Rabu, 21 Agustus 2024

HADAPI DUNIA DENGAN KITABULLAH DAN SUNNAH NABI

 

بسم الله الرحمن الرحيم 

💡 Berkata Asy-Syaikh, Al-'Allamah, Al-Mujaddid, Prof. Dr. Rabi' bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah,

 "Sungguh, kita tidak akan mampu menghadapi musuh yang paling lemah sekalipun dalam keadaan kita menyelisihi Kitab Allah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, apalagi menghadapi segenap kekuatan dunia."*

📚  Sabilun Najah, hal. 13.

---

Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah membuat sebuah perumpamaan yang patut kita renungkan;

"Pada saat makan misalnya, seringkali kita tidak mampu merebut kembali secuil makanan kita yang dirampas oleh seekor lalat."

Selaras dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya);

"...Dan, jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka mampu merebutnya kembali dari lalat itu.  Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pula) yang disembah.  Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.  Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”  

(QS. Al-Hajj;  73-74)

Begitu lemahnya keberadaan manusia.

Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih mengetahui apa dan siapa yang menjadi musuh kita sebenarnya serta bagaimana cara menghadapinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an (artinya),
“Dan Allah lebih mengetahui (daripada kamu) tentang musuh-musuhmu.  Dan cukuplah Allah menjadi pelindung (bagimu).  Dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu).”  

(QS. An-Nisaa’ (4);  45),

Masalahnya terpulang pada umat Islam sendiri sebagai mayoritas penduduk Indonesia (87 %, atau 245 juta lebih dari sekira 280 juta), yakin - tidak mereka dengan firman Allah 'Azza wa Jalla di atas.  Kalau jawabannya ragu atau tidak yakin, berarti memperkuat dugaan kita, bahwa kualitas generasi zaman sekarang memang jauh lebih rendah dan buruk daripara pendiri bangsa dahulu, baik dari sisi intelektualitas maupun keyakinan beragama.  Dimana para pendiri bangsa meyakini bahwa kemerdekaan Indonesia ini adalah atas rahmat-Nya (bukan basa-basi / seremonial belaka).  Tanpa menyepikan perjuangan mereka dengan seluruh jiwa-raga, darah dan air mata yang tak kenal lelah.  Yang boleh jadi tidak akan pernah terhayati (dirasakan) oleh mayoritas generasi sekarang.  Seperti kata pepatah Minang, "Seberat-berat mata memandang, lebih berat bahu yang memikul."

Mayoritas Generasi sekarang hanya siap untuk mengisi dan menikmati kemerdekaan hasil perjuangan para pendahulu, tidak tahu bagaimana cara berterima kasih serta mensyukurinya kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan jangan lupa, bila Allah Subhanahu wa Ta'ala telah murka kepada manusia akibat syariat serta pertolongan-Nya diabaikan (dianggap sepi), adzab yang akan ditimpakan-Nya jauh lebih berbahaya, lebih besar, lebih berat dan lebih menyakitkan daripada kerusakan yang ditimbulkan musuh mereka sendiri, minimal umat Islam tetap (berkutat) jadi bulan-bulanan berbagai fitnah (keburukan) dunia akhir zaman sebab telah ditelantarkan Allah 'Azza wa Jalla, sembari menunggu datangnya Kiamat kecil (kematian).

Inna lillahi wa Inna ilaihi raaji'uun

(Baca puisi, PUTERA DUNGU, dan ANOMALI)

---

Betapa sering terjadi di zaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dulu kekuatan kaum muslimin yang sedikit mengalahkan musuh dalam jumlah yang jauh lebih banyak dengan persenjataan lengkap, karena pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kualitas Iman (baca; Tawakal ) mereka.  Allah 'Azza wa Jalla menolong mereka dengan menurunkan pasukan yang tidak terlihat (para Malaikat).  Kekalahan kaum muslimin dahulu justru terjadi ketika mereka begitu PD (Percaya Diri) dengan jumlah yang banyak dan kemampuan (kekuatan) diri sendiri.

Seperti tercantum dalam makna firman-Nya;

"...dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kalian menjadi congkak karena banyaknya jumlah kalian, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada kalian sedikit pun; dan bumi yang luas itu telah terasa sempit oleh kalian, kemudian kalian lari ke belakang dengan bercerai-berai."

(QS. At-Taubah; 25)

Pertolongan Allah yang diandalkan ini tidak melulu dari sisi kehidupan beragama (Islam) semata, tapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sosial - budaya, ekonomi, politik, teknologi, pertahanan - keamanan dan lain sebagainya, semua berada di bawah kendali dan kekuasaan-Nya.

Alangkah sialnya kehidupan manusia bila mereka lebih percaya pada kemampuan akal pikiran, ilmu pengetahuan, teknologi dan perasaan mereka daripada pertolongan Allah 'Azza wa Jalla.

Himbauan ini khususnya terhadap umat Islam yang meyakini adanya pertolongan Allah yang melebihi kekuatan apapun di dunia ini.

Singkat kata, kalaupun negara Indonesia ini terpaksa harus musnah beberapa tahun kedepan sebab keingkaran penduduknya terhadap segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, minimal umat Islam selamat dari Neraka Allah di Akhirat kelak.  Jangan sampai terjadi;  Sudahlah di dunia hidup sebagai bangsa yang terhina karena jauh dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, di Akhirat masuk Neraka pula.

(Baca artikel, JAUH DARI ALLAH ALAMAT KEHANCURAN BANGSA DAN NEGARA)

Pepatah Minang mengatakan;

"Tidak ada nasi lagi di bawah kerak (dasar periuk)."

Laa haula walaa quwwata illa billah,

(pen blog).

oOo

Disalin dengan editan dari;

http://telegram.me/forumsalafy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar