بسم
الله الر حمان الر حيم
Rekaman tentang kemunculan kelompok-kelompok sempalan
dalam Islam dapat kita ketahui melalui kesaksian sejumlah Tabi’in dan Tabi’ut
Tabi’in yang sampai kepada kita hari ini.
Mereka, tanpa kehendak sendiri, telah menjadi Saksi Hidup kemunculan
kelompok-kelompok tersebut.
(Baca juga artikel, KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN LANJUTAN)
Salah satu kesaksian yang menjadi Rujukan orang-orang
setelahnya adalah kesaksian Abdullah bin Mubarak, seorang Tabi’ut
Tabi’in dari negeri Khurasan.
Identifikasi ke-72 golongan (Hadits Iftiraqul Ummah, Riwayat Abu
Daud, pen blog.) yang dimaksud Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam
“Talbis Iblis” karya Ibnul Jauzi rahimahullah menyerupai
identifikasi yang pernah disampaikannya itu.
Hidup pada 118 – 181 H (736 – 797 M), Abdullah bin
Mubarak pernah mempersaksikan,
“Kelompok-kelompok utama yang menyempal itu ada empat
kelompok. Mereka adalah Syi’ah, Haruriyah,
Qadariyah dan Murji’ah.
Kelompok Syi’ah berpecah menjadi 22 kelompok. Kelompok Haruriyah berpecah menjadi 21
kelompok. Kelompok Qadariyah
berpecah menjadi 16 kelompok. Dan
kelompok Murji’ah berpecah menjadi 13 kelompok.”
(Sehingga, kalau dijumlah akan bersua 72 Kelompok Sempalan. Baca artikel ULASAN SINGKAT TENTANG PERPECAHAN UMAT ISLAM, pen blog.)
(Sehingga, kalau dijumlah akan bersua 72 Kelompok Sempalan. Baca artikel ULASAN SINGKAT TENTANG PERPECAHAN UMAT ISLAM, pen blog.)
Haruriyah adalah nama lain untuk kelompok Khawarij. Selain memberontak kepada Penguasa Kaum
Muslimin, mereka menampik Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah. Mereka juga mengkafirkan pelaku dosa-dosa
besar, dan menganggap bahwa setiap pelaku dosa-dosa besar, jika tidak bertaubat
akan kekal di dalam Neraka.
Ketika memisahkan diri dari pasukan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘Anhu, orang-orang Khawarij berkumpul di sebuah tempat yang disebut
dengan Harura’, Irak. Dari nama
tempat inilah, mereka kemudian juga disebut.
Kebalikan dari Khawarij adalah kelompok Murji’ah. Mereka adalah kelompok yang memisahkan antara
Ibadah dari Keimanan.
Semula, Murji’ah berpecah menjadi tiga kelompok. Pertama, Murji’ah Jahmiyah
adalah orang-orang yang meyakini bahwa keimanan cukup dengan keyakinan di dalam
hati. Kedua, Murji’ah
Karramiyah adalah orang-orang yang meyakini bahwa keimanan itu cukup dengan
ucapan di mulut. Ketiga, Murji’ah
Fuqaha’ adalah orang-orang yang meyakini bahwa keimanan itu cukup dengan
keyakinan di hati dan ucapan di mulut tanpa perlu amalan Ibadah dengan anggota
badan lainnya.
Terkait keyakinan Murji’ah ini, patut untuk
diketahui pula adalah kelompok Jahmiyah. Dinamakan demikian karena pemula kelompok ini
adalah seorang yang bernama Jahm bin Shafwan.
Ia dikenal sebagai seorang yang cerdas dan jago berdebat
dari Samarkand. Terkait dengan
keyakinan, ia mengingkari Sifat-Sifat Allah dan mengatakan bahwa Al-Qur’an
bukan Kalam Allah (tetapi merupakan makhluk Allah, pen.)
Bagi Jahm bin Shafwan Allah ada dimana-mana. Selain itu, iman sudah cukup berupa keyakinan
di dalam hati. Dari situ, menurutnya,
iman tidak memerlukan pembuktian lewat perkataan dan praktek ibadah.
Syi’ah adalah kelompok yang mendukung Ali Bin Abi Thalib
tetapi menganggapnya memiliki kekhususan-kekhususan tertentu. Misalnya, mereka meyakini bahwa kekhilafahan
seharusnya dipegang oleh Ali bin Abi Thalib setelah Rasulullah wafat. Bukan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Kelompok Syi’ah berpecah menjadi beberapa
kelompok. Masing-masing kelompok
memiliki keyakinan tersendiri. Sering
kali pula di antara kelompok-kelompok itu mengklaim diri sebagai Syi’ah
yang paling benar, dan karena itu menganggap diri sah ketika melakukan
pengkafiran kepada Syi’ah yang lain.
Salah satu kelompok Syi’ah adalah Rafidhah. Pecahan kelompok Syi’ah ini adalah
salah satu kelompok Syi’ah yang ekstrem.
Mereka termasuk salah satu kelompok Syi’ah yang meyakini bahwa Ali bin
Abi Thalib lebih baik daripada seluruh Nabi.
Mereka juga meyakini, bahwa Jibril (‘Alaihissalam) keliru dalam
menyampaikan Wahyu, dan Al-Qur’an yang sekarang ini adalah Al-Qur’an
gadungan karena telah diganti dan diotak-atik.
Adapun kelompok Qadariyah, mereka dikenal
sebagai kelompok yang Menolak Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang yang pertama kali memunculkan akidah Qadariyah adalah Ma’bad Al-Jauhani
di Bashrah, Irak. Menurut mereka, semua
yang dilakukan manusia adalah (murni) hasil usaha manusia itu sendiri. Allah sebagai Penguasa Alam Semesta tidak
ikut campur-tangan sama sekali.
Kebalikan dari Qadariyah adalah kelompok Jabariyah. Mereka menganggap (berkeyakinan), bahwa semua
yang terjadi di Alam Semesta ini adalah Perbuatan Allah. Makhluk-makhluk sama sekali tidak memiliki
kehendak dan kemampuan. Mereka seperti
bulu yang diterbangkan (angin) kesana-sini.
Makhluk hanya dipaksa (majbur) Allah untuk berbuat,
sehingga tidaklah seorang manusia berbuat nista, misalnya, kecuali Allah-lah
yang memaksanya. Seseorang itu menurut
mereka, tidak mampu menentukan segala yang baik dan buruk untuk dirinya.
oOo
(Disalin dari kitab “Sejarah Salafi di Indonesia”,
Abu Mujahid, Toobagus Publishing, 2012 M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar