Jumat, 01 Juni 2018

KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN PERTAMA



بسم الله الر حمان الر حيم


Rekaman tentang kemunculan kelompok-kelompok sempalan dalam Islam dapat kita ketahui melalui kesaksian sejumlah Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in yang sampai kepada kita hari ini.  Mereka, tanpa kehendak sendiri, telah menjadi Saksi Hidup kemunculan kelompok-kelompok tersebut.
(Baca juga artikel, KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN LANJUTAN)

Salah satu kesaksian yang menjadi Rujukan orang-orang setelahnya adalah kesaksian Abdullah bin Mubarak, seorang Tabi’ut Tabi’in dari negeri Khurasan.  Identifikasi ke-72 golongan (Hadits Iftiraqul Ummah, Riwayat Abu Daud, pen blog.) yang dimaksud Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam “Talbis Iblis” karya Ibnul Jauzi rahimahullah menyerupai identifikasi yang pernah disampaikannya itu.
Hidup pada 118 – 181 H (736 – 797 M), Abdullah bin Mubarak pernah mempersaksikan,
“Kelompok-kelompok utama yang menyempal itu ada empat kelompok.  Mereka adalah Syi’ah, Haruriyah, Qadariyah dan Murji’ah.  Kelompok Syi’ah berpecah menjadi 22 kelompok.  Kelompok Haruriyah berpecah menjadi 21 kelompok.  Kelompok Qadariyah berpecah menjadi 16 kelompok.  Dan kelompok Murji’ah berpecah menjadi 13 kelompok.”
(Sehingga, kalau dijumlah akan bersua 72 Kelompok Sempalan.  Baca artikel ULASAN SINGKAT TENTANG PERPECAHAN UMAT ISLAM, pen blog.)
Haruriyah adalah nama lain untuk kelompok Khawarij.  Selain memberontak kepada Penguasa Kaum Muslimin, mereka menampik Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah.  Mereka juga mengkafirkan pelaku dosa-dosa besar, dan menganggap bahwa setiap pelaku dosa-dosa besar, jika tidak bertaubat akan kekal di dalam Neraka.
Ketika memisahkan diri dari pasukan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, orang-orang Khawarij berkumpul di sebuah tempat yang disebut dengan Harura’, Irak.  Dari nama tempat inilah, mereka kemudian juga disebut.
Kebalikan dari Khawarij adalah kelompok Murji’ah.  Mereka adalah kelompok yang memisahkan antara Ibadah dari Keimanan.
Semula, Murji’ah berpecah menjadi tiga kelompok.  Pertama, Murji’ah Jahmiyah adalah orang-orang yang meyakini bahwa keimanan cukup dengan keyakinan di dalam hati.  Kedua, Murji’ah Karramiyah adalah orang-orang yang meyakini bahwa keimanan itu cukup dengan ucapan di mulut.  Ketiga, Murji’ah Fuqaha’ adalah orang-orang yang meyakini bahwa keimanan itu cukup dengan keyakinan di hati dan ucapan di mulut tanpa perlu amalan Ibadah dengan anggota badan lainnya.
Terkait keyakinan Murji’ah ini, patut untuk diketahui pula adalah kelompok Jahmiyah.  Dinamakan demikian karena pemula kelompok ini adalah seorang yang bernama Jahm bin Shafwan.
Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas dan jago berdebat dari Samarkand.  Terkait dengan keyakinan, ia mengingkari Sifat-Sifat Allah dan mengatakan bahwa Al-Qur’an bukan Kalam Allah (tetapi merupakan makhluk Allah, pen.)
Bagi Jahm bin Shafwan Allah ada dimana-mana.  Selain itu, iman sudah cukup berupa keyakinan di dalam hati.  Dari situ, menurutnya, iman tidak memerlukan pembuktian lewat perkataan dan praktek ibadah.
Syi’ah adalah kelompok yang mendukung Ali Bin Abi Thalib tetapi menganggapnya memiliki kekhususan-kekhususan tertentu.  Misalnya, mereka meyakini bahwa kekhilafahan seharusnya dipegang oleh Ali bin Abi Thalib setelah Rasulullah wafat.  Bukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Kelompok Syi’ah berpecah menjadi beberapa kelompok.  Masing-masing kelompok memiliki keyakinan tersendiri.  Sering kali pula di antara kelompok-kelompok itu mengklaim diri sebagai Syi’ah yang paling benar, dan karena itu menganggap diri sah ketika melakukan pengkafiran kepada Syi’ah yang lain.
Salah satu kelompok Syi’ah adalah Rafidhah.  Pecahan kelompok Syi’ah ini adalah salah satu kelompok Syi’ah yang ekstrem.  Mereka termasuk salah satu kelompok Syi’ah yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib lebih baik daripada seluruh Nabi.  Mereka juga meyakini, bahwa Jibril (‘Alaihissalam) keliru dalam menyampaikan Wahyu, dan Al-Qur’an yang sekarang ini adalah Al-Qur’an gadungan karena telah diganti dan diotak-atik.
Adapun kelompok Qadariyah, mereka dikenal sebagai kelompok yang Menolak Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Orang yang pertama kali memunculkan  akidah Qadariyah adalah Ma’bad Al-Jauhani di Bashrah, Irak.  Menurut mereka, semua yang dilakukan manusia adalah (murni) hasil usaha manusia itu sendiri.  Allah sebagai Penguasa Alam Semesta tidak ikut campur-tangan sama sekali.
Kebalikan dari Qadariyah adalah kelompok Jabariyah.  Mereka menganggap (berkeyakinan), bahwa semua yang terjadi di Alam Semesta ini adalah Perbuatan Allah.  Makhluk-makhluk sama sekali tidak memiliki kehendak dan kemampuan.  Mereka seperti bulu yang diterbangkan (angin) kesana-sini.
Makhluk hanya dipaksa (majbur) Allah untuk berbuat, sehingga tidaklah seorang manusia berbuat nista, misalnya, kecuali Allah-lah yang memaksanya.  Seseorang itu menurut mereka, tidak mampu menentukan segala yang baik dan buruk untuk dirinya.

oOo
(Disalin dari kitab “Sejarah Salafi di Indonesia”, Abu Mujahid, Toobagus Publishing, 2012 M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar