Rabu, 18 Desember 2019

BAHAYA CINTA DUNIA DAN KEKUASAAN


بسم الله الر حمان الر حيم

Peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala  (artinya),
"Ketahuilah (Ilmuilah), sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kamu, serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak - seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;  Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.  Dan di Akhirat (kelak) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.  Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."  (Al-Hadiid;  20),
dan 
"Sekali-kali janganlah demikian.  Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (lalai terhadap) kehidupan Akhirat."  (Al-Qiyaamah;  20-21)

Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  (artinya),
"Dunia itu bukan tujuan utamaku.   Aku dalam kehidupan dunia hanyalah seperti seseorang pengendara yang sedang berteduh di bawah sebuah pohon - lalu ia  meninggalkan pohon itu."
"Demi Allah!  Kehidupan dunia bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat - hanya seperti salah seorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke dalam air."

Jadi, kehidupan dunia dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya hanya laksana beberapa tetes air, dibandingkan dengan sisanya (lautan) yang akan diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala nanti di Akhirat.

 BAHAYA MENCINTAI DUNIA
1.  Mencintai dunia akan melahirkan sikap pengagungan terhadap dunia.  Sikap seperti ini sangat berbahaya, karena mengagungkan sesuatu yang dihinakan / dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan dosa besar.
2.  Memutar balikkan perintah dan hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia, karena tujuannya beramal untuk meraih dunia - bukan untuk mendekatkan diri  (Taqarrub) dan mencari keridhaan-Nya, akibatnya hatinya pun akan diputar-balikkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala;  
* Berdakwah, berbuat baik untuk tujuan bisnis, atau politik.
* Menyelenggarakan pendidikan Ilmu Agama (Tarbiyah) untuk mendapatkan keuntungan dunia.
* Membaca Al-Qur’an untuk mendapatkan upah.
* Bacaan do'a yang diperjual-belikan (tergantung pesanan).
* Dan lain-lain.
Sehingga Allah 'Azza wa Jalla akan membutakan mata hatinya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala  (artinya),
"Dan barangsiapa yang buta mata hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta  (lagi) dan lebih tersesat dari jalan  (yang lurus)."  (Al-Israa';  72)
Cinta terhadap dunia akan menjadi penghalang baginya untuk mendapatkan amal-amal yang bermanfaat untuk kehidupan Akhirat.
3.  Cinta terhadap dunia akan menjadikan dunia sebagai cita-citanya yang  paling tinggi.
4.  Orang-orang yang mencintai dunia akan disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai siksaan (adzab) seperti;
* Mengakibatkan seluruh waktunya habis tersita untuk dunia  (1x24 jam non stop).
* Dia akan berusaha merebut dunia dari tangan orang lain yang sama-sama mencintai dunia.  Ambisinya yang sangat besar tersebut mengalahkan kemampuannya, dan membutakan mata hati (terhadap kebenaran).
* Akan diadzab di dalam kubur (di alam barzakh, dan di Akhirat dengan adzab yang lebih keras), serta harus mempertanggung-jawabkan harta yang ditinggalkan.
5.  Orang yang mencintai dunia adalah orang yang paling buruk keadaannya, dan dangkal akal-pikirannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (artinya)
"Dunia itu adalah penjaranya orang-orang mukmin, dan Surganya orang-orang kafir."  (HR.  Muslim)
Jadi, orang-orang beriman (mukmin) hendaknya tidak tertipu dengan segala keindahan dan kemewahan dunia, karena kehidupan dunia itu hanyalah tempat bagi orang-orang yang tidak memiliki tempat (di negeri Akhirat).
6.  Thuulul 'amal (panjang angan-angan) dan lupa dengan kematian.  Panjang angan-angannya melebihi batas kemampuan dan umurnya di dunia, sehingga menjadikannya lalai dan malas mempersiapkan masa depannya di Akhirat.
7.  Orang-orang yang mencintai dunia akan terhalang dari pertolongan Allah (sulit mendapatkan jalan yang lurus, hidayah Taufik).  Hal inilah yang menyebabkan lemahnya kekuatan kaum muslimin secara umum.
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya),
"Hampir-hampir ummat yang lain menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang mengerumuni makanannya di tempat makan.  Seseorang berkata, 'Apakah sedikitnya kami waktu itu?'  Beliau bersabda, 'Bahkan kalian waktu itu sangat banyak, tetapi kalian seperti buih (kotoran) di atas airDan Allah mencabut rasa takut musuh-musuh kalian terhadap kalian, serta menjangkitkan di dalam hati kalian penyakit Wahn.'  Seseorang bertanya, 'Apakah Wahn itu?'  Beliau menjawab, 'Cinta dunia dan takut mati.'"
(HR.  Ahmad, Al-Baihaqi,  Abu Daud)

Adalah sebuah realita yang terjadi di masa sekarang, umumnya kaum muslimin sangat mencintai dunia, dan menjadikan dunia sebagai prioritas pertama dan utama dalam kehidupan mereka, sehingga ditimpakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala penyakit Wahn ke dalam hati mereka  ("Hubbuddunya wakaraahiyatul maut" / Cinta dunia dan takut mati).
"Tidaklah seekor kambing yang diserbu oleh dua ekor serigala yang kelaparan lebih rusak daripada agama seseorang yang cinta terhadap dunia dan kedudukan (kekuasaan)."  (Makna al-hadits)

Para 'ulama menerangkan, bahwa penyakit cinta terhadap kedudukan (kekuasaan) lebih berbahaya daripada cinta terhadap harta benda, karena cinta terhadap kedudukan tersembunyi di dalam hati dan sifat (perjuangannya) lebih rumit.  Banyak orang yang mampu bertahan dalam keadaan kekurangan harta, tetapi sedikit sekali orang yang mampu menahan diri dari godaan (ambisi) terhadap kedudukan - apapun akan dikorbankannya untuk meraih kedudukan yang diimpi-impikan.  Bila ia gagal meraih kedudukan yang diimpikan tersebut - timbul stres berat bahkan gila, karena begitu banyak harta maupun kehormatan diri yang telah dikorbankan.
Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata,
"Aku belum pernah melihat orang yang zuhud dalam masalah kedudukan (kekuasaan)."
Maka, jagalah dirimu dari sifat cinta kedudukan, dan lakukanlah segala sesuatu dengan niat yang baik (karena Allah) dan benar, serta berhati-hatilah.
Al-Imam Ayyub As-Sikhtiyani berkata,
"Orang yang lebih menyukai popularitas (ketenaran) yang ingin diagungkan (manusia) adalah;
Orang yang tidak jujur, karena untuk  meraih kedudukan yang diimpikan tersebut sering kali ia menghalalkan apa yang diharamkan, serta mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala (menghalalkan segala cara)."

Orang yang suka ketenaran  (popularitas), dan kedudukan (kekuasaan) biasanya tidak lagi memiliki rasa takut (taqwa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akalnya tidak lagi berfungsi dengan baik, keburukannya akan melebihi keburukan binatang.
Seperti perkataan seorang Sahabat yang mulia, Syaddad bin Aus radhiyallahu 'anhu,
"Sesungguhnya yang aku khawatirkan menimpa kalian adalah sifat Riya dan Syahwat khafiyah (Syahwat yang tersembunyi, suka dipuji - disanjung, dan cinta kedudukan)."
Padahal kedudukan seseorang itu pasti akan diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bila ia taat, tunduk-patuh pada semua perintah dan larangan-Nya, karena kedudukan  (jabatan) itu merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

BEBERAPA TANDA ORANG YANG BERAMBISI TERHADAP DUNIA DAN KEDUDUKAN (KEKUASAAN)
1.  Pasti memiliki sifat hasad dan dengki, serta kebencian pada orang lain.  Oleh karena itu, mereka suka mencari-cari aib manusia.  Tidak senang melihat orang lain mendapat kenikmatan, menginginkan agar kenikmatan itu berpindah padanya.
(Makna perkataan Fudhail bin Iyadh rahimahullah)
2.  Dia benci mendengar, bila ada orang lain yang disebut-sebut kebaikannya, karena dia berkeinginan dialah yang diperlakukan seperti itu.
3.  Gembira bila memiliki banyak pengikut, oleh karena itu ia berusaha mengumpulkan pengikut (followers) sebanyak-banyaknya guna menaikkan pamor di tengah-tengah masyarakat, untuk meraih kedudukan, kekuasaan, dan keuntungan duniawi lainnya, sehingga keikhlasan karena Allah dan untuk Allah tersingkirkan.


BAHAYA CINTA PADA KEDUDUKAN 
A.  Merusak niat dan keikhlasan seseorang terhadap Allah.  Karena semua amalannya ditujukan untuk kepentingan diri sendiri dan tujuan duniawi lainnya, bukan karena Allah dan untuk Allah.  Menyumbang untuk pendirian Masjid, Madrasah, Yatim-Piatu dan lain-lain bertujuan untuk meraih simpati masyarakat.  Apapun akan dikorbankan untuk mencapai kedudukan tersebut.
B.  Hilangnya semangat untuk mendahulukan prioritas utama dan pertama dalam hidup (beribadah dengan ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, dan mencari keridhaan-Nya).  Jadi, hakikat tujuan hidupnya telah hilang (luntur), sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kehidupan Akhirat-nya.
C.  Enggan melakukan "Amar ma'ruf - Nahi munkar" (Mengajak pada kebaikan - Mencegah kemungkaran), ada perasaan takut kehilangan pendukung (pengikut), oleh karena itu cenderung bersikap diam atau berpura-pura daripada menegakkan kebenaran (al-haq) agar orang-orang tetap bersamanya ("main aman").
D.  Cenderung mengikuti hawa nafsu dalam berselisih (Ittiba'ul Hawa), permusuhan, kesesatan, dan amalan-amalan buruk lainnya.
E.  Terhalang untuk mendapatkan Hidayah Taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala  (sesuatu yang paling mahal dalam hidup, merupakan hak Prerogatif Allah Subhanahu wa Ta'ala).  Tidak sedikit orang yang telah mengetahui (mengenal) As-Sunnah (kebenaran) tetapi tidak mampu mengamalkannya karena tidak mendapatkan Hidayah Taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Bahkan, sebaliknya memusuhi (menyerang) As-Sunnah tersebut.  "Na'uudzubillahi min dzaalika" (kita berlindung kepada Allah dari hal itu).
F.  Membuka berbagai pintu (peluang) terjadinya fitnah (keburukan) dalam agama Islam.  Kita melihat bahwa hal ini sering terjadi pada para da'i yang niatnya telah "terkontaminasi" (tercemar) dengan dunia dan kedudukan (kekuasaan), bahkan para syaikh sekalipun.
Padahal, orang yang selamat itu adalah orang yang menjauhi fitnah.
G.  Menanggung dosa yang berlipat-lipat sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya (followers) dalam kesesatan dan maksiat, ditambah lagi dengan dosa diri sendiri.  Karena, dia menyeru manusia untuk mengikuti diri dan kelompoknya, bukan menyeru manusia kepada Allah dan Rasul-Nya semata.

SEBAB-SEBAB SESEORANG MENCINTAI DUNIA DAN KEDUDUKAN (KEKUASAAN)
1.  Lemah iman - karena kurangnya Ilmu Pengetahuan tentang Agama (ilmu yang bermanfaat), Amal shalih, serta informasi tentang Akhirat.
2.  Kesalahan dalam didikan  (Tarbiyah) sehingga membentuk pola pikir, karakter, akhlak dan pemahaman yang menyimpang pula.  Pepatah lama mengatakan, "Apa yang ditanam - itulah yang dituai".  Dan, seseorang itu berangkat dari (keadaan) awalnya.
3.  Memiliki paradigma yang salah tentang dakwah Islam (selalu dikait-kaitkan dengan keuntungan duniawi dan kedudukan / kekuasaan).
4.  Sangkaan yang keliru, bahwa kemuliaan itu datang bersama harta dan kedudukan (kekuasaan).  Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada umat Islam agar selalu bersikap Qana'ah (Selalu merasa cukup) dan banyak bersyukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala.  Sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (artinya),
"Kekayaan itu bukanlah tentang banyaknya harta, tapi kekayaan (yang sesungguhnya) ada di dalam hati."


oOo

(Disarikan dari  kajian Ust. Abu Hamzah Yusuf hafizhahullah di Radio Islam Indonesia / RII)
  





Tidak ada komentar:

Posting Komentar