Sabtu, 26 Januari 2019

EMPAT KAIDAH Iyyaaka na'budu



بسم الله الر حمان الر حيم

Pada tulisan terdahulu (IKHLAS & BENAR) diterangkan 2 (dua) dasar untuk mendirikan “Iyyaaka na’budu” (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah), yakni ikhlas beramal karena mengharapkan Wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, dan Ittiba(mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dalam pelaksanaannya.
Pada bagian ini, Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menerangkan 4 (empat) kaidah yang berkaitan dengan kedua pokok di atas;  Mewujudkan apa-apa yang dicintai dan diridhai Allah dan Rasul-Nya, berupa perkataan hati, amal lisan, amal hati, dan amal jawarih (anggota badan).


Ubudiyah merupakan sebutan yang menyeluruh untuk empat kaidah ini.  Orang yang melaksanakan Iyyaaka na’budu dengan sebenar-benarnya, ialah orang yang melaksanakan keempat kaidah tersebut, yaitu;
1.       I. Perkataan Hati, adalah meyakini apa yang disampaikan Allah tentang Diri-Nya, tentang Asma, Sifat, Perbuatan, Malaikat, dan Perjumpaan dengan-Nya, sebagaimana yang disampaikan para Rasul-Nya.
2.       II. Perkataan Lisan, ialah pengabaran dari diri orang tersebut tentang hal itu, seruan kepada-Nya, Takut, dan melebur dengannya, menjelaskan kebathilan bid’ah yang bertentangan dengannya, mengingat-Nya, dan menyampaikan perintah-perintah-Nya.
3.       III. Amal-amal Hati, seperti cinta kepada Allah, Tawakal, menyandarkan diri kepada-Nya, Takut, dan Berharap kepada-Nya.  Memurnikan Agama dengan melaksanakan Syariat-Nya, Sabar dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya menurut kesanggupan, Ridha kepada-Nya, menolong karena-Nya, dan bermusuhan karena-Nya pula.  Tunduk dan patuh kepada-Nya, Thuma’ninah (ketenangan dan ketegaran jiwa - yang tergambar pada anggota tubuh / jawarih) kepada-Nya, dan lain sebagainya sebagai amalan hati, dimana yang fardhunya lebih fardhu daripada amal-amal jawarih, yang sunatnya lebih disukai Allah daripada sunat amal-amal jawarih.  Amal-amal jawarih tanpa hati, boleh jadi tanpa manfaat dan boleh jadi sedikit manfaatnya.
4.       IV. Amal-amal Jawarih (anggota badan), seperti shalat, jihad, zakat, haji, mengayunkan kaki ke shalat Jum’at dan Jama’ah, membantu orang yang lemah, berbuat baik kepada makhluk, dan lain sebagainya.
Iyyaaka na’budu mengikuti hukum empat kaidah di atas, serta ikrar terhadapnya.  Sedangkan  wa Iyyaaka nasta’in (“ dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”) merupakan tuntutan pertolongan terhadap pelaksanaan hukum-hukum di atas, dan Taufiq baginya.  Sedangkan Ihdinaa ash-shirath al-mustaqiim (“Tunjukilah kami jalan yang lurus”) mencakup pengakuan (komitmen) terhadap dua perkara tadi (“Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’in”) secara detail, Ilham untuk melaksanakannya, dan meniti jalan orang-orang yang berjalan kepada Allah dengan dua perkara tersebut secara konsisten dan istiqamah (hingga akhir hayat).
Seluruh Rasul (313 orang Rasul) hanya menyeru manusia kepada Iyyaaka na’budu wa Iyyaaka nasta’in.  Mereka semua menyeru manusia kepada Tauhidullah, dan penyembahan kepada-Nya semata, semenjak Rasul pertama hingga yang terakhir.
Nuh ‘Alaihissalam berkata kepada kaumnya,
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Ilah bagi kalian selain-Nya.”  (Al-A’raf;  59)
Begitu pula yang dikatakan Hud, Shalih, Syu’aib, dan Ibrahim ‘Alaihimussalam.   Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya),
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.’  (An-Nahl;  36),
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwa tidak ada Ilah melainkan Aku, maka sembahlah oleh kamu sekalian akan Aku’.”  (Al-Ambiya’;  25),
“Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih.  Sesungguhnya Aku Mahamengetahui apa yang kalian kerjakan.  Sesungguhnya Agama (tauhid) ini, adalah Agama kamu semua, Agama yang satu, dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertawakallah kepada-Ku.”  (Al-Mukminun;  51-52).
Oleh karena itu, empat kaidah Iyyaaka na’budu (Perkataan Hati, Perkataan Lisan, Amal-amal Hati, dan Amal-amal Jawarih) harus menyatu dan selaras dalam satu kesatuan, guna menggapai apa-apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allahu Al-Muwaffiq (Hanya Allah-lah pemberi Taufiq).

Renungan

  • "Jika apa yang tersembunyi di dalam bathin seseorang selaras dengan apa yang tampak, maka Allah berfirman, 'Inilah hamba-Ku yang sesungguhnya.'"  (Mutharrif rahimahullah)
  • "Barangsiapa yang dadanya tidak diisi dengan misykat cahaya Ilahy, maka zhahirnya pun tidak akan dihiasi keindahan adab Nubuwah."  (Ibnu Qudamah rahimahullah)  

oOo

(Disadur bebas dari kitab “Tafsir Ibnu Qayyim, Tafsir Ayat-Ayat Pilihan”, Syaikh Muhammad Uwais An-Nadwy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar