1.       * Berdoa kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, agar menjadikan dirinya sebagai hamba yang pandai bersyukur, di antara doa tersebut,
اللهم اعنى على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك
“Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika”
“Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.”
2.       * Selalu melihat kepada orang-orang yang berada di bawah kita dalam urusan Dunia.
3.       * Selalu melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita dalam urusan Akhirat (Agama).

Renungan;
·         * Keingkaran manusia kepada Allah tidaklah mengurangi keMaha Sempurnaan-Nya sedikit pun, semua perbuatan hamba akan kembali kepada dirinya sendiri (baik atau buruk).  Allah membalasi perbuatan baik manusia lebih baik dari apa yang mereka kerjakan 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih, sementara kesalahannya hanya dibalas satu kali. Dan Allah, adalah sebaik-baik Pemberi balasan.
·         * Ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba yang tidak bersyukur kepada-Nya, tetapi berterimakasih / bersyukur kepada selain-Nya dengan adzab yang sangat pedih.  Karena menyandarkan nikmat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'la, seperti menyandarkannya terhadap diri (kemampuan / ikhtiar) sendiri termasuk perbuatan syirik.
(Baca artikel, 128 - PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-47)


oOo

Minggu, 22 September 2019

10 TIPS UNTUK MERAIH KECINTAAN ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA



بسم الله الر حمان الر حيم

1.     1. Membaca Al-Qur`an dengan Tadabbur (memikirkan, merenungkan kesudahan / akibat segala sesuatu), Tafakur (memperbanyak ilmu, dan mendatangkan sesuatu yang belum diketahui hati), Tadzakkur (mengkaji ulang apa yang telah diketahui, agar sesuatu itu menancap kuat di dalam hati).
2.     2. Mendekatkan diri dengan melakukan amalan-amalan sunnah - setelah mengerjakan amalan-amalan yang wajib.
3.     3. Terus-menerus mengingat Allah Subahanhu wa Ta’ala dalam setiap keadaan (Dzikir hati dan lisan), kecuali pada tempat / keadaan yang terlarang.
4.     4. Mengutamakan (mendahulukan) apa-apa yang dicintai dan diridhai Allah Subahanhu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, daripada kecintaan terhadap diri sendiri (Tauhidullah).
5.     5. Mempelajari, mengenal, dan meyakini dengan hati Nama-nama dan Sifat-sifat Allah Subahanahu wa Ta’ala (Ma’rifatullah).
6.     6. Mempersaksikan dan memikirkan kebaikan / pemberian /  nikmat-nikmat  Allah Subahanhu wa Ta’ala, baik secara lahir maupun yang bathin.  Mulai dari penciptaan diri sendiri, seperti nikmat Islam, kesempatan (umur), panca indera, jantung, dan seterusnya - hingga ke segenap penjuru (ufuk).
7.     7. Meratap di hadapan-Nya, terutama pada saat-saat sendiri (Inqisharul Qalbi) - menyesali dosa-dosa masa lalu.
8.     8. Berkhalwat (menyendiri) dengan Allah Subahanhu wa Ta’ala pada sepertiga malam terakhir (Qiyamullail), diakhiri dengan istigfar dan taubat.
9.     9. Duduk (bermajelis) dengan orang-orang yang cinta kepada Allah Subahanhu wa Ta’ala - yang jujur keimanannya.  Ambil ucapan-ucapan / nasihat-nasihat mereka yang baik (terutama dari para ‘ulama Rabbani).
1  10. Menjauhi segala sebab yang akan menghalangi kedekatan hati dengan Allah Subahanhu wa Ta’ala (maksiat, baik yang besar maupun yang kecil).

oOo

Minggu, 08 September 2019

URGENSI MANHAJ DAN AKHLAK YANG BAIK




URGENSI MANHAJ DAN AKHLAK YANG BAIK
بسم الله الر حمان الر حيم

Berkata Sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
“Sesungguhnya kalian berada pada suatu zaman (pada zaman beliau hidup, pen.) yang didapati (masih) banyak para ‘ulamanya, dan sedikit ahli pidatonya, sedikit pula peminta-mintanya, dan berlimpahnya pemberian.  Amal perbuatan pada zaman ini merupakan pembimbing bagi berbagai hawa nafsu.
Serpeninggal kalian, akan datang suatu masa yang sedikit didapati para ‘ulamanya, banyak orator (ahli pidato)nya, begitu pula pengemisnya, dan sedikitnya pemberian.  Hawa nafsu pada masa itu merupakan pemimpin amal-amal (mereka).
Ketahuilah, benarnya Manhaj dan baiknya Akhlak seseorang pada akhir zaman itu lebih utama daripada beberapa amal perbuatan.”

oOo

(Rasysyul Barad Syarh Al-Adabul Mufrat, hal. 420)
Dari majalah Asy-Syariah, Vol. VI/No. 61/1431 H/2010 M.