Kamis, 26 September 2019

KEWAJIBAN BERSYUKUR



بسم الله الر حمان الر حيم

Diantara akhlak manusia yang terpuji, adalah pandai bersyukur ke hadirat Allah Subahanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, terutama nikmat kesempatan hidup di dunia ini (waktu), nikmat Islam, Iman, dan Sunnah.

Bersyukur itu merupakan kewajiban atas setiap insan bila ia menyadari hakikat penciptaan dirinya, mulai dari nikmat yang terbesar hingga yang terkecil, secara lahir maupun bathin, sehingga setiap nikmat yang telah diterima  wajib untuk diingat-ingat, dievaluasi, dan disyukuri .
Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji akan menambah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, bila hamba pandai bersyukur.  Bukan sebaliknya, disebut sebagai hamba yang tidak tahu berterimakasih (kufur nikmat), sehingga mendapatkan adzab dari-Nya, seperti yang termaktup dalam firman-Nya,
واذ تاذن ربكم لءن شكرتم لازيدنكم ولءن كفرتم ان عذابي لشديد
“Wa idz taadzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziydannakum wa la-in kafartum inna adzaabiy lasyadiid”
“Dan (ingatlah), tatkala Tuhan-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti  Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.’  
(QS. Ibrahim;  7)
Disebutkan dalam sebuah atsar secara marfu', bahwa barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit - tidak akan  mampu mensyukuri yang banyak.
Para ‘ulama menyebutkan, bahwa rukun (syarat syah) syukur itu meliputi 3 (tiga) perkara;
1.       1. Meyakini di dalam hati, bahwa apa saja bentuk nikmat yang terdapat pada diri kita ini, baik yang lahir maupun bathin hakikatnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menyandarkan (menisbatkan)nya pada diri sendiri  (atas usahanya, atau kepintarannya).
2.       2. Menyatakan (menyebut-nyebutnya), mengungkapkan dengan lisan segala nikmat yang diperoleh, dengan mengucapkan, الحمد لله , “Alhamdulillah”,  “Segala puja-puji hanya bagi Allah”
Menyebut-nyebut nikmat Allah Suhanahu wa Ta'ala ini, disamping merupakan gambaran syukur seseorang, juga sebentuk perintah dari Allah 'Azza wa Jalla untuk berdakwah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan mengajari umat. Seperti yang dikatakan dalam makna firman-Nya,
"Dan, terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya."  (QS. Adh-Dhuha;  11)
(Baca artikel, NIKMAT)
3. Menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan-jalan keridhaan dan kecintaan Allah Subahanhu wa Ta’ala.

Hal-hal yang dapat Membantu untuk Menjadi Hamba yang Pandai Bersyukur;
1.       * Berdoa kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, agar menjadikan dirinya sebagai hamba yang pandai bersyukur, di antara doa tersebut,
اللهم اعنى على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك
“Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika”
“Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.”
2.       * Selalu melihat kepada orang-orang yang berada di bawah kita dalam urusan Dunia.
3.       * Selalu melihat kepada orang-orang yang berada di atas kita dalam urusan Akhirat (Agama).

Renungan;
·         * Keingkaran manusia kepada Allah tidaklah mengurangi keMaha Sempurnaan-Nya sedikit pun, semua perbuatan hamba akan kembali kepada dirinya sendiri (baik atau buruk).  Allah membalasi perbuatan baik manusia lebih baik dari apa yang mereka kerjakan 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih, sementara kesalahannya hanya dibalas satu kali. Dan Allah, adalah sebaik-baik Pemberi balasan.
·         * Ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba yang tidak bersyukur kepada-Nya, tetapi berterimakasih / bersyukur kepada selain-Nya dengan adzab yang sangat pedih.  Karena menyandarkan nikmat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'la, seperti menyandarkannya terhadap diri (kemampuan / ikhtiar) sendiri termasuk perbuatan syirik.
(Baca artikel, 128 - PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-47)


oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar