بِسْــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيــــــــْمِ
Berkata Sufyân bin Uyainah rahimahullah:
قِيلَ لِلُقْمَانَ: أَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: الَّذِي لَا يُبَالِي أَنْ يَرَاهُ النَّاسُ مُسِيئًا
Ditanyakan kepada Luqman:
"Manusia seperti apa yang paling buruk keadaannya?"
Beliau menjawab:
"Bila dia sudah tidak peduli lagi tatkala orang-orang menyaksikannya berbuat kesalahan."*
[Al-Bidâyah wan Nihâyah li Ibni Katsir, 20/3]
* Lebih parah lagi bila kesalahan tersebut dibela dengan usaha "pembenaran", atau ada rasa bangga di hati melakukan perbuatan yang salah (buruk), semau gue - bukannya menyesal karena telah berbuat dosa, sebab mata hatinya telah terbalik (buta) dan tebal muka - tidak tersisa lagi rasa malu di hati.
Padahal Rasa malu adalah indikator kuat baiknya kondisi keimanan di dalam diri seseorang, terutama malu terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Seperti pesan pertama Allah Subhanahu wa Ta'ala pada setiap Nubuwah, "Bila engkau tidak lagi memiliki rasa malu, maka berbuatlah sesukamu." (pen blog).
oOo
Disalin dengan editan dari;
TELEGRAM : http://bit.ly/tg_AM
ARCHIVE : http://bit.ly/arc_AM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar