Sabtu, 29 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (178)


بسم الله الرحمان الرحيم


"Wajib atasmu meniti jejak Salaf (Generasi Terbaik Islam Pertama) - meskipun manusia membencimu dan menolakmu.
Hati-hatilah kalian dengan berbagai pendapat manusia - meskipun dihiasi dengan kata-kata yang indah."

(Makna perkataan Al-Imam Al-Auza'i rahimahullah)

"Bila engkau bisa menggaruk kepalamu dengan (cara) Sunnah - maka lakukanlah..."*
(Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah)

*  Agar menghasilkan pahala, (pen blog).

oOo

Jumat, 28 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (177)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Demi Allah, Yang tidak ada Sesembahan Yang berhak diibadahi selain Dia!  Tidak ada di muka bumi ini yang lebih pantas untuk dipenjara dalam waktu yang panjang selain dari lisan."
(Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu)

"Sepantasnya bagi orang yang ingin mengucapkan satu kata atau kalimat - merenungkan dan memikirkan kata atau kalimat tersebut di dalam jiwanya sebelum diucapkan.  Bila memang tampak kemaslahatan dan kebaikannya, maka ia berbicara.  Bila tidak, maka sebaiknya ia menahan lisannya."
(Al-Imam An-Nawawi rahimahullah)

oOo


Jaga Lisanmu!


بسم الله الرحمان الرحيم

Dengan lisan, seorang hamba dapat terangkat derajatnya dan memperoleh berbagai kebaikan dan keutamaan di sisi Allah 'Azza wa Jalla.  Sebaliknya, gara-gara sepotong lisan pula seseorang dapat tersungkur ke jurang Neraka Jahannam yang dalamnya 70 (tujuh puluh) tahun bila dijatuhkan batu dari atas sampai ke dasarnya. 

Rasul yang mulia shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda (yang artinya);
"Sesungguh!  Seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai - yang tidak terlintas di benaknya, tidak terbayangkan akibatnya, dan tidak menyangka perkataan tersebut (akan) mengakibatkan sesuatu.  Ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkat derajatnya.
Dan, sungguh seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang dimurkai Allah - dalam keadaan tidak terpikirkan dalam benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka perkataan tersebut berakibat sesuatu yang ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam Neraka Jahannam."

(HR.  Al-Bukhari no. 6478), dan pada makna hadits yang lain,
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang ia tidak memperhatikannya, tidak memikirkan keburukannya, dan tidak khawatir akan akibat (dampaknya), ternyata karenanya ia dilemparkan ke dalam Neraka yang lebih jauh dari apa-apa yang ada di antara Masyriq (Timur)."
(HR. Al-Bukhari no. 6477, dan Muslim no. 7406, 7407)
Dalam riwayat Imam Muslim rahimahullah disebutkan dengan lafazh,
"...lebih jauh daripada (jarak) antara Timur dan Barat."

Yang disesalkan dari keberadaan kita, sebagai anak-cucu Adam 'alaihissalam adalah, sering menyalah gunakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala ini.  Lisan yang dilepaskan ("diumbar") begitu saja tanpa kontrol (kendali), penjagaan - sehingga keluar darinya kalimat-kalimat yang dapat membinasakan penuturnya, seperti Ghibah (menggunjing), Namimah (mengadu domba), dusta, mengumpat, mencela, dan perkataan-perkataan buruk lainnya, yang kadang terbiasa diucapkan tanpa beban (rasa takut) - seakan tidak ada balasan yang akan diperoleh cepat atau lambat.  Ibarat kata pepatah, "Habis bisa karena biasa" (Terbiasa melakukan suatu perbuatan yang sebenarnya berbahaya).
Membicarakan cacat (cela / aib) orang lain, menjatuhkan kehormatan seorang muslim - menjadikannya sebagai hal yang biasa.  Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan dalam sabda Beliau,
المسلم من سلم المسلمون من لسانه و يده  /  "Al-Muslimu man salima Al-Muslimuwna min lisaanihi wa yadihi"
"Seorang muslim itu adalah, orang yang kaum muslimin (lain) selamat dari gangguan lisan dan tangannya."  (HR. Al-Bukhari no. 6484, dan Muslim no. 161)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menerangkan,
"Kaum muslimin (lain) selamat dari lisannya - dimana ia tidak mencela mereka, tidak melaknat mereka, tidak mengghibah (menggunjing), dan menyebarkan Namimah (adu domba) diantara mereka, tidak menyebarkan satu (saja) keburukan dan kerusakan di antara mereka.  Ia benar-benar (bersungguh-sungguh) menahan lisannya.  Menahan lisan ini termasuk perkara yang paling berat dan paling sulit dilakukan seseorangSebaliknya, begitu mudah seseorang mengumbar lisannya."
Beliau rahimahullah juga mengatakan,
"Lisan termasuk anggota tubuh yang paling besar bahayanya pada seseorang.  Karena itulah, bila seseorang berada di pagi hari, maka anggota tubuh yang lain, dua tangan, dua kaki, dua mata, dan anggota tubuh lainnya mengingkari (memperingatkan) lisan.
Demikian pula kemaluan, karena pada kemaluan ada syahwat nikah, sedangkan pada lisan ada syahwat Kalam (berbicara).
Hanya sedikit manusia yang bisa selamat dari kedua syahwat ini Seorang muslim, adalah orang yang kaum muslimin (lain) selamat dari (gangguan) lisannya, yakni ia menahan lisannya dari mereka.  Tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan.  Ia tidak mencaci, tidak mengghibah, tidak berbuat namimah, dan tidak menyebarkan permusuhan di antara manusia.  Dia adalah orang yang memberikan rasa aman bagi orang lain.  Bila ia mendengar keburukan - ia menjaga lisannya.  Tidak seperti yang dilakukan kebanyakan manusia... - wal 'iyadzubillah (kita berlindung kepada Allah) - Bila mendengar keburukan saudaranya sesama muslim ia melonjak kegirangan, kemudian menyebarkan keburukan itu di negerinya.  Orang semacam ini bukanlah seorang muslim (yang sempurna imannya)."  (Syarah Riyadhish Shalihin, 1/764)
Lisan yang berpenyakit seperti ini banyak diderita oleh kaum hawa (perempuan) - (sebagaimana kaum lelaki juga tak luput darinya).  Terutama di kancah perpolitikan dalam negeri sering kita mendengar, demi meraih simpati masyarakat, dan keuntungan pribadinya.  Sehingga, orang-orang seperti ini harus banyak diberi peringatan - agar bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perkara lisan mereka.  Ketahuilah, betapa bahayanya lisan bila tidak dijaga oleh pemiliknya.
Yang Mulia Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjamin Surga bagi orang-orang yang mampu menjaga lisan dan kemaluannya.
Sahabat Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu menyampaikan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
من يضمن لي ما بين لحيبه و ما بين رجليه اضمن له الجنه  /  "Man yadh'man liy maa baina lahyab'hi wa maa baina rij'laihi adh'man lahu Al-Jannata"

"Barangsiapa yang (bisa) menjamin untuk ku - apa yang ada di antara dua tulang rahangnya (yaitu lisan)(1), dan apa yang berada di antara dua kakinya (yaitu kemaluan)(2) - maka aku akan menjamin Surga baginya."  (HR. Al-Bukhari no. 6474)

Bila engkau tidak dapat berkata yang baik, maka lebih baik diam - karena itu lebih selamat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
من كان يؤمن بالله و اليوم الآخر فليقل خيرا او ليصمت  /  "Man kaana yu'minu billahi wa al-yaumil a-khiri fal yaqul khairan aw liyashmut'"

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik, atau diam"  (HR. Al-Bukhari no. 6475, dan Muslim)

Al-Imam Al-Hakim rahimahullah meriwayatkan dalam Musdrak-nya dari 'Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu 'anhu، bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi isyarat ke bibir Beliau, dan berkata (artinya),
"Diamlah, kecuali dari perkataan yang baik."  Mu'adz bertanya kepada Rasulullah, "Apakah kita akan disiksa disebabkan apa yang diucapkan oleh lisan-lisan kita?"  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menepuk paha Mu'adz, kemudian bersabda, "Wahai Mu'adz, ibumu kehilangan dirimu"(3), atau Beliau mengucapkan kepada Mu'adz apa yang Allah kehendaki dari ucapan, "Bukankah manusia ditelungkupkan di atas hidung mereka di dalam Jahannam - tidak lain disebabkan apa yang diucapkan lisan-lisan mereka?"  Karenanya, siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir - hendaklah ia berkata baik, atau ia diam dari perkara yang buruk.  Ucapkanlah kebaikan - niscaya kalian akan menuai kebaikan, dan diamlah dari perkataan yang buruk - niscaya kalian akan selamat."  (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam, Ash-Shahihul Musnad, 1/460)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menasihatkan,
"Sepantasnya bagi orang yang ingin mengucapkan satu kata atau satu kalimat, merenungkan dan memikirkan kata atau kalimat tersebut di dalam jiwanya sebelum diucapkan.  Bila memang tampak kemaslahatan dan kebaikannya, maka ia berbicara.  Bila tidak, maka sebaiknya ia menahan lisannya."  (Al-Minhaj, 18/318)

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah dalam kitabnya, Jami'ul 'Ulum wal Hikam (1/339-340), menukilkan ucapan tiga orang Sahabat berikut ini;
Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata,
"Siapa yang banyak berbicara - akan banyak jatuhnya (dalam kesalahan).  Siapa yang banyak jatuhnya - akan banyak dosanya.  Dan, siapa yang banyak dosanya - niscaya Neraka lebih pantas baginya."
Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu memegang lisannya dan berkata, "Ini yang akan mengantarkan aku ke Neraka."
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, "Demi Allah, Yang tidak ada Sesembahan Yang patut diibadahi selain Dia!  Tidak ada di muka bumi ini yang lebih pantas untuk dipenjara dalam waktu yang panjang selain dari lisan."

Ingatlah saudara-saudariku - firman Allah 'Azza wa Jalla
ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد  /  "maa yalfidzu min qawlin illaa ladayhi raqiybun 'atiydun"

"Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan di dekatnya ada Malaikat pengawas yang selalu hadir."  (Qaf;  18)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menukilkan perkataan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu tentang ayat di atas،
"Malaikat itu mencatat setiap apa yang diucapkannya berupa kebaikan maupun keburukan."  (Tafsir Al-Qur'an 'Azhim, 7/308)

Ingatlah, bahwa semuanya tercatat dan tersimpan dalam catatan amalmu dengan rapi dan teliti.  Maka, berbahagialah engkau bila catatan amalmu dipenuhi dengan kebaikan, ucapan yang baik, serta amal shalih.  Tentunya janji Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa Surga dengan berbagai kenikmatan dan keistimewaannya telah menunggumu...
Bila demikian keadaannya, kemana engkau hendak menuju, ke Surga atau ke Neraka?  Tentu tanpa keraguan engkau menjawab, "Ingin menjadi penghuni Surga."
Maka, janganlah biarkan Lisanmu menggelincirkanmu - hingga engkau terjerembab ke jurang kebinasaan yang tiada bertepi (Neraka).

"Wallahu Ta'ala a'lam bish-shawab"

oOo

(Disadur dari tulisan, "Jagalah lisanmu", Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyah, Majalah Asy-Syariah, vol. V/no.57/1431 H/2010 M)

(1) Maksudnya, ia menunaikan kewajiban lisannya berupa apa yang wajib diucapkannya, atau diam dalam perkara yang tidak bermanfaat.
(2) Ia menunaikan kewajiban kemaluannya dengan meletakkan pada tempat yang halal, dan menahannya dari yang haram.  Demikian diterangkan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari (11/374-375)
(3) Ucapan seperti ini biasa diucapkan oleh orang Arab, namun mereka tidak memaksudkan maknanya demikian.




Kamis, 27 Februari 2020

THE REAL AMIRUL MUKMININ (UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF 176)




TANGGUNG JAWAB SEORANG PEMIMPIN 

بسم الله الرحمان الرحيم

"Seandainya seekor kambing mati di ujung sebuah pulau karena tersesat - niscaya aku menyangka bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala akan bertanya kepadaku tentangnya pada Hari Kiamat."*
(The Real Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu)

*  Tidak disangsikan pujian Allah Subhanahu wa Ta'ala pada generasi terbaik Islam (para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), sedemikian tingginya rasa takut mereka terhadap Allah 'Azza wa Jalla, melahirkan rasa tanggung jawab yang tinggi pula terhadap rakyat, lingkungan, serta makhluk hidup di sekitarnya.  Yang tak akan pernah terlintas sedikitpun di hati dan pikiran para pemimpin masa kini, (pen blog).

oOo



KEMATIAN

بسم الله الرحمان الرحيم


KEMATIAN

Kematian adalah asal kehidupan
Telah terikat di ubun-ubun setiap makhluk
Bahkan, Malaikat Maut pun akan dicabut Allah 'Azza wa Jalla rohnya 

Hiduplah semaumu, tetapi kehidupanmu bukan di tanganmu
Telah ditetapkan kematian bagi setiap yang bernyawa

Generasi demi generasi berguguran
Semakin hari semakin
mendekat pada Akhirat

Andai saja ajal itu terlihat, betapa mengerikan. Apalagi tidak terlihat?  Lebih mengerikan lagi!*

Maka berbuat baiklah pada apa yang tersisa - niscaya akan diampuni yang telah berlalu
Tapi bila berbuat buruk pada yang tersisa - akan diadzab pada yang lalu dan tersisa 

Masing-masing kita akan berdiri
di hadapan Allah
Siapkanlah jawaban
Sebelum dibenturkan antara matahari dengan bulan - bumi di tengahnya

Betapa banyak manusia yang tak sempat menyelesaikan satu tarikan nafasnya
Tiba-tiba diberitahukan tempatnya di Surga atau Neraka

Kematian adalah sesuatu yang pasti dan diyakini oleh setiap manusia
Baik yang mengaku beriman maupun atheis
Namun mereka justru lari darinya...

oOo

*  Telah diriwayatkan dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, bahwa setiap kali Rasulullah Isa 'alahissalaam berbicara tentang kematian, maka dari pori-pori kulit tubuh Beliau akan keluar darah, (pen blog).

(Terinspirasi dari kajian Al-Ustadz Muhammad bin Umar As-seweed hafizhahullah di Radio RII)



Rabu, 26 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (175)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Sungguh!  Malam dan siang menggerogoti umurmu - yang akan mengantarkanmu pada Kematian."
(Al-Hasan rahimahullah)

"Bila saja engkau menyadari, bahwa Ajal sedang bergerak mendekat, niscaya engkau akan gelisah dan membenci orang yang panjang angan-angan."
(Ibnu 'Aun rahimahullah)

"Betapa banyak orang yang belum sempat menyelesaikan satu angan-angannya meninggal."
('Ulama)

oOo

Selasa, 25 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (174)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Kami melihat orang-orang yang dulunya membenci dan mencela Ahlul Bid'ah - kemudian tiba-tiba berubah menjadi Ahlul Bid'ah.  Hal itu disebabkan mereka duduk bergaul dan berkumpul bersama Ahlul Bid'ah."
(Al-Imam Ibnu Baththah rahimahullah)

oOo

KEPADAMU KUMENGADU


بسم الله الرحمان الرحيم

Tak jarang cobaan hidup  mengguncang iman dan menggoyahkan keyakinan

Bila tak ada penguatan dan kasih sayangMu binasalah diri ini


Tak ada tempat lari selain memohon ampunan dan rahmatMu
Tak ada kekuatan dan daya upaya meraih manfaat dan menolak mudharat tanpa  pertolonganMu

Asalkan Engkau tak murka - idzinkan aku menggapai ampunan dan ridhaMu

Agar jelas bagiku jalan yang mesti ditempuh

Agar aku terhindar dari jebakan yang pernah menjatuhkan Bapak manusia


KepadaMu kumengadu 

"Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billah"

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (173)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Kuburan (tanah) itu memakan (menghancurkan) daging, lemak, dan tulang-belulang manusia, tetapi tidak memakan (menghancurkan) Iman."
(Makna perkataan Hasan Al-Bashri rahimahullah)

"Sesungguhnya, seorang hamba sangat membutuhkan peneguhan dari Allah setiap saat.  Jika Allah tidak meneguhkan, niscaya langit dan bumi imannya akan bergeser dari tempatnya."
(Makna perkataan Ibnu Qayyim rahimahullah)

 oOo




Senin, 24 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (172)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidaklah seorang hamba memperpanjang angan-angannya (terhadap dunia) - melainkan ia telah memperburuk amal ibadahnya."
(Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah)

oOo

Sabtu, 22 Februari 2020

TERTEGUN


بسم الله الرحمان الرحيم

Ada kata yang tak pernah terucap dalam hidup
Tersekat antara hati dan kedua bibir

Sebelum cahaya merah beranjak pergi
Bahwa kau dan aku sama-sama pernah singgah

Memetik setangkai mawar merah yang menjanjikan cerita indah

Namun takdir kerap punya cerita lain
Disamping cerita lucu yang membuat kita terkekeh

Ada pula yang membuat kita tersedu dan haru

Mungkin sebagian orang menganggapnya misteri
Apapun kata orang
Yang Menciptakan Kehidupan pernah berkata, "Apakah Aku harus mengulangi penciptaan Alam Semesta - agar sesuai dengan keinginanmu?"

Padahal Dia-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu

Itulah makna sebenarnya dari kehidupan
Memahami dan memaknai kata-kata  yang tak pernah terucap oleh kedua bibir 
namun terasa dalam sanubari...

Dan itulah kata-kata yang diilhamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kelak

Puja-puji yang tak pernah Beliau panjatkan di muka bumi - yang disampaikan dalam sujud yang sangat lama dan panjang di Padang Mahsyar...
Hingga Allah 'Azza wa Jalla perintahkan mengangkat kepala Beliau yang mulia...

oOo

Renungan;
"Yang dinamakan ibadah adalah, pertolongan (Allah) untuk mengetahui rahasia tersembunyi, dan menyingkirkan hal-hal selain Allah dari dalam hati"
(Yahya bin Mu'adz rahimahullah)

'A J I B


بسم الله الرحمان الرحيم

Jutaan muslimin berkumpul di Monas
Mereka berharap melakukan amalan terbaik - padahal tengah berbuat dosa besar

Aneh bin Ajaib...

Dada-dada mereka merasa tenang dan puas - padahal di depan mata Al-Qur'an dan As-Sunnah dilanggar

Aneh bin Ajaib...

Dedengkot (Penyeru) mereka merasa jadi Mujahid Besar - padahal dosa yang mereka timbun melebihi gunung Tihamah

Aneh bin Ajaib...

Kemana Iman?
Dimana Taqwa?

Kemana perginya Risalah yang telah sempurna itu?

Dimana letak kesabaran menghadapi ujian kehidupan?

'Ajib...
'Ajib...
'Ajib...

Monas dan pentungan Tukang Bakso jadi saksiku
Jutaan muslim tertikam kebodohan dan amarah - akibat menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah...

oOo
(Kepada para perusak Syari'at Islam)

Jumat, 21 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (171)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Semua orang berupaya untuk menyempurnakan diri dan menemukan kenyamanannya, namun kebanyakan dari mereka salah jalan karena tidak memiliki ilmu (pengetahuan) tentang tujuan yang mesti dicari.”
('Ulama)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (170)


بسم الله الرحمان الرحيم


  • "Dzikir itu adalah ta’at serta menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya, adapun orang yang enggan menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya, maka ia bukanlah ahli dzikir, meski ia bertasbih dan membaca Al-Qur’an semalam suntuk."
  • ('Ulama)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (169)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Barangsiapa yang lebih mementingkan sesuatu yang dicintainya daripada cintanya kepada Allah, berarti hatinya sedang sakit.”  
(Ibnul Jauzi rahimahullah)

“Orang berilmu itu merusak apa pun yang diupayakan dan dibangun oleh syaithan.”
('Ulama)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (168)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Manusia membenci kematian karena mereka membangun dunianya dan menghancurkan Akhiratnya, sehingga dia benci untuk menemui kehancuran."*

"Allah Ta’ala menciptakan langit, bumi,  dan apa saja yang terdapat di antara keduanya agar Dia dikenal.”

*  Seandainya dia membangun (mempersiapkan masa depan) Akhiratnya - pasti dia akan merindukannya, dan tidak akan betah berlama-lama hidup di negeri yang penuh dengan tipudaya ini. (Baca juga artikel, DUNIA = PENJARA ORANG MUKMIN = SURGA ORANG KAFIR), (pen blog).
 
oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (167)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Manusia yang paling bodoh, adalah orang yang melibatkan dirinya dalam nafsu (kesalahan) orang lain, lalu dia berbuat zhalim dan menggadaikan Akhiratnya untuk beroleh imbalan dunia dari orang lain.”  
(Abu Hazim rahimahullah)

  • Bila kita bisa selamat dari keburukan dunia, maka tidak akan merugikan kita apa-apa yang tidak kita peroleh dari dunia. 
  • (Ulama)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (166)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Tuntunlah kebodohan kepada kebenaran selagi engkau mengetahuinya.  Janganlah takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela.”  
(Sahabat yang mulia, Sa’id bin Amir radhiyallahu ‘anhu)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (165)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Barangsiapa yang diberi sedikit rasa cinta (kepada Allah), dan tidak diberi rasa takut yang seimbang dengannya, maka dia adalah orang yang tertipu."
(Abdullah bin Mubarak rahimahullah)

"Cinta yang hanya sebesar biji sawi lebih aku sukai daripada beribadah selama 70 tahun tanpa disertai rasa cinta."
(Yahya bin Mu'adz rahimahullah)

oOo



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (164)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Tidaklah seseorang terus menerus berfikir, melainkan dia akan faham, dan tidaklah dia faham melainkan akan mengetahui, dan tidaklah dia mengetahui melainkan akan mengamalkan.”  
(Wahb bin Munabbih rahimahullah)

“Buatlah hati mengaso dan carilah sisi-sisi hikmah, karena hati itu bisa jemu sebagaimana badan juga bisa jemu.”  
(Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu)


oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (163)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Jangan berkenalan dengan orang yang belum engkau ketahui.  Jika perlu, orang yang sudah engkau kenal pun ingkarilah.”  
(Ibrahim bin Adham rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (162)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Tunggangan yang paling cepat ke Surga adalah Zuhud di dunia, dan tunggangan yang paling cepat ke Neraka adalah memperturutkan Syahwat.”*
(‘Ulama Salaf)

Zuhud;  Meninggalkan segala hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan Akhirat.
Sedangkan Wara'; meninggalkan hal-hal (haram) yang membahayakan kehidupan Akhirat.
Jadi, tingkatan Zuhud lebih tinggi daripada Wara', (pen blog).

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (161)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Barangsiapa bersembunyi dari mencari ilmu karena malu, maka ia mengenakan baju kurung kebodohan.  Oleh karena itu potonglah baju kurung kebodohan, karena sesungguhnya barangsiapa yang tipis wajahnya, tipis pula ilmunya.”  
(Al-Hasan rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (160)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Hikmah berkata, ‘Barangsiapa yang mencariku dan tidak menemukanku, hendaklah ia mengerjakan sesuatu yang paling baik yang ia ketahui, dan hendaklah ia meninggalkan sesuatu yang paling buruk yang ia ketahui.  Jika ia melakukan hal tersebut, maka aku bersamanya kendati ia tidak mengenalku.”  
(‘Ulama Salaf)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (159)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Siapa yang dibuat ragu dengan berbagai syubhat (kebathilan yang berkedok / menyerupai kebenaran) pada perkara-perkara yang telah dia ketahui kebenarannya - maka orang yang seperti itu adalah orang yang dungu."
(Asy-Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al-Mu'allimy rahimahullah)


oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (158)


بسم الله الرحمان الرحيم

Sedikit dari dunia ini akan melalaikan banyak dari Akhirat kita.  Dan setiap nikmat yang tidak lebih mendekatkanmu kepada Allah, maka itu akan menjadi siksaan bagimu (kelak).
('Ulama Salaf)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (157)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Tidaklah seseorang dikatakan cerdik - hingga ia memiliki dua perkara;  
* Menjauhkan diri dari milik manusia (tidak meminta-minta).  
* Dan, memaafkan kesalahan-kesalahan mereka."
(Ayyub Assakhtiyani rahimahullah)

"Engkau senantiasa akan mulia di hadapan manusia selama engkau tidak meminta apa yang menjadi milik mereka.  Bila engkau meminta, maka mereka akan meremehkanmu, tidak menghargai perkataanmu, dan membencimu."
(Al-Hasan rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (156)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Seluruh hari dimana seorang mukmin masih dapat hidup di dunia adalah ghanimah (harta rampasan perang)."
(Sahabat yang mulia, Said bin Jubair radhiyallahu 'anhu)

oOo

Kamis, 20 Februari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (155)


بسم الله الرحمان الرحيم


"Seorang mukmin di dunia ini seperti orang asing, dia tidak merasa sedih karena dikucilkan, dan tidak berlomba-lomba untuk mendapatkan kedudukan di dunia.  Dia memiliki cita-cita tersendiri - sementara mereka juga memiliki keinginan yang lain."*
(Al-Hasan rahimahullah)


*  Masing-masing memiliki urusan dan kepentingan yang berbeda di dunia ini, (pen blog).
oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (154)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Di antara infak yang dilipat gandakan (pahalanya) hingga 700 kali lipat adalah, nafkah seseorang untuk diri, dan keluarganya."
(Al-Imam Asy-Sya'bi rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (153)


بسم الله الرحمان الرحيم


"Wahai kaum muslimin, berpegang teguhlah pada agama ini, dan ikutilah petunjuk Nabi kalian yang bijaksana.  Jangan sekali-kali kalian terpesona dengan dunia, karena dunia itu menggiurkan."
(Sahabat yang mulia, Amirul mukminin, Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu)

"Barangsiapa memiliki 4 (empat) hal, maka ia akan mampu memimpin kaumnya, dan tidak ada kendala untuk mendapatkannya; 
1. Agama sebagai perisainya.
2. Kemuliaan yang menjaganya.
3. Akal yang menuntunnya.
4. Rasa malu yang mengendalikannya."*
(Ahnaf  bin Qais rahimahullah)

*  Maka disebutkan oleh para 'Ulama, bahwa pesan pertama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada setiap peristiwa Nubuwah (Kenabian);  "Bila engkau tidak lagi memiliki rasa malu, maka berbuatlah semaumu."
(pen blog).

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (152)


بسم الله الرحمان الرحيم


"Ada 3 (tiga) perkara yang menjadi bagian dari kesabaran;  
* Engkau tidak menceritakan kepada orang lain musibah yang tengah menimpamu, 
* Tidak pula sakit yang engkau derita, 
* Dan tidak merekomendasikan diri sendiri pada orang lain."
(Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (151)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Satu bab ilmu yang dihafal oleh seseorang demi kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain, lebih utama dibandingkan ibadah sunnah selama satu tahun."
(Al-Imam Qatadah rahimahullah)

"Setiap orang yang kembali (ruju') pada kebenaran (al-haq), maka akan bertambah mulia kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan di sisi manusia."*
(Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah)

*  Sebaliknya pun demikian.  Setiap orang yang tetap berkutat dengan berbagai maksiat dan dosa, tidak mau rujuk pada kebenaran, maka akan bertambah hina pula kedudukannya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan manusia, (pen blog).

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (150)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Dua perkara, yang jika baik terdapat pada diri seseorang, maka akan baik pulalah semua urusannya, yaitu Shalat, dan Lisannya."
(Yunus bin Ubaid rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (149)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Kalau saja engkau menyadari hisabmu.   Setiap kali terbenamnya matahari - berkuranglah satu hari usiamu, dan lenyaplah sebagian yang ada pada dirimu."
(Al-Imam Hasan Al-Bashri)

"Barangsiapa yang meminta sesuatu keperluan kepada seseorang, berarti dia telah menyiapkan dirinya untuk diperbudak.  Bila permintaannya diberi, maka berarti dia telah dibeli.  Bila permintaannya ditolak - maka keduanya telah menjadi hina.  Yang satu menjadi hina karena kekikirannya, yang lain menjadi hina karena telah ditolak."
(Al-Imam Syuraih Al-Qadhi)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (148)


بسم الله الرحمان الرحيم

 "Di antara tanda-tanda keyakinan seseorang adalah, dia menghadap Allah dalam setiap kasus, kembali pada-Nya dalam segala urusan, meminta pertolongan pada-Nya dalam semua kondisi, dan menginginkan keridhaan-Nya dalam setiap gerak-geriknya."
('Ulama)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (147)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Hujjah, adalah dalil-dalil Ilmiah yang dipahami oleh hati, dan didengar oleh telinga."

(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

"Keyakinan adalah, stabilitas Ilmu yang tidak berubah di dalam hati."
(Al-Junaid rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (146)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Ilmu itu dalam setiap generasi diusung oleh orang-orang yang adil.  Mereka membuang darinya distorsi (perusakan) orang-orang yang radikal (berlebih-lebihan), plagiasi (jiplakan) para pendusta, dan takwil orang-orang bodoh."
(Al-Hadits)

"Ya Allah, benar sekali bahwa dunia tidak pernah sepi dari orang-orang yang berusaha dengan serius menegakkan hujjah-hujjah Allah karenanya."
(Amirul mukminin, Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (145)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Kematian 1000 orang Ahli Ibadah lebih ringan daripada kematian satu orang Ahli Ilmu."
(Amirul mukminin, Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu)

Perkataan Sahabat yang mulia, Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ketika Amirul mukminin Umar bin Khaththab wafat, "Saya kira pada hari ini - Sembilan persepuluh dari Ilmu telah pergi."*

Allah 'Azza wa Jalla mencabut Ilmu (Agama) dari muka bumi ini tidak sekali cabut (sekaligus), tetapi secara pelan-pelan - satu demi satu dengan meninggalnya orang-orang yang berilmu, sehingga semakin lama manusia akan semakin bodoh terhadap Ilmu Agama, mereka tidak peduli lagi dengan seruan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, meskipun dari sisi sains dan teknologi mereka maju.  Demikianlah antara lain cara Allah 'Azza wa Jalla mewujudkan kehendak-Nya memenuhi Neraka Jahannam dengan timbunan Jin dan manusia.  Ngeri! (pen blog). 

oOo

Senin, 17 Februari 2020

SENTUHAN LEMBUT

بسم الله الرحمان الرحيم

Sentuhan lembut
hanya bagi jiwa yang lembut
dan hidup
Mengajari manusia merenung dan menangis

Dadaku berdebar getar
buluku tegak merinding
menghayati sentuhan lembut itu

Itu baru satu
bagaimana bila dua, tiga, 
atau lima...
Melelehlah dunia

Sentuhan lembut
selembut mahkota raja-diraja
selembut sentuhan Corona...



oOo

(Kepada Wuhan, Prov. Hubei, di Tiongkok)


Kamis, 13 Februari 2020

AQIDAH DAN AMALAN YAHUDI DAN NASRANI YANG DITIRU SEBAGIAN MUSLIMIN


بسم الله الرحمان الرحيم

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya),
"Kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal - sehasta demi sehasta.  Hingga, jika mereka masuk ke lubang dhabb* niscaya kalian akan mengikutinya."
Kami katakan, "Ya Rasulullah, apakah (yang dimaksud) YAHUDI dan NASRANI?"
Beliau bersabda, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?"

(HR. Al-Bukhari - Muslim)

Di antara amalan dan keyakinan kaum Yahudi dan Nasrani yang diikuti oleh sebagian kaum muslimin adalah;

1.  Ghuluw (Melampaui batas)
Adapun dalam istilah syari'at, artinya adalah melampaui batas dalam perbuatan memuji dan mencela.
Ghuluw ini dapat terjadi dalam berbagai masalah, seperti masalah Aqidah, Ibadah , Mu'amalah, maupun Adat-istiadat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya),
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kalian berbuat ghuluw (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam Agama kalian."
(Al-Maidah;  77)
Di antara bentuk ghuluw orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah, mengkultus individukan dan menyembah seorang manusia.
Orang-orang Yahudi mengatakan, bahwa Uzair adalah anak Allah, sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan, bahwa Isa Ibnu Maryam adalah anak Allah.  Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta'ala dari apa yang mereka perserikatkan.  Hampir-hampir saja langit dan gunung-gunung itu runtuh, dan bumi ini menjadi terbelah mendengar ucapan mereka.

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman tentang perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani (artinya),
"Mereka menjadikan 'ulama dan ahli ibadah mereka sebagai Rabb (Tuhan) selain Allah."
(At-Taubah;. 31)
Kemudian, muncul dari kalangan kaum muslimin - orang-orang yang ghuluw terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan orang-orang Shalih.
Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda (artinya),
"Janganlah kalian mengkultuskan aku, sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa Ibnu Maryam."
Di kalangan umat ini, ada kelompok menyimpang Sufiyah yang mengkultuskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.  Mereka mengklaim, bahwa Beliau mengetahui hal-hal yang ghaib.  Bahkan, mereka mengatakan (meyakini), bahwa semua makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala berasal dari Nur (cahaya) Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyatakan tentang hikmah diciptakannya Jin dan manusia,
"Tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
(Adz-Dzariyat;  56), termasuk penciptaan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri tentunya, dan para Rasul sebelumnya.
Demikian pula kelompok Syi'ah, yang mengkultuskan orang-orang yang mereka anggap sebagai Imam mereka.  Di antara bentuk pengkultusan tersebut adalah, meyakini bahwa Imam-Imam mereka tersebut ma'shum (terjaga / terbebas dari kesalahan), mengetahui perkara yang ghaib.
Khomeini (salah satu tokoh Syi'ah) berkata,
"Sesungguhnya termasuk perkara yang penting dalam madzhab kami, bahwasanya para Imam memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh Malaikat Muqarrabun (yang didekatkan kepada Allah), ataupun Nabi yang diutus."
Di dalam kitab menyimpang mereka Al-Kafi disebutkan, "Bab;  Para Imam mengetahui apa-apa yang telah, dan akan terjadi, serta tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi mereka."
Inilah ucapan-ucapan kufur yang menunjukkan ghuluw-nya kaum Syi'ah dan kelompok menyimpang lainnya - terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai Imam.
(Baca artikel, PARA PENYEMBAH DA'I)

2.  Mentahrif Kalamullah
Tahrif, berarti memalingkan makna ucapan dari pengertian dzahirnya kepada makna yang lain (menyimpang), yang tidak ditunjukkan oleh konteks kalimat, tanpa ada dalil yang membolehkan untuk  memalingkannya (qarinah, pen blog).
Tahrif ada dua macam;
* Tahrif Lafdzi, dan
* Tahrif Maknawi.
Tahrif Lafdzi memiliki tiga bentuk;
a. Mengubah harakat, misalnya mereka mentahrif firman Allah,
وكلم الله موس تكليما
"Wa kallama Allahu Muwsa tak'liyman"
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung."  (An-Nisa; 164)
Mereka merubahnya dengan menashabkan Lafdhul Jalalah "Allahu" menjadi "Allaha", sehingga makna kalimatnya berubah menjadi,
"Nabi Musa-lah yang berbicara kepada Allah."
b. Menambah satu huruf, seperti tahrif yang dilakukan Ahlul Bid'ah pada kata  استوى  /  "Istawaa" / bersemayam / tinggi / naik di atas, menjadi
استولى  /  "Istawlaa"  / menguasai.
c. Menambah satu kata, seperti tahrif yang mereka lakukan dalam firman Allah,
وجاء ربك  /  "wa jaa-a Rabbuku"  /  Rabb-mu datang, mereka rubah menjadi,
وجاء أمر ربك  /  "Wa jaa-a amru rabbika"  /  Perintah Rabb-mu datang.

Sedangkan Tahrif Maknawi, adalah mengubah makna suatu kata - tanpa mengubah harokat (tanda baca) atau lafazh-nya.  Contohnya, mereka yang memaknai  يد الله  /  "Yadullahu"  /  Tangan Allah, mereka ubah maknanya menjadi;  Kekuasaan Allah.
Tahrif adalah perbuatan yang gemar dilakukan oleh orang-orang Yahudi Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang mereka (yang artinya),
"Di antara orang Yahudi, ada yang men-tahrif (menyelewengkan makna) firman Allah dari makna yang sebenarnya."  (An-Nisa; 46)
Di antara bentuk Tahrif orang Yahudi adalah, ketika mereka diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar mengucapkan,  حطة  /  "Hiththatun"    (ampunilah), mereka malah mengucapkan   حنطة  /  "Hinthatun"  (gandum)
Dari kalangan umat ini (Islam) banyak bermunculan kelompok-kelompok sempalan yang men-tahrif firman Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk "mengokohkan" Bid'ah, dan Aqidah mereka yang rusak, seperti kelompok sempalan Mu'tazilah, Asy-'Ariyah, Maturidiyah, beserta ahlul bid'ah lainnya.  Mereka melakukan kedua bentuk Tahrif tersebut, baik Tahrif Lafdzi maupun Tahrif Maknawi seperti yang telah diterangkan di atas.

3.  Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid
Perbuatan ini merupakan salah satu sebab dilaknatnya orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.  Mereka menjadikan kuburan sebagai masjid.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
لعن الله اليهود و النصارى  اتخذوا قبور انبياءىهم مساجد  /  "La'ana Allahu al-yahuwda wa an-nashaara it-takhadzuw qubuwra anbiyaa-ihim masaajida"

"Allah melaknat YAHUDI dan NASRANI, karena mereka menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan umat Beliau dari perbuatan yang sangat dibenci Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut.  Beliau juga telah bersabda (artinya),
"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah."
Namun, dari kalangan umat ini santer muncul kelompok sesat Sufiyah, dan yang semisal dengan mereka - seperti kelompok Rafidhah dan kelompok lain yang mengagungkan kuburan serta menyembahnya.  Mereka melakukan haul (peringatan tahunan), thawaf, dan berbagai ritual yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
"Di antara bentuk ghuluw terhadap kuburan dan penghuni kubur adalah, mendirikan bangunan di atas kuburan, memberinya lentera, meletakkan kelambu padanya, menulisi nisannya, mengapur (mengecatnya), serta berbagai bentuk ghuluw lainnya.  Oleh karena itu, Rasulullah melarang semua perbuatan ini."  (Syarh Masail Jahiliyyah, hal. 226)

4.  Berloyalitas Kepada Musuh-Musuh Allah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang perbuatan orang-orang Yahudi (artinya),
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka berwala' (berloyalitas) terhadap orang-orang Kafir (musyrik).  Sesungguhnya, amat buruklah apa yang mereka persiapkan bagi diri mereka - yaitu kemurkaan Allah kepada mereka;  Dan, mereka akan kekal dalam siksaan. "  (Al-Maidah;  80)
Allah telah mengharamkan berloyalitas terhadap orang-orang kafir.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin (teman dekatmu);  Sebagian mereka adalah pemimpin (teman dekat) bagi sebagian yang lain.  Barangsiapa di antara kamu yang berwala' (loyalitas) terhadap mereka (menjadikannya sebagai pemimpin atau teman dekat), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka Sesungguhnya, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."  (Al-Maidah;  51)
Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kaum muslimin melakukan perbuatan seperti kelompok Yahudi, yaitu berloyalitas dan cinta terhadap orang-orang kafir.  Firman-Nya (artinya),
"Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (teman dekat), dengan meninggalkan orang-orang mukmin.  Barangsiapa berbuat demikian, niscaya terlepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka."  (Ali Imran;  28)
Jelaslah, bahwa memenci ajaran agama mereka dan berlepas diri dari orang kafir, dan agama mereka hukumnya adalah wajib.
Prinsip Al-Wala wal-Bara' (Berloyalitas dan berlepas diri) termasuk kewajiban yang paling besar dalam agama Islam.
Namun, kita tidak pula boleh menzhalimi apa yang menjadi hak-hak mereka.
Beberapa kelompok dari umat ini, seperti kelompok Syi'ah Rafidhah, dan kaum Sufiyah, dan yang semacam mereka sering membuka hubungan dan ber-wala' (berloyalitas) dengan orang-orang kafir.  Padahal, mereka tidak segan-segan berkhianat terhadap kaum muslimin untuk membantu orang-orang kafir lainnya.  Penghianatan yang pernah mereka lakukan merupakan salah satu dari sekian banyak sejarah kelam mereka.
Seorang tokoh Syi'ah Rafidhah bernama Nashir At-Tushi pernah membuat bait-bait sya'ir yang menyanjung Al-Mu'tashim - yang merupakan salah seorang pemimpin Bani Abbasiyah.  Tetapi ketika pemimpin bangsa Tartar, Hulagu Khan memiliki kesempatan untuk membunuhnya - ia pun memberikan isyarat (peluang) untuk membunuhnya (Al-Mu'tashim).  Pengkhianatan inipun melibatkan seseorang dari Syi'ah Rafidhah lainnya yang bernama Ibnu Al-Qami, dialah yang menyarankan kepada Al-Mu'tashim untuk mengurangi jumlah pasukan, sehingga Hulagu Khan leluasa (dengan mudah) membunuhnya.  (Aqidah Ahlus Sunnah wa Mafumuha, hal. 65)

5.  Sihir
Orang-orang Yahudi termasuk golongan yang ahli dalam menggunakan sihir, bahkan salah seorang dari mereka pernah melakukannya terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Orang-orang Yahudi telah membuang apa yang dibawa para Rasul dari Allah Subhanahu wa Ta'ala - mencampakkannya ke belakang punggung-punggung mereka.  Lalu, mereka beriman kepada kitab-kitab sihir, sebagaimana makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut,
"Dan, telah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah, yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka.  Sebagian orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) mereka, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).  Dan, mereka mengikuti apa yang dibaca syaithan-syaithan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidaklah kafir (tidak mengerjakan sihir).  Hanya syaithan-syaithan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).  Mereka mengajarkan sihir kepada manusia."  (Al-Baqarah;  101-102)
Amalan orang-orang Yahudi yang kufur inipun diikuti oleh sebagian orang yang menisbatkan diri kepada Islam.  Sebagian dari mereka mendalami ilmu sihir, yang menjauhkannya dari ilmu agama Allah Subhanahu wa Ta'ala.

6.  Beriman kepada Sebagian Ayat-ayat Allah dan Mengingkari Sebagian yang Lain.
Makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menerangkan sebagian sifat orang-orang Yahudi,
"Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab, dan mengingkari sebagiannya?" (Al-Baqarah;  85)
Mereka tidak beriman, kecuali yang mencocoki hawa nafsu mereka.  Padahal, keimanan mereka pada sebagian ayat-ayat Allah itu tidak membawa manfaat sama sekali - bila mereka mendustakan yang lainnya.
Berkata Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan,
"Termasuk orang yang mengingkari sebagian ayat-ayat Allah, adalah orang yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah makhluk - baik lafazh maupun maknanya.  Atau, orang yang mengatakan Lafazhnya adalah makhluk - sedangkan maknanya tidak - seperti ucapan orang-orang Asy-'Ariyah.  Ini semua, adalah ucapan yang mendustakan Al-Qur'an.  Barangsiapa yang menyatakan Al-Qur'an adalah makhluk, baik lafazh dan maknanya sebagaimana ucapan orang-orang Jahmiyah, atau menyatakan bahwa Lafazhnya adalah makhluk - sedangkan maknanya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala - inipun kufur.  Kecuali bila yang mengucapkannya adalah seorang yang muqallid (orang yang taqlid / ikut-ikutan, pen.) atau muta'awil (mentakwil) maka dia telah tersesat.  Karena Al-Qur'an adalah Kalamullah, baik lafazh maupun maknanya, keseluruhannya adalah Kalamullah (Perkataan Allah)..."  (Syarh Masa'il Jahiliyyah, hal. 170)

7.  Ta'ashub (Fanatik buta)
Di antara sifat orang-orang Yahudi adalah Ta'ashub (Fanatik buta) terhadap madzhab yang bathil.  Mereka berkata seperti yang disebutkan dalam makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Janganlah kalian percaya, kecuali kepada orang yang mengikuti agama kalian (kelompok)."  (Ali 'Imran;  73)
Dalam ayat lain,
"Kami (hanya) beriman kepada kitab yang diturunkan kepada kami."  (Al-Baqarah;  91)
Yakni, beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi kami saja.
Padahal kewajiban mereka adalah mengimani semua yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada semua Nabi, baik kepada Nabi yang diutus kepada mereka maupun para Nabi lainnya.
Oleh sebab itu, pada hakikatnya mereka mendustakan ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi mereka sendiri, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman,
فلم تقتلون أنبياء الله
"Falima taq'tuluwna anbiyaa-a Allahi"

"Mengapa kalian membunuh Nabi-Nabi Allah?"  (Al-Baqarah;  91)
Yakni, apakah Allah menurunkan perintah kepada Nabi kalian untuk membunuh para Nabi?  Seperti yang kalian lakukan?
Amalan orang-orang Yahudi inipun diikuti oleh sebagian kaum muslimin pada zaman sekarang.  Sebagian mereka fanatik terhadap madzhab, Imam, atau kelompok tertentu tanpa mengikuti dalil.  Bahkan, dalam hal-hal tertentu yang menyelisihi dalil - baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamSehingga, dengan bersikap Ta'ashub (Fanatik buta) terhadap kelompok tersebut pada hakikatnya mereka telah "membunuh" (mematikan) ajaran (Risalah) Nabi mereka sendiri.

8.  Hiyal (Tipu muslihat)
Amalan tercela lainnya dari orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah Hiyal (Tipu muslihat) untuk menolak dan membantah apa yang dibawa para Rasul dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, guna "mengamankan" kekufuran dan kesesatan mereka.  Hal ini mereka lakukan karena tidak mampu lagi menolak secara terang-terangan, sehingga mereka melakukan makar secara tersembunyi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang mereka (artinya),
"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu.  Dan, Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya."  (Ali 'Imran;  54)
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah - dan menang dalam perang Badr, orang-orang Yahudi tidak mampu menghambat manusia yang berduyun-duyun masuk ke dalam agama Islam.  Mereka pun melakukan Hiyal (Tipu muslihat) dan Makar.
Sekelompok mereka berkata, "Masuklah kalian ke dalam Islam di awal siang, jika telah berada di akhir siang murtadlah kalian dari Islam.  Ucapkanlah oleh kalian, 'Kami tidak mendapati kebaikan dalam agama Muhammad,' niscaya manusia akan mengikuti langkah kalian - karena kalian adalah Ahlul Kitab."
Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala membongkar makar mereka itu dengan makna firman-Nya,
"Sekelompok ahli kitab berkata (kepada sesamanya), 'Perlihatkanlah (seolah-olah) kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (para Sahabat) pada permulaan siang, dan ingkarilah mereka pada akhirnya, agar mereka (orang-orang beriman) kembali (pada kekafiran)."  (Ali 'Imran;  72)
Bentuk Hiyal lainnya dari orang-orang Yahudi adalah, ketika mereka dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala mengambil ikan pada hari Sabtu.  Maka, dengan kelicikannya mereka pasang jala (penangkap ikan) di hari Jum'at, dan mengambilnya setelah hari Sabtu.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Dan, tanyakanlah kepada Bani Israil, tentang negeri yang terletak di dekat laut - ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu - ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.  Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik."  (Al-A'raf;  163)

Demikianlah beberapa Aqidah dan Amalan kaum Yahudi dan Nasrani yang Allah Subhanahu wa Ta'ala terangkan kepada kita, agar kita menjauhkannya dari Aqidah dan Amalan orang-orang yang beriman (Mukmin muwahid / Mukmin yang bertauhid) yang bersih dari syirik, khurafat, bid'ah, dan sifat-sifat tercela di atas.
Berkata Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu 'anhu,
"Dahulu para Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan, adapun aku bertanya kepada Beliau tentang keburukan, karena khawatir akan menimpaku."
Seorang penyair berkata,
Aku mengenal keburukan
bukan untuk melakukannya, namun untuk menjauhinya
Siapa yang tidak mengenal keburukan tentu akan mudah terjerumus ke dalamnya.

Masih banyak sebetulnya keburukan-keburukan kaum Yahudi dan Nasrani yang tidak disebutkan pada tulisan ini.  Seperti, mencampur adukkan antara kebenaran dengan kebathilan.  Hal (keburukan) ini juga ditiru oleh para pelaku / ahli bid'ah dari umat ini, yang merupakan "warisan" dari sekian banyak keburukan kaum Yahudi dan Nasrani.
Seperti mengantarkan dan mendo'akan seorang Nasrani atau Yahudi yang telah meninggal ke kuburan mereka, padahal perbuatan ini dilarang keras oleh Allah dan Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan orang-orang yang beriman antara lain dengan ayat (artinya),
"Dan, janganlah kalian campur-adukkan antara yang Haq dengan yang Bathil, dan janganlah kalian sembunyikan yang Haq itu, sedangkan kalian mengetahuinya."  (Al-Baqarah;  42)
(Baca artikel, 128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH)
Akhirul Kalam,  الحمد لله رب العالمين.


oOo
*  Binatang sejenis kadal

(Disadur dari tulisan, "Aqidah dan Amalan Yahudi yang Ditiru oleh Sebagian Muslimin", Al-Ustadz Qomar Su'aidi, Majalah Asy-Syariah, vol. III/No. 32/1428 H/2007 M)