Kamis, 13 Februari 2020

AQIDAH DAN AMALAN YAHUDI DAN NASRANI YANG DITIRU SEBAGIAN MUSLIMIN


بسم الله الرحمان الرحيم

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya),
"Kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal - sehasta demi sehasta.  Hingga, jika mereka masuk ke lubang dhabb* niscaya kalian akan mengikutinya."
Kami katakan, "Ya Rasulullah, apakah (yang dimaksud) YAHUDI dan NASRANI?"
Beliau bersabda, "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?"

(HR. Al-Bukhari - Muslim)

Di antara amalan dan keyakinan kaum Yahudi dan Nasrani yang diikuti oleh sebagian kaum muslimin adalah;

1.  Ghuluw (Melampaui batas)
Adapun dalam istilah syari'at, artinya adalah melampaui batas dalam perbuatan memuji dan mencela.
Ghuluw ini dapat terjadi dalam berbagai masalah, seperti masalah Aqidah, Ibadah , Mu'amalah, maupun Adat-istiadat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya),
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah kalian berbuat ghuluw (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam Agama kalian."
(Al-Maidah;  77)
Di antara bentuk ghuluw orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah, mengkultus individukan dan menyembah seorang manusia.
Orang-orang Yahudi mengatakan, bahwa Uzair adalah anak Allah, sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan, bahwa Isa Ibnu Maryam adalah anak Allah.  Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta'ala dari apa yang mereka perserikatkan.  Hampir-hampir saja langit dan gunung-gunung itu runtuh, dan bumi ini menjadi terbelah mendengar ucapan mereka.

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman tentang perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani (artinya),
"Mereka menjadikan 'ulama dan ahli ibadah mereka sebagai Rabb (Tuhan) selain Allah."
(At-Taubah;. 31)
Kemudian, muncul dari kalangan kaum muslimin - orang-orang yang ghuluw terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan orang-orang Shalih.
Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda (artinya),
"Janganlah kalian mengkultuskan aku, sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa Ibnu Maryam."
Di kalangan umat ini, ada kelompok menyimpang Sufiyah yang mengkultuskan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.  Mereka mengklaim, bahwa Beliau mengetahui hal-hal yang ghaib.  Bahkan, mereka mengatakan (meyakini), bahwa semua makhluk yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala berasal dari Nur (cahaya) Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyatakan tentang hikmah diciptakannya Jin dan manusia,
"Tidaklah Aku ciptakan Jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
(Adz-Dzariyat;  56), termasuk penciptaan Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri tentunya, dan para Rasul sebelumnya.
Demikian pula kelompok Syi'ah, yang mengkultuskan orang-orang yang mereka anggap sebagai Imam mereka.  Di antara bentuk pengkultusan tersebut adalah, meyakini bahwa Imam-Imam mereka tersebut ma'shum (terjaga / terbebas dari kesalahan), mengetahui perkara yang ghaib.
Khomeini (salah satu tokoh Syi'ah) berkata,
"Sesungguhnya termasuk perkara yang penting dalam madzhab kami, bahwasanya para Imam memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh Malaikat Muqarrabun (yang didekatkan kepada Allah), ataupun Nabi yang diutus."
Di dalam kitab menyimpang mereka Al-Kafi disebutkan, "Bab;  Para Imam mengetahui apa-apa yang telah, dan akan terjadi, serta tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi mereka."
Inilah ucapan-ucapan kufur yang menunjukkan ghuluw-nya kaum Syi'ah dan kelompok menyimpang lainnya - terhadap orang-orang yang mereka anggap sebagai Imam.
(Baca artikel, PARA PENYEMBAH DA'I)

2.  Mentahrif Kalamullah
Tahrif, berarti memalingkan makna ucapan dari pengertian dzahirnya kepada makna yang lain (menyimpang), yang tidak ditunjukkan oleh konteks kalimat, tanpa ada dalil yang membolehkan untuk  memalingkannya (qarinah, pen blog).
Tahrif ada dua macam;
* Tahrif Lafdzi, dan
* Tahrif Maknawi.
Tahrif Lafdzi memiliki tiga bentuk;
a. Mengubah harakat, misalnya mereka mentahrif firman Allah,
وكلم الله موس تكليما
"Wa kallama Allahu Muwsa tak'liyman"
"Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung."  (An-Nisa; 164)
Mereka merubahnya dengan menashabkan Lafdhul Jalalah "Allahu" menjadi "Allaha", sehingga makna kalimatnya berubah menjadi,
"Nabi Musa-lah yang berbicara kepada Allah."
b. Menambah satu huruf, seperti tahrif yang dilakukan Ahlul Bid'ah pada kata  استوى  /  "Istawaa" / bersemayam / tinggi / naik di atas, menjadi
استولى  /  "Istawlaa"  / menguasai.
c. Menambah satu kata, seperti tahrif yang mereka lakukan dalam firman Allah,
وجاء ربك  /  "wa jaa-a Rabbuku"  /  Rabb-mu datang, mereka rubah menjadi,
وجاء أمر ربك  /  "Wa jaa-a amru rabbika"  /  Perintah Rabb-mu datang.

Sedangkan Tahrif Maknawi, adalah mengubah makna suatu kata - tanpa mengubah harokat (tanda baca) atau lafazh-nya.  Contohnya, mereka yang memaknai  يد الله  /  "Yadullahu"  /  Tangan Allah, mereka ubah maknanya menjadi;  Kekuasaan Allah.
Tahrif adalah perbuatan yang gemar dilakukan oleh orang-orang Yahudi Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang mereka (yang artinya),
"Di antara orang Yahudi, ada yang men-tahrif (menyelewengkan makna) firman Allah dari makna yang sebenarnya."  (An-Nisa; 46)
Di antara bentuk Tahrif orang Yahudi adalah, ketika mereka diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar mengucapkan,  حطة  /  "Hiththatun"    (ampunilah), mereka malah mengucapkan   حنطة  /  "Hinthatun"  (gandum)
Dari kalangan umat ini (Islam) banyak bermunculan kelompok-kelompok sempalan yang men-tahrif firman Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk "mengokohkan" Bid'ah, dan Aqidah mereka yang rusak, seperti kelompok sempalan Mu'tazilah, Asy-'Ariyah, Maturidiyah, beserta ahlul bid'ah lainnya.  Mereka melakukan kedua bentuk Tahrif tersebut, baik Tahrif Lafdzi maupun Tahrif Maknawi seperti yang telah diterangkan di atas.

3.  Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid
Perbuatan ini merupakan salah satu sebab dilaknatnya orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.  Mereka menjadikan kuburan sebagai masjid.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
لعن الله اليهود و النصارى  اتخذوا قبور انبياءىهم مساجد  /  "La'ana Allahu al-yahuwda wa an-nashaara it-takhadzuw qubuwra anbiyaa-ihim masaajida"

"Allah melaknat YAHUDI dan NASRANI, karena mereka menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan umat Beliau dari perbuatan yang sangat dibenci Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut.  Beliau juga telah bersabda (artinya),
"Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah."
Namun, dari kalangan umat ini santer muncul kelompok sesat Sufiyah, dan yang semisal dengan mereka - seperti kelompok Rafidhah dan kelompok lain yang mengagungkan kuburan serta menyembahnya.  Mereka melakukan haul (peringatan tahunan), thawaf, dan berbagai ritual yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
"Di antara bentuk ghuluw terhadap kuburan dan penghuni kubur adalah, mendirikan bangunan di atas kuburan, memberinya lentera, meletakkan kelambu padanya, menulisi nisannya, mengapur (mengecatnya), serta berbagai bentuk ghuluw lainnya.  Oleh karena itu, Rasulullah melarang semua perbuatan ini."  (Syarh Masail Jahiliyyah, hal. 226)

4.  Berloyalitas Kepada Musuh-Musuh Allah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang perbuatan orang-orang Yahudi (artinya),
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka berwala' (berloyalitas) terhadap orang-orang Kafir (musyrik).  Sesungguhnya, amat buruklah apa yang mereka persiapkan bagi diri mereka - yaitu kemurkaan Allah kepada mereka;  Dan, mereka akan kekal dalam siksaan. "  (Al-Maidah;  80)
Allah telah mengharamkan berloyalitas terhadap orang-orang kafir.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin (teman dekatmu);  Sebagian mereka adalah pemimpin (teman dekat) bagi sebagian yang lain.  Barangsiapa di antara kamu yang berwala' (loyalitas) terhadap mereka (menjadikannya sebagai pemimpin atau teman dekat), maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka Sesungguhnya, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."  (Al-Maidah;  51)
Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kaum muslimin melakukan perbuatan seperti kelompok Yahudi, yaitu berloyalitas dan cinta terhadap orang-orang kafir.  Firman-Nya (artinya),
"Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (teman dekat), dengan meninggalkan orang-orang mukmin.  Barangsiapa berbuat demikian, niscaya terlepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka."  (Ali Imran;  28)
Jelaslah, bahwa memenci ajaran agama mereka dan berlepas diri dari orang kafir, dan agama mereka hukumnya adalah wajib.
Prinsip Al-Wala wal-Bara' (Berloyalitas dan berlepas diri) termasuk kewajiban yang paling besar dalam agama Islam.
Namun, kita tidak pula boleh menzhalimi apa yang menjadi hak-hak mereka.
Beberapa kelompok dari umat ini, seperti kelompok Syi'ah Rafidhah, dan kaum Sufiyah, dan yang semacam mereka sering membuka hubungan dan ber-wala' (berloyalitas) dengan orang-orang kafir.  Padahal, mereka tidak segan-segan berkhianat terhadap kaum muslimin untuk membantu orang-orang kafir lainnya.  Penghianatan yang pernah mereka lakukan merupakan salah satu dari sekian banyak sejarah kelam mereka.
Seorang tokoh Syi'ah Rafidhah bernama Nashir At-Tushi pernah membuat bait-bait sya'ir yang menyanjung Al-Mu'tashim - yang merupakan salah seorang pemimpin Bani Abbasiyah.  Tetapi ketika pemimpin bangsa Tartar, Hulagu Khan memiliki kesempatan untuk membunuhnya - ia pun memberikan isyarat (peluang) untuk membunuhnya (Al-Mu'tashim).  Pengkhianatan inipun melibatkan seseorang dari Syi'ah Rafidhah lainnya yang bernama Ibnu Al-Qami, dialah yang menyarankan kepada Al-Mu'tashim untuk mengurangi jumlah pasukan, sehingga Hulagu Khan leluasa (dengan mudah) membunuhnya.  (Aqidah Ahlus Sunnah wa Mafumuha, hal. 65)

5.  Sihir
Orang-orang Yahudi termasuk golongan yang ahli dalam menggunakan sihir, bahkan salah seorang dari mereka pernah melakukannya terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Orang-orang Yahudi telah membuang apa yang dibawa para Rasul dari Allah Subhanahu wa Ta'ala - mencampakkannya ke belakang punggung-punggung mereka.  Lalu, mereka beriman kepada kitab-kitab sihir, sebagaimana makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut,
"Dan, telah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah, yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka.  Sebagian orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung) mereka, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).  Dan, mereka mengikuti apa yang dibaca syaithan-syaithan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidaklah kafir (tidak mengerjakan sihir).  Hanya syaithan-syaithan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).  Mereka mengajarkan sihir kepada manusia."  (Al-Baqarah;  101-102)
Amalan orang-orang Yahudi yang kufur inipun diikuti oleh sebagian orang yang menisbatkan diri kepada Islam.  Sebagian dari mereka mendalami ilmu sihir, yang menjauhkannya dari ilmu agama Allah Subhanahu wa Ta'ala.

6.  Beriman kepada Sebagian Ayat-ayat Allah dan Mengingkari Sebagian yang Lain.
Makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menerangkan sebagian sifat orang-orang Yahudi,
"Apakah kalian beriman kepada sebagian kitab, dan mengingkari sebagiannya?" (Al-Baqarah;  85)
Mereka tidak beriman, kecuali yang mencocoki hawa nafsu mereka.  Padahal, keimanan mereka pada sebagian ayat-ayat Allah itu tidak membawa manfaat sama sekali - bila mereka mendustakan yang lainnya.
Berkata Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan,
"Termasuk orang yang mengingkari sebagian ayat-ayat Allah, adalah orang yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah makhluk - baik lafazh maupun maknanya.  Atau, orang yang mengatakan Lafazhnya adalah makhluk - sedangkan maknanya tidak - seperti ucapan orang-orang Asy-'Ariyah.  Ini semua, adalah ucapan yang mendustakan Al-Qur'an.  Barangsiapa yang menyatakan Al-Qur'an adalah makhluk, baik lafazh dan maknanya sebagaimana ucapan orang-orang Jahmiyah, atau menyatakan bahwa Lafazhnya adalah makhluk - sedangkan maknanya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala - inipun kufur.  Kecuali bila yang mengucapkannya adalah seorang yang muqallid (orang yang taqlid / ikut-ikutan, pen.) atau muta'awil (mentakwil) maka dia telah tersesat.  Karena Al-Qur'an adalah Kalamullah, baik lafazh maupun maknanya, keseluruhannya adalah Kalamullah (Perkataan Allah)..."  (Syarh Masa'il Jahiliyyah, hal. 170)

7.  Ta'ashub (Fanatik buta)
Di antara sifat orang-orang Yahudi adalah Ta'ashub (Fanatik buta) terhadap madzhab yang bathil.  Mereka berkata seperti yang disebutkan dalam makna firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Janganlah kalian percaya, kecuali kepada orang yang mengikuti agama kalian (kelompok)."  (Ali 'Imran;  73)
Dalam ayat lain,
"Kami (hanya) beriman kepada kitab yang diturunkan kepada kami."  (Al-Baqarah;  91)
Yakni, beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi kami saja.
Padahal kewajiban mereka adalah mengimani semua yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada semua Nabi, baik kepada Nabi yang diutus kepada mereka maupun para Nabi lainnya.
Oleh sebab itu, pada hakikatnya mereka mendustakan ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi mereka sendiri, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman,
فلم تقتلون أنبياء الله
"Falima taq'tuluwna anbiyaa-a Allahi"

"Mengapa kalian membunuh Nabi-Nabi Allah?"  (Al-Baqarah;  91)
Yakni, apakah Allah menurunkan perintah kepada Nabi kalian untuk membunuh para Nabi?  Seperti yang kalian lakukan?
Amalan orang-orang Yahudi inipun diikuti oleh sebagian kaum muslimin pada zaman sekarang.  Sebagian mereka fanatik terhadap madzhab, Imam, atau kelompok tertentu tanpa mengikuti dalil.  Bahkan, dalam hal-hal tertentu yang menyelisihi dalil - baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamSehingga, dengan bersikap Ta'ashub (Fanatik buta) terhadap kelompok tersebut pada hakikatnya mereka telah "membunuh" (mematikan) ajaran (Risalah) Nabi mereka sendiri.

8.  Hiyal (Tipu muslihat)
Amalan tercela lainnya dari orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah Hiyal (Tipu muslihat) untuk menolak dan membantah apa yang dibawa para Rasul dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, guna "mengamankan" kekufuran dan kesesatan mereka.  Hal ini mereka lakukan karena tidak mampu lagi menolak secara terang-terangan, sehingga mereka melakukan makar secara tersembunyi.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang mereka (artinya),
"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu.  Dan, Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya."  (Ali 'Imran;  54)
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah - dan menang dalam perang Badr, orang-orang Yahudi tidak mampu menghambat manusia yang berduyun-duyun masuk ke dalam agama Islam.  Mereka pun melakukan Hiyal (Tipu muslihat) dan Makar.
Sekelompok mereka berkata, "Masuklah kalian ke dalam Islam di awal siang, jika telah berada di akhir siang murtadlah kalian dari Islam.  Ucapkanlah oleh kalian, 'Kami tidak mendapati kebaikan dalam agama Muhammad,' niscaya manusia akan mengikuti langkah kalian - karena kalian adalah Ahlul Kitab."
Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala membongkar makar mereka itu dengan makna firman-Nya,
"Sekelompok ahli kitab berkata (kepada sesamanya), 'Perlihatkanlah (seolah-olah) kalian beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (para Sahabat) pada permulaan siang, dan ingkarilah mereka pada akhirnya, agar mereka (orang-orang beriman) kembali (pada kekafiran)."  (Ali 'Imran;  72)
Bentuk Hiyal lainnya dari orang-orang Yahudi adalah, ketika mereka dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala mengambil ikan pada hari Sabtu.  Maka, dengan kelicikannya mereka pasang jala (penangkap ikan) di hari Jum'at, dan mengambilnya setelah hari Sabtu.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Dan, tanyakanlah kepada Bani Israil, tentang negeri yang terletak di dekat laut - ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu - ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.  Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik."  (Al-A'raf;  163)

Demikianlah beberapa Aqidah dan Amalan kaum Yahudi dan Nasrani yang Allah Subhanahu wa Ta'ala terangkan kepada kita, agar kita menjauhkannya dari Aqidah dan Amalan orang-orang yang beriman (Mukmin muwahid / Mukmin yang bertauhid) yang bersih dari syirik, khurafat, bid'ah, dan sifat-sifat tercela di atas.
Berkata Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu 'anhu,
"Dahulu para Sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan, adapun aku bertanya kepada Beliau tentang keburukan, karena khawatir akan menimpaku."
Seorang penyair berkata,
Aku mengenal keburukan
bukan untuk melakukannya, namun untuk menjauhinya
Siapa yang tidak mengenal keburukan tentu akan mudah terjerumus ke dalamnya.

Masih banyak sebetulnya keburukan-keburukan kaum Yahudi dan Nasrani yang tidak disebutkan pada tulisan ini.  Seperti, mencampur adukkan antara kebenaran dengan kebathilan.  Hal (keburukan) ini juga ditiru oleh para pelaku / ahli bid'ah dari umat ini, yang merupakan "warisan" dari sekian banyak keburukan kaum Yahudi dan Nasrani.
Seperti mengantarkan dan mendo'akan seorang Nasrani atau Yahudi yang telah meninggal ke kuburan mereka, padahal perbuatan ini dilarang keras oleh Allah dan Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan orang-orang yang beriman antara lain dengan ayat (artinya),
"Dan, janganlah kalian campur-adukkan antara yang Haq dengan yang Bathil, dan janganlah kalian sembunyikan yang Haq itu, sedangkan kalian mengetahuinya."  (Al-Baqarah;  42)
(Baca artikel, 128 PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH)
Akhirul Kalam,  الحمد لله رب العالمين.


oOo
*  Binatang sejenis kadal

(Disadur dari tulisan, "Aqidah dan Amalan Yahudi yang Ditiru oleh Sebagian Muslimin", Al-Ustadz Qomar Su'aidi, Majalah Asy-Syariah, vol. III/No. 32/1428 H/2007 M)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar