Jumat, 07 Desember 2018

MANUSIA & HIDAYAH



بسم الله الر حمان الر حيم

Kebutuhan Manusia yang sangat besar terhadap hidayah baik secara lahir maupun bathin, di dunia maupun akhirat menuntutnya untuk memahami dasar-dasar perkara yang berkaitan dengan hidayah.
Pada ayat ke-7 dalam surat Al-Fatihah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggolongkan manusia di dunia ini menjadi 3 (tiga) golongan besar;
1.   1. Orang-orang yang mendapat kenikmatan, yaitu mereka yang beroleh kenikmatan petunjuk (hidayah) Islam, Iman, dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2.    2. Orang-orang yang yang tersesat, yaitu mereka yang tidak mengetahui petunjuk (hidayah), dan tidak pula diberikan Taufiq untuk mengamalkannya.  Mereka ini digambarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala layaknya orang-orang Nasrani.  Yaitu, orang-orang yang beramal tanpa Ilmu.  Tidak mengetahui kebenaran meskipun rajin beribadah.
3.    3. Orang-orang yang dimurkai, yaitu mereka yang mengetahui petunjuk (hidayah), namun tidak diberi Taufiq untuk mengamalkannya.  Mereka ini digambarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala layaknya orang-orang Yahudi.  Yaitu, orang-orang yang berilmu tetapi tidak mau beramal dengannya.  Mengetahui kebenaran, tetapi berpaling darinya. {Baca artikel, PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-9)}

  
Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang umat Islam menyerupai (meniru) cara-cara kelompok Yahudi dan Nasrani beragama.  Sehingga permohonan (do'a) tersebut harus mereka ucapkan dalam shalat minimal 17 x dalam sehari - semalam.
(Baca artikel, AQIDAH DAN AMALAN YAHUDI DAN NASRANI YANG DITIRU SEBAGIAN MUSLIM)

Berikut beberapa dasar perkara yang berkaitan dengan hidayah;
a.       a. Bertaubat dari perkara-perkara yang dia ketahui selama ini tanpa dasar Ilmu dan Hidayah (petunjuk).  Dengan perkataan lain, setiap aktivitas yang tidak sesuai dengan kecintaan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga ia harus bertaubat darinya.
b.      b. Ada perkara-perkara yang telah dia ketahui dasar-dasar hidayahnya, namun ia belum mengetahui rincian-rinciannya.  Sehingga ia membutuhkan hidayah untuk mengetahui rincian-rincian tersebut.
c.       c. Ada perkara-perkara yang dia ketahui petunjuknya dari satu sisi saja, tidak dari sisi yang lain.  Sehingga ia memerlukan hidayah untuk mengetahui sisi yang lain, guna melengkapi hidayah sebelumnya.
d.     d. Perkara-perkara yang perlu untuk dia ketahui di masa depannya, sebagaimana yang pernah ia alami dimasa lalu (sebelum ia mendapatkan hidayah).
e.      e. Ada perkara-perkara yang dia yakini (sejauh ini), ternyata bertentangan dengan kebenaran.  Oleh karena itu, ia memerlukan hidayah untuk menghapus keyakinan sesat yang selama ini diyakininya.  Dan memohon keteguhan terhadap keyakinan yang baru (benar).
f.       f. Ada perkara-perkara yang termasuk hidayah, yang sebenarnya dia mampu untuk melakukannya, tetapi Allah Ta’ala tidak menciptakan keinginan di dalam hatinya untuk mengamalkan.  Oleh karena itu, ia membutuhkan hidayah agar Allah Ta’ala menimbulkan keinginan, dan mampu mengamalkannya.
g.      g. Ada perkara-perkara yang dia sadari, bahwa ia tidak mampu mengamalkannya, tetapi ia memiliki keinginan untuk mengamalkan,  sehingga ia membutuhkan hidayah (Taufiq) agar diberi kemampuan dan keinginan untuk mengamalkan.
h.     h. Sebagian perkara kebaikan tidak mampu dia lakukan, dan tidak pula punya keinginan untuk mengamalkannya.   Maka, ia membutuhkan hidayah (Taufiq) agar berkeinginan, sekaligus kemampuan untuk mengamalkan.
i.       i. Perkara-perkara yang telah dia kerjakan berdasarkan hidayah (petunjuk), baik dalam keyakinan, kehendak, maupun kemampuan beramal.  Maka, ia memerlukan keteguhan (istiqamah) lahir dan bathin untuk mengerjakan secara berkesinambungan hingga akhir hayat.

Setelah mengetahui seluk-beluk hidayah di atas, berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat kita pastikan, bahwa kebutuhan manusia terhadap hidayah itu tak pernah berakhir, hingga orang yang beriman itu tiba di Pintu Surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Wallahul Musta’an” (Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan).
(Baca juga artikel tentang RAHASIA HIDAYAH, dan EMPAT TAHAPAN (TINGKATAN) HIDAYAH)

oOo

(Disadur dari kitab “Lezatnya Shalat”, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)

3 komentar:

  1. Semoga kita selalu dalam lindunganNy?..aammiinn

    BalasHapus
  2. Dan selalu mendapat hidayah dari Allah Subhanahu waTa'ala

    BalasHapus
  3. Amiin, Jazaakallahu khairan, wa barakallahu fiikum...

    BalasHapus