بسم الله الرحمن الرحيم
Ingat! Kekuasaan dan Ilmu adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, utamanya masalah Agama serta manfaat duniawi. Sehingga, manakala Pemerintah telah menyia-nyiakan hak rakyatnya dan tidak peduli terhadap tugas dan kewajiban mereka, maka kesengsaraan dan adzab Allah (Neraka) telah pasti menunggu mereka.
Sebagian manusia memandang kekuasaan hanya dari sisi kenikmatan, fasilitas, dan kesempatan berkuasa saja (Aji mumpung). Padahal Amirul mukminin Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, Khalifah terbaik sepanjang sejarah setelah Khulafaur Rasyidin yang empat, mengucap Inna lillahi wa Inna ilaihi Raji'un, ketika diangkat menjadi Khalifah. Dan, beliau menginfakkan seluruh harta kekayaannya kepada Baitul Mal yang menyebabkan para Permaisuri Khalifah jatuh miskin, karena rasa takut yang tinggi terhadap pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak.
Tidakkah para Pemimpin zaman now menyadari, bahwa setiap tetes air mata dan darah rakyat yang tertumpah akan ditanyakan kepada Pemimpin yang zhalim dan dituntut pertanggungjawabannya?
Nabi ﷺ telah bersabda (artinya):
“Tidaklah seorang hamba yang diserahkan padanya kepemimpinan terhadap rakyat, lalu dia mati di hari kematiannya dalam keadaan berkhianat kepada rakyatnya kecuali Allah haramkan Surga baginya.”
(Muttafaqun 'Alaihi).
Keadilan hanya akan terwujud dengan menjalankan roda pemerintahan dengan kejujuran, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya dan meneladani kepemipinan Beliau ﷺ serta para Sahabatnya.
Dengan keadilan, akan tegaklah urusan manusia dan akan tersebar di tengah-tengah mereka roh kecintaan dan kasih sayang terhadap sesama.
Orang-orang lemah bisa mengambil haknya secara penuh tanpa terzhalimi sedikitpun. Tinta emas sejarah telah mencatat keberhasilan Rasulullah ﷺ dan para Sahabatnya dalam memimpin manusia.
Salah satu contoh kepemimpinan ideal adalah apa yang disebutkan oleh Abu Bakr (radhiyallahu 'anhu) pada pidato politiknya yang singkat saat dibai'at menjadi khalifah:
“Wahai manusia, aku telah diangkat menjadi pemimpin kalian padahal aku bukanlah orang yang terbaik dari kalian. Oleh karena itu, bila kebijakanku nanti baik maka dukunglah aku, namun jika melenceng maka tegur dan luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah dan kedustaan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah (terzhalimi) dari kalian di sisiku (di mata pemerintah) adalah orang yang kuat sampai aku memberikan haknya, in-syaa-Allah.
Orang yang kuat (tapi zhalim) di sisiku adalah orang yang lemah sehingga aku mengambil darinya hak orang yang terzhalimi, in-syaa-Allah.
Tidaklah suatu kaum yang meninggalkan Jihad fi sabilillah melainkan Allah akan menimpakan kehinaan pada mereka. Tidaklah kekejian menyebar pada suatu kaum kecuali Allah akan meratakan adzab atas mereka semua. Taatilah aku selagi (kebijakanku) mentaati Allah dan Rasul-Nya, namun bila aku menyelisihi Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban kalian taat padaku."
(Lihat: Al-Khulafa' Ar-Rasyidun Wad Daulah Al-Umawiyah, Hal :13).
Demikianlah prinsip keadilan yang dijunjung tinggi oleh Abu Bakr radhiyallahu 'anhu. Tentunya bukan sekedar retorika (Lip service / Gincu bibir semata), namun benar-benar diwujudkan dengan segala upaya yang nyata dan sungguh-sungguh. Menyadari betapa beratnya tanggung jawab seorang pemimpin.
Semoga Allah 'Azza wa Jalla menunjuki masing-masing kita untuk mampu menjalankan hak-hak tersebut. Sehingga perasaan aman dan nyaman, roh kecintaan serta kasih sayang benar-benar tersebar dalam kehidupan dunia yang fana ini, bukan roh kebencian dan dendam kesumat.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat.
(Baca artikel, THE REAL AMIRUL MUKMININ)
oOo
(Disadur dari tulisan hamba yang Mukhlis, In syaa Allah)