بسم الله الرحمان الرحيم
Setiap melaksanakan shalat, umat Islam wajib memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari 2 (dua) kategori penyimpangan manusia (Orang-orang yang sesat, dan orang-orang yang dimurkai).
Kedua kategori kelompok tersebut sama-sama sesat dan menyesatkan (merusak) yang lainnya.
➡️ Yang pertama; Mereka yang sesat karena kebodohannya (tidak memiliki ilmu).
(Baca keterangan lebih rinci pada artikel, 129 BUAH ILMU (Bagian II))
Berkata Fadhilatu Asy-Syaikh, Al-'Allamah 'Ubaid bin 'Abdillah Al-Jabiri hafidzahullah wa ra'ah:
“Di antara wasiat-wasiat Muhammad shallallahu alihi wa sallam yang dinukilkan secara benar / shahih dari Beliau, bahwa Beliau shallallahu alihi wa sallam bersabda (artinya):
"Seseorang di atas agama teman dekatnya, maka lihatlah siapa yang menjadi teman dekatnya."
Semakna dengan wasiat Nabi ini, ucapan Ibnu Sirin rahimahullah, "Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil (mempelajari) agama kalian."
Orang-orang Jahil (tidak berilmu) yang bermunculan di medan (dakwah), mereka tidak memiliki ilmu tentang syariat Allah yang dengannya dia bisa memerintahkan (kepada yang ma'ruf) dan melarang (dari yang munkar). Namun yang menjadi landasan mereka adalah kisah-kisah, hikayat, hadits-hadits palsu / dha'if, atau pendapat-pendapat manusia yang dibanggakan (dengan sombong) padahal bertentangan dengan dalil (Al-Qur'an dan As-Sunnah).
Hadits dan atsar tersebut sebagai peringatan atas wajibnya waspada dari dua jenis manusia yang menjadi BALA' dalam dakwah!
➡️ Yang kedua; Allah 'Azza wa Jalla menyesatkan mereka di atas Ilmu (Berilmu tetapi tidak mau mengikuti Kebenaran). Mereka adalah orang-orang yang dimurkai.
Mereka adalah para Da'i sesat, Ahlul bid'ah, Ahlul ahwa', yang mengikrarkan kebid'ahan mereka, menetapkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip buatan mereka sendiri, dan mereka tidak memiliki bukti / dasar (kaidah-kaidah) baik dari Al-Kitab (Al-Qur'an) maupun As-Sunnah.
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri atau yang lainnya rahimahumullah mengatakan;
“Barangsiapa yang rusak dari kalangan ahli ibadah, maka mereka menyerupai orang-orang Nasrani (beribadah tanpa landasan ilmu). Barangsiapa yang rusak dari kalangan orang yang memiliki ilmu, maka mereka menyerupai orang-orang Yahudi (berimu tetapi tidak mau mengikuti kebenaran).”
Faidah ini dikutip dari syarh kitab beliau hafizhahullah terhadap risalah "Nawaqidhul Islam" (Pembatal Keislaman), pelajaran keempat.
Permohonan perlindungan dari kedua kelompok yang dimaksud adalah;
غَيۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا الضَّآلِّيۡنَ
"ghayril-maghdhuubi 'alaihim wa ladh-dhaaalliin"
Bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Betapa pentingnya permohonan (do'a) ini, sehingga wajib diucapkan oleh setiap muslim dalam shalatnya minimal 17 (tujuh belas) kali dalam sehari semalam (surat Al-Fatihah), agar mereka tidak beringsut sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta mengikuti (menyerupai) kelompok Yahudi dan Nasrani dalam beragama.
Oleh karena itu, disamping harus mengerti makna ayat-ayat yang dibaca, penting pula dipahami perlindungan macam apa yang dimaksudkan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada ayat tersebut.
"Laa Haula walaa quwwata Illa Billah." (Benar-benar tiada daya dan upaya manusia melainkan hanya dengan pertolongan Allah).
(pen blog)
Dari beberapa sumber.
oOo