بسم الله
الر حمان الر حيم
Diantara akhlak manusia yang terpuji, adalah pandai bersyukur ke
hadirat Allah Subahanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, terutama nikmat kesempatan hidup di dunia ini (waktu), nikmat Islam,
Iman, dan Sunnah.
Bersyukur itu merupakan kewajiban atas setiap insan bila ia menyadari hakikat penciptaan dirinya, mulai dari nikmat yang terbesar hingga yang terkecil, secara lahir maupun bathin, sehingga setiap nikmat yang telah diterima wajib untuk diingat-ingat, dievaluasi, dan disyukuri .
Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji akan menambah
nikmat yang telah dianugerahkan-Nya, bila hamba pandai bersyukur. Bukan sebaliknya, disebut sebagai hamba yang
tidak tahu berterimakasih (kufur nikmat), sehingga mendapatkan adzab dari-Nya, seperti
yang termaktup dalam firman-Nya,
واذ تاذن ربكم لءن شكرتم لازيدنكم ولءن كفرتم ان عذابي لشديد
“Wa idz taadzdzana rabbukum la-in syakartum
la-aziydannakum wa la-in kafartum inna adzaabiy lasyadiid”
“Dan (ingatlah), tatkala Tuhan-mu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku
sangat pedih.’”
(QS. Ibrahim; 7)
Disebutkan dalam sebuah atsar secara marfu', bahwa barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit - tidak akan mampu mensyukuri yang banyak.
Disebutkan dalam sebuah atsar secara marfu', bahwa barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit - tidak akan mampu mensyukuri yang banyak.
Para ‘ulama menyebutkan, bahwa rukun (syarat syah) syukur itu meliputi 3 (tiga) perkara;
1.
1. Meyakini di dalam
hati, bahwa apa saja bentuk nikmat yang terdapat pada diri kita ini, baik
yang lahir maupun bathin hakikatnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menyandarkan (menisbatkan)nya pada diri sendiri (atas usahanya, atau kepintarannya).
2.
2. Menyatakan
(menyebut-nyebutnya), mengungkapkan dengan lisan segala nikmat yang diperoleh, dengan mengucapkan, الحمد
لله , “Alhamdulillah”, “Segala puja-puji hanya bagi Allah”
Menyebut-nyebut nikmat Allah Suhanahu wa Ta'ala ini, disamping merupakan gambaran syukur seseorang, juga sebentuk perintah dari Allah 'Azza wa Jalla untuk berdakwah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan mengajari umat. Seperti yang dikatakan dalam makna firman-Nya,
"Dan, terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya." (QS. Adh-Dhuha; 11)
(Baca artikel, NIKMAT)
3. Menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan-jalan keridhaan dan kecintaan Allah Subahanhu wa Ta’ala.
Menyebut-nyebut nikmat Allah Suhanahu wa Ta'ala ini, disamping merupakan gambaran syukur seseorang, juga sebentuk perintah dari Allah 'Azza wa Jalla untuk berdakwah kepada-Nya, menyampaikan risalah-Nya, dan mengajari umat. Seperti yang dikatakan dalam makna firman-Nya,
"Dan, terhadap nikmat Rabb-mu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya." (QS. Adh-Dhuha; 11)
(Baca artikel, NIKMAT)
3. Menggunakan nikmat-nikmat tersebut di jalan-jalan keridhaan dan kecintaan Allah Subahanhu wa Ta’ala.
Hal-hal yang dapat Membantu untuk Menjadi Hamba yang
Pandai Bersyukur;
1.
* Berdoa kepada Allah Subahanahu
wa Ta’ala, agar menjadikan dirinya sebagai hamba yang pandai bersyukur, di
antara doa tersebut,
اللهم
اعنى على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك
“Allahumma a’inni ‘alaa dzikrika wa
syukrika wa husni ‘ibaadatika”
“Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir
kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.”
2.
* Selalu melihat
kepada orang-orang yang berada di bawah kita dalam urusan Dunia.
3.
* Selalu melihat
kepada orang-orang yang berada di atas kita dalam urusan Akhirat (Agama).
Renungan;
·
* Keingkaran manusia
kepada Allah tidaklah mengurangi keMaha Sempurnaan-Nya sedikit pun, semua perbuatan
hamba akan kembali kepada dirinya sendiri (baik atau buruk). Allah membalasi perbuatan baik manusia lebih
baik dari apa yang mereka kerjakan 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih, sementara kesalahannya hanya dibalas satu kali. Dan Allah, adalah sebaik-baik Pemberi balasan.
·
* Ancaman Allah Subhanahu
wa Ta’ala terhadap hamba-hamba yang tidak bersyukur kepada-Nya, tetapi berterimakasih / bersyukur kepada selain-Nya dengan adzab yang sangat pedih. Karena menyandarkan nikmat kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'la, seperti menyandarkannya terhadap diri (kemampuan / ikhtiar) sendiri termasuk perbuatan syirik.
(Baca artikel, 128 - PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-47)
(Baca artikel, 128 - PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-47)
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar