بسم الله الرحمان الرحيم
Dalam istilah Syari'at Islam, para pelaku dosa besar disebut sebagai orang yang Fasik.
Meski dosa-dosa besar tersebut (selain Syirik Akbar) tidak mengeluarkannya dari Islam, namun ia dianggap sebagai orang yang kurang agama (iman)nya, dan persaksiannya tidak diterima.
Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah berbeda dalam menilai orang-orang fasik tersebut, dibandingkan kelompok-kelompok sempalan Islam seperti Khawarij, Mu'tazilah dan lain-lain - yang mengkafirkan para pelaku dosa besar, dan menganggapnya kekal di dalam Neraka.
Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama'ah berkeyakinan, bahwa para pelaku dosa besar itu, "Tahta masyi'atillah" (keadaannya di bawah kehendak Allah), apakah akan di ampuni atau di adzab-Nya.
Penting diketahui oleh setiap muslim - dasar-dasar ilmu (kaidah) yang membedakan antara dosa-dosa besar dan dosa kecil. Agar, mampu membedakan (memilah-milah) mana yang merupakan dosa besar, dan mana yang termasuk dosa kecil - sehingga dapat mewaspadai (menghindari)nya. Sebab, orang yang tidak mampu membedakan mana yang merupakan dosa besar atau dosa kecil, maka besar kemungkinan ia akan terjatuh ke dalamnya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
ان تجتنبوا كباءىر ماتنهون عنه نكفر عنكم سياءتكم / "In taj-tanibuw kabaa-ira maa tunhawna 'anhu nukaffir ankum sayyi-a-tikum"
"Apabila kalian menjauhi yang besar - yang kalian dilarang darinya, maka Kami akan menutupi keburukan-keburukan kalian." (An-Nisa; 31)
Di dalam ayat ini terkandung makna, bahwa dosa itu bertingkat-tingkat. Di dalamnya disebutkan "Kabair" dan "As-Sayyiaat". Kabair, adalah dosa-dosa besar, sedangkan As-Sayyiaat, adalah dosa-dosa kecil.
Dalam ayat ini dipahami pula, bahwa bila seseorang menjauhi dosa-dosa besar, maka dosa-dosa kecilnya akan diampuni. Inilah salah satu keutamaan bagi orang yang mengetahui dosa-dosa besar dan menjauhinya - yaitu, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosa kecilnya.
Orang yang melakukan dosa-dosa besar dapat dibedakan dalam 2 (dua) kategori;
Pertama; Orang yang melakukan berbagai dosa besar (pelanggaran) seperti; Syirik (Akbar, Ashghar, maupun Khafi), Bid'ah, Judi, Zina, Memakan bunga Bank (Riba)، Meminum minuman keras, Obat-obat terlarang, Membunuh jiwa manusia، Merampok, Memperkosa, Memberontak (kudeta), Durhaka kepada kedua orang tua, Demo terhadap pemerintah muslim, Rentenir (Riba), dan lain-lain.
Kedua; Meninggalkan berbagai kewajiban yang diperintahkan, seperti Shalat lima waktu، Puasa Ramadhan, Membayar zakat, Menta'ati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan lain-lain.
Jadi, menjalankan kewajiban yang diperintahkan termasuk menjauhi dosa-dosa besar. Maka, barangsiapa yang melaksanakan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan, serta menjauhi larangan-larangan-Nya yang mengakibatkan dosa besar, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni dosa-dosa kecilnya, sebagaimana yang telah disebutkan pada ayat di atas.
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman,
الذين يجتمعون كباءىر الاءىثم و الفواحش الا اللمم ان ربك واسع المغفرة / "Alladziyna yaj'tanibuwna kabaa-ira al-itsmi wa al-fawaahisya Illa al-lallamama Inna rabbaka waasi'u al-magfirati"
"Mereka, orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar, dan perbuatan keji (sesuatu yang keburukannya memuncak) selain dosa-dosa kecil (al-lamam). Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunan-Nya." (An-Najm; 32)
Ayat ini juga menjelaskan tentang adanya dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil.
Di dalamnya disebutkan, "Kabaa-iral itsmi wal fawahisya", yang bermakna dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil (al-lamam), demikian dijelaskan oleh para 'ulama.
Demikian pula dengan makna firman-Nya,
"Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf." (Asy-Syuraa; 37)
Dijelaskan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Jarir rahimahullah, bahwa dosa-dosa besar adalah setiap dosa yang pelakunya diancam dengan ancaman Neraka, laknat Allah dan Rasul-Nya, kemurkaan-Nya, atau ancaman dengan adzab-Nya.
Sebagian 'ulama menambahkan, bahwa termasuk dosa besar adalah dosa yang pelakunya diancam dengan hukuman Had di dunia, seperti hukum pancung, hukum cambuk, hukum rajam, potong tangan, dan lain-lain.
'Ulama yang lain juga menambahkan, bahwa termasuk dosa besar adalah dosa yang pelakunya di dalam hadits disebut sebagai orang yang tidak beriman, seperti orang yang mengganggu tetangganya dengan lisan dan tangannya.
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa dosa-dosa besar itu sangat banyak.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu pernah ditanya, "Apakah jumlah dosa-dosa besar itu hanya 7 (tujuh)?"
Pertanyaan ini berkaitan dengan hadits Nabi (yang artinya)
"Jauhilah oleh kalian 7 (tujuh) dosa yang membinasakan."
Maka Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu menjawab,
"Bahkan, justru (jumlah dosa-dosa besar itu) lebih dekat dengan 700 (tujuh ratus) daripada 7 (tujuh)."
(Disebutkan dalam Tafsir Ibnu Jarir, dan Tafsir Al-Baghawi).
Dalam riwayat lain, beliau mengatakan،
"Bahkan lebih dekat kepada 70 (tujuh puluh) daripada 7 (tujuh)."
Maka, hendaklah hal ini menjadi fokus perhatian kita, dan meningkatkan kewaspadaan.
Namun demikian, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu juga menyebutkan, bahwa tidak ada dosa besar bila diiringi dengan Istigfar, dan tidak ada dosa kecil bila dilakukan terus-menerus (akan menjadi besar).
Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa Istigfar yang dimaksud di sini adalah Istigfar yang sebenarnya (bersungguh-sungguh), bukan merupakan Istigfar yang seakan-akan mempermainkan syari'at - Memohon ampun (Istigfar) kemudian mengulangi perbuatan dosa lagi, demikian seterusnya dilakukannya berulang-ulang tanpa ada kesungguhan taubat. Beristigfar, namun hatinya masih menginginkan maksiat tersebut. "Na'udzubillahi min dzalika" (kita berlindung kepada Allah dari hal itu). Apalagi, seperti yang beliau katakan, bahwa dosa kecil pun bisa menjadi besar bila dilakukan Terus-menerus.
Al-Imam Asy-Syatibi dalam kitabnya, "Al-'Ithisham" menyebutkan, bahwa dosa kecil bisa menjadi besar karena beberapa sebab. Di antaranya, jika dilakukan terus-menerus seperti yang telah dijelaskan di atas. Juga, dosa kecil bisa menjadi besar ditinjau dari segi siapa pelakunya. Bila pelakunya bukan orang biasa - maka, akibatnya bisa menjadi luar biasa. Seperti misalnya, dosa kecil yang dilakukan oleh seorang 'alim (berilmu) yang sudah sangat paham tentang dosa tersebut - maka, bisa berubah menjadi dosa besar. Berbeda halnya, bila dosa tersebut dilakukan oleh orang yang belum begitu memahami hukumnya (awam), tentu dosanya tidak sebesar jika dilakukan oleh orang yang 'alim.
Dosa kecil juga dapat berubah menjadi dosa besar karena pengaruh tempat. Sebuah dosa kecil bila dilakukan di tempat yang mulia - maka dapat berubah menjadi dosa besar, seperti misalnya dosa kecil yang dilakukan di tanah suci (Mekah dan Madinah). Sebagaimana disebutkan dalam makna firman-Nya,
"Barangsiapa yang menginginkan kezhaliman di Tanah Haram - maka, Kami ancam dengan adzab yang pedih." (Al-Hajj; 25)
Disebutkan dalam ayat ini, bahwa seseorang yang baru menginginkan (niat) berbuat dosa saja sudah diancam dengan adzab yang pedih, sebuah ancaman yang besar. Hal ini, semata-mata dipengaruhi oleh kemuliaan tempatnya yakni Al-Haram (Tanah Suci).
Selain itu, dosa kecil juga bisa menjadi besar karena pengaruh waktu mengerjakannya. Dosa kecil menjadi besar jika dilakukan pada waktu yang mulia, seperti umpamanya dosa kecil yang dilakukan pada saat Lailatul Qadar (bulan Ramadhan), dan bulan-bulan mulia lainnya (seperti bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Al-Muharram, dan Sya'ban).
Demikianlah, semua ini perlu kita ketahui dan pelajari agar kita dapat berhati-hati.
Lebih dari itu, hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan dan perlindungan Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena di dalam diri kita terdapat hawa nafsu yang cenderung lebih diikuti oleh kebanyakan manusia (tabiat).
Semoga dengan pertolongan dan perlindungan-Nya dapat mencegah diri kita terjatuh ke dalam berbagai perbuatan dosa dan maksiat. Sebab, tanpa pertolongan dan perlindungan-Nya - niscaya kita tidak akan mampu menjauhi berbagai macam dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita keselamatan di dunia dan akhirat.
"Aamiin, Ya...Rabbal 'Alamin."
oOo
(Disadur dari tulisan, "Dosa-Dosa Besar", Al-Ustadz Qomar ZA, LC, Majalah Qudwah, Edisi 75, vol. 7, 1441 H/2020M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar