Jumat, 04 Agustus 2017

SURGA


بسم الله الر حمان الر حيم

Salah satu janji Allah Subhanahu wa Ta’ala  yang harus (wajib) diyakini keberadaannya  oleh orang-orang beriman adalah Surga.   Ia termasuk bagian terpenting dari aqidah orang-orang mukmin.  Demi Surga tersebut orang-orang yang beriman (mukmin) rela menggadaikan / menjual dunianya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Baca juga artikel, KAITAN ANTARA SURGA DENGAN IMAN).

Surga memiliki 8 (delapan) buah pintu.  Lebih banyak satu pintu daripada pintu-pintu Neraka.  “Pintu yang dimasuki oleh penghuni Surga jaraknya adalah sejauh perjalanan pengembara dunia yang ahli tiga kali lipat...” (diriwayatkan Abu Nu’aim).  
“Jarak antara dua daun pintu Surga adalah empat puluh tahun.” (HR. Ahmad).
 Luasnya seluas langit dan bumi.  Berbagai macam kenikmatan, keindahan dan keledzatan terdapat di dalamnya.  Suatu keindahan dan keledzatan  yang tak pernah dilihat oleh mata, dirasakan, didengar oleh telinga bahkan terlintas dalam pikiran maupun hati manusia.
Disebutkan di dalam Ash-Shahihain hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang berkata, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berfirman (artinya),
"Aku mempersiapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih apa yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak terlintas di dalam hati seorang manusiapun."  (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)  
Didalamnya mengalir sungai-sungai dari air, susu, madu dan khamr yang tidak memabukkan, dengan  keledzatan yang tiada tara dan tidak pernah berubah cita-rasa maupun aromanya.
"Di Surga terdapat sebuah sungai yang bernama Al-Kautsar, yang diperuntukkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Kedua tepinya terbuat dari emas.  Saluran airnya adalah mutiara dan intan berlian.  Tanahnya lebih wangi daripada Kesturi.  Airnya lebih manis daripada Madu dan lebih putih dari es.”  (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) 
Berbagai macam pepohonan yang rindang dan segala macam buah-buahan terdapat di sana. Berkata seorang ulama, “Antara buah-buahan yang ada di dunia dengan buah-buahan Surga hanya persamaan dalam nama, tapi hakikatnya sangat jauh berbeda.”

Berkata Al-'Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah

"Allah Azza wa Jalla berfirman, 

وَجَنَى الْجَنَّتَيْنِ دَان ٍ

'Dan buah-buahan di kedua Surga itu dapat (dipetik) dari dekat.'

Ulama menjelaskan, 

'Sesungguhnya setiap kali penghuni Surga melihat buah buahan dalam keadaan dia menginginkannya, maka dahannya pun akan merunduk untuknya hingga keadaan buah-buahan itu berada dihadapannya, sehingga tidak perlu lagi dia bersusah payah dan berdiri untuk memetiknya. 

Bahkan dalam keadaan bertelekan seraya memandang kepada buah buahan yang dia dambakan, lalu buah itu pun mendekat kepadanya atas perintah Allah." 

(Tafsir Al-Qur'an Al-Karim, 4/320)


Sesungguhnya di Surga terdapat satu pohon.  Penunggang kuda berjalan dibawah naungannya selama seratus tahun, namun ia tidak kuasa melewatinya.  Kalau kalian tidak keberatan, silahkan baca ayat, “Dan naungan yang terbentang luas (Al-Waqi'ah; 30).”  (HR. Al-Bukhari-Muslim).
“Tidak ada satu pohon pun di Surga, kecuali batangnya dari emas.”  (HR. Tirmidzi).  Di Surga juga terdapat pisang dengan buahnya yang bersusun-susun yang tidak pernah berhenti berbuah setiap kali penduduk Surga memetiknya,  batangnya terbuat dari batu mulia yang berwarna hijau.     
Istana serta Mahligai-mahligai yang terdapat di dalamnya terbuat dari emas, perak , mutiara putih, batu yakut merah, batu permata yang berwarna hijau, marjan dan batu-batu mulia lainnya, bertabur cahaya yang melimpah ruah, tetapi tidak menyengat penghuninya.
Tanahnya dari Kesturi dan Za’faran yang semerbak wanginya, halamannya adalah batu-batu dari kapur barus, kerikilnya adalah mutiara lu’lu’ dan mutiara yakut.
Surga memiliki 100 (seratus) tingkatan, jarak antara satu tingkat dengan tingkatan yang lainnya seperti jarak antara langit dan bumi.  Aromanya tercium dari jarak ratusan tahun.   
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar meminta Surga Fidaus, ia merupakan Surga yang paling tinggi dan paling luas, yang atapnya berbatasan langsung dengan  ‘Arsy Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Dari sanalah dialirkan sungai-sungai yang ada di dalam Surga.  Begitu istimewanya Surga yang satu ini, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang menciptakan dengan Kedua Tangan-Nya. 
Rasulullahu shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia pertama yang akan memasuki Surga.  Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharamkan Surga bagi siapapun, sebelum dimasuki oleh Kekasih-Nya yang Mulia.  Yang akan menghuni Al-Wasiilah, suatu tingkatan Surga yang paling mulia, paling utama dan paling besar cahayanya.  Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengharamkan Surga bagi ummat-ummat yang lain sebelum ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukinya.  Dan Dia menjadikan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai mayoritas penduduk Surga.
“Kalian adalah seperempat penghuni surga, kalian adalah sepertiga penghuni surga. Kalian adalah setengah penghuni surga.  Kalian adalah duapertiga penghuni surga.” (Hadits dari Abu Hurairah), yang akan mereka masuki secara bertahap.     
Allah Ta’ala menutup rapat-rapat semua jalan menuju Surga, kecuali jalan yang ditunjukkan oleh kekasih-Nya (shallallahu 'alaihi wa sallam).  Dan Dia membuka selebar-lebarnya jalan kehinaan (jalan ke Neraka) bagi siapa saja yang menyalahi, menentang dan berpaling dari Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memprioritaskan kaum muslimin yang faqir untuk lebih dahulu memasuki Surga-Nya dengan selisih waktu 500 tahun (dunia) dari penduduk surga yang lain.
“Aku menoleh ke Surga dan kulihat di dalamnya bahwa sebagian besar penghuninya adalah orang-orang faqir.  Aku juga menoleh ke arah Neraka dan kulihat di dalamnya bahwa sebagian besar penghuninya adalah orang-orang kaya dan kaum wanita.” (HR. Ahmad)
Hidangan pertama yang disuguhkan kepada penduduk Surga adalah sepotong daging dari hati ikan paus (bagian terbaik dari dagingnya), daging dari sapi jantan yang makanannya adalah rumput-rumput yang ada di surga.  Mereka mereguk kenikmatan air dari mata air Salsabila.  Mereka diberikan pakaian dari sutra yang tebal dan halus, dengan berbagai macam perhiasan yang terbuat dari emas dan perak serta mahkota dari intan berlian dan batu-batu mulia yang lainnya, layaknya seorang raja.  Dikelilingi oleh ribuan pelayan yang masih muda, rupawan dan tidak pernah bosan melayani mereka.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala  (artinya),
“Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.” (Ath-Thur; 24)
Kepada mereka juga dianugerahkan istri-istri yang cantik-jelita,  yang dipingit, yang menundukkan pandangan mereka kecuali terhadap suami mereka di Surga.  Masing-masing mereka mengenakan tujuhpuluh pakaian yang sum-sum betisnya bisa terlihat dari balik dagingnya, pakaian mereka laksana minuman merah yang bisa terihat dari gelas yang putih bersih.  Suci dari segala macam kotoran wanita dunia, seperti haid, buang air besar / kecil, dahak, ingus dan ludah.  Tidak mengeluarkan mani / madzi dan tidak melahirkan.  Dan juga disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala akhlak yang buruk.  Disucikan tutur katanya dari perkataan yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan suaminya.  Disucikan cintanya sehingga ia tidak tertarik pada laki-laki lain selain suaminya di Surga.
Berkata Muqatil, Al-‘in adalah wanita yang indah bola matanya.  Wanita dikatakan cantik kalau bola matanya lebar dan ia dikatakan jelek kalau bola matanya sempit.  Mungil itu bagus bagi wanita jika ada pada empat tempat;  Mulutnya, daun telinganya, hidungnya dan bibirnya.  Lebar juga bagus pada wanita jika ada pada empat tempat; Matanya, punggung dekat lehernya, antara dua telapak tangan dan dahinya.  Putih amat bagus bagi wanita jika ada pada empat tempat;  Warna kulitnya, sigaran rambut kepalanya, giginya dan bola matanya.  Hitam amat baik bagi wanita jika ada pada empat tempat;  Matanya, alisnya, bulu matanya, dan rambut kepalanya.  Tinggi juga baik bagi wanita jika ada pada empat tempat;  Postur tubuhnya, lehernya, rambutnya dan tulang rusuknya.  Pendek secara maknawiyah juga bagus untuk wanita jika ada pada empat tempat;  Lisannya (singkat tutur katanya tidak berbicara masalah-masalah yang tidak bermutu), tangannya (tidak mengambil apa yang tidak disukai suaminya), kakinya (tidak keluar ketempat-tempat maksiat) dan pandangannya (menundukkan pandangannya kecuali terhadap suaminya).  Dan Lembut Dipandang juga baik bagi wanita jika ada pada empat tempat;  Pinggangnya, sigaran rambutnya, alisnya dan hidungnya.”
“Di dalam Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (para penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh Jin.  Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?  Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”  (Ar-Rahman; 56-58)
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapatkan kemenangan.  (Yaitu) kebun-kebun dan buah anggur.  Dan gadis-gadis remaja yang sebaya.”  (An-Naba; 31-33)
Kawa’iba adalah jamak dari ka’ibun yang berarti wanita yang montok payudaranya.  Qatadah, Mujahid dan para pakar hadits berkata, “Al-Kalbi berkata, ‘Mereka adalah wanita-wanita yang menonjol payudaranya dan bulat.  Asal muasal kata tersebut dari al-istidarah yang berarti bulat.  Maksudnya bahwa payudara mereka montok laksana buah delima dan tidak menjulur kebawah.  Mereka digelari nawahid dan kawa’ib (wanita-wanita yang montok payudaranya).’”
Bagaimana tanggapan anda terhadap seorang wanita yang jika tersenyum dihadapan suaminya, maka Surga bersinar karena senyumannya.  Jika ia pindah dari Istana satu ke Istana lainnya, Anda berkata, “Matahari ini pindah ke orbitnya!”  Jika ia berbicara dengan suaminya, maka alangkah bagusnya nada bicaranya.  Jika ia menggandeng tangan suaminya, maka alangkah enaknya rangkulannya dan gandengannya.
Jika ia bernyanyi, maka mata dan telinga mendengarkan kepuasan.   Jika ia menghibur, maka alangkah baiknya cara dia menghibur.  Jika ia mencium, maka tidak ada ciuman yang lebih mesra dan hangat dari ciumannya.  Jika ia memberi sesuatu, maka tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pemberiannya.           
Penduduk Surga diberikan kemampuan makan dan minum serta syahwat melebihi kekuatan 💯 (seratus) orang dari manusia di dunia.  Setiap kali mereka bangun dari istrinya, maka istrinya langsung perawan lagi.
Di Surga juga diperdengarkan suara-suara yang indah luar biasa, seperti suara Malaikat Israfil, Suara Nabi Daud dan suara Allah Tabaaraka wa Ta’alaDi dalam Surga tidak ada keledzatan dan keindahan yang melebihi dua kenikmatan ini, yaitu memandang Wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendengarkan Firman-Nya.
Para penghuni Surga juga mempunyai kendaraan yang akan mengangkut mereka kemanapun mereka kehendaki,
“Wahai Rasulullah, apakah di Surga terdapat kuda?  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Allah memasukkan engkau ke dalam Surga, maka jika engkau mau engkau menunggang kuda dari mutiara yakut merah lalu kuda tersebut terbang kemanapun engkau suka.”  Kata ayah Sulaiman, ‘Orang laki-laki lainnya bertanya’, “wahai Rasulullah, apakah di Surga terdapat unta?”  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan jawaban seperti jawaban yang diberikan kepada penanya pertama.’  Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Jika Allah memasukkan engkau ke dalam Surga maka semua yang engkau inginkan dan diinginkan mata engkau ada di dalamnya.’”  (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, “Apakah penghuni Surga bisa saling mengunjungi sesama mereka?”  Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Penghuni Surga kelas atas bisa mengunjungi penghuni Surga kelas bawah.  Penghuni Surga kelas bawah tidak bisa mengunjungi penghuni Surga kelas atas kecuali orang-orang yang saling mencintai karena Allah semata, mereka bebas pergi kemana saja yang mereka sukai dengan mengendarai unta.” (HR. Thabrani)
“Sesungguhnya di Surga terdapat pasar yang didatangi para penghuni surga setiap hari Jum’at.  Angin dari utara berhembus menerpa wajah dan pakaian mereka hingga membuat mereka semakin tampan dan menarik.   Dalam keadaan seperti itu mereka pulang menemui istrinya masing-masing.  Istri-istri mereka berkata, ‘Demi Allah, engkau semakin tampan dan gagah.’  Jawab penghuni Surga kepada istri-istri mereka, ‘Kalian juga semakin cantik dan ayu.’”  (HR. Muslim)
“Sesungguhnya para penghuni Surga mengenakan pakaian yang indah pada pagi hari.  Pada sore harinya berganti dengan pakaian yang lain.  Sebagaimana halnya salah seorang dari kalian pada waktu pagi dan sore berganti pakaian jika ingin menghadap salah satu raja di dunia.  Para penghuni Surga juga begitu.  Setiap pagi dan petang mereka berkunjung kepada Rabb mereka ‘Azza wa Jalla.  Mereka mempunyai tanda yang dimengerti oleh mereka bahwa saat tersebut mereka harus berkunjung kepada Rabb mereka ‘Azza wa Jalla.  (HR. Abu Nu’aim)
Di Surga, para penghuni Surga juga diberi awan yang menurunkan hujan apa saja yang mereka inginkan.  Begitu juga penghuni Neraka.  Mereka diberi awan yang menurunkan siksaan sebagaimana hujan yang pernah ditimpakan kepada ummat Nabi Huud dan Nabi Syu’aib.  Awan yang menurunkan siksa yang mematikan mereka.  Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menurunkan hujan rahmat dan hujan laknat di Akhirat nanti.
Seluruh penghuni Surga adalah Raja di Kerajaannya masing-masing.  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan apabila kamu melihat disana (Surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” (Al-Insan; 20)
Ibnu Abu Al-Hawari berkata bahwa aku mendengar Abu Sulaiman berkata mengenai firman Allah ‘Azza wa Jalla (Al-Insan; 20).  Kata Abu Sulaiman, Yang dimaksud dengan Mulkan Kabiiran pada ayat diatas adalah Raja yang Agung.  Buktinya utusan Allah datang kepadanya dengan membawa hidangan makanan dan hadiah.  Malaikat tidak bisa bertemu dengannya hingga meminta idzin padanya terlebih dahulu.   Kata Malaikat kepada penjaga pintu Istananya, ‘Aku meminta idzin untuk bertemu dengan Wali Allah, karena aku tidak bisa bertemu dengannya tanpa idzinnya.’  Penjaga pintu tersebut menyampaikan permohonan Malaikat tersebut kepada penjaga pintu yang lain dan penjaga pintu yang terakhir menyampaikan kepada penjaga pintu lainnya.  Antara Istananya dan Darus-Salam terdapat pintu masuk kepada Rabb-nya dan ia bebas masuk kepada Rabb-nya tanpa idzin terlebih dahulu.  Jadi ia adalah Raja yang Agung.  Buktinya utusan Allah (para Malaikat) tidak bisa masuk menemuinya kecuali dengan mengajukan idzin terlebih dahulu sementara ia masuk bertemu dengan Rabb-nya tanpa idzin terlebih dahulu.”
Puncak kerinduan para pecinta Surga sekaligus merupakan puncak kompetisi diantara mereka dahulu di dunia adalah menyaksikan Allah Tabaaraka wa Ta’ala, ‘Azza wa Jalla, Subhanahu wa Ta’ala dengan mata kepala mereka sendiri, dan mendengarkan Suara-Nya. Kenikmatan yang mengalahkan segala kenikmatan dan keindahan Surga.  Kenikmatan dan keindahan yang membuat para penghuni Surga lupa akan segala macam fasilitas Surga yang diperuntukkan bagi mereka.  Begitu besar dan Agungnya kenikmatan ini.  Seandainya Surga itu hanya dimiliki oleh satu orang manusia saja, maka pasti ia akan lebih memilih melihat Wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada memiliki keseluruhan isi Surga seorang diri Karena tidak semua penduduk Surga diberikan “ziyadah” (tambahan) ini.  Bagi mereka, tidak bisa melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan tamparan keras ketimbang siksa yang dirasakan penghuni Neraka di Neraka Jahim.  Masalah ini, disepakati oleh para Rasul, para Ambiya (Nabi), seluruh Sahabat, Tabi’in dan Generasi Terbaik Islam lainnya.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat berikut, ‘Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang baik (al-husna) dan tambahannya’”  Kemudian sabda Beliau, “Jika penghuni Surga telah memasuki Surga dan penghuni Neraka telah memasuki Neraka, maka penyeru memanggil, ‘Wahai penghuni Surga, sesungguhnya Allah mempunyai janji untuk kalian yang ingin Dia penuhi!’  Penghuni Surga berkata, ‘Janji apa yang dimaksud?  Bukankah Allah telah memberatkan timbangan amal kami, membuat putih wajah kami, memasukkan kami ke dalam Surga dan menjauhkan kami dari Neraka?’   Lalu tirai dibuka, merekapun melihat Allah.  Mereka tidak diberi sesuatu yang lebih mereka cintai ketimbang melihat Allah.  Itulah yang dimaksud dengan ziyadah (tambahan).’”  (Diriwayatkan Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).
Berkata Hasan Al-Basri rahimahullah, “Jika seandainya orang-orang yang ahli ibadah di dunia tahu bahwa mereka tidak dapat melihat Rabb mereka di Akhirat kelak, maka jiwa mereka bisa meleleh di dunia.”
Abdurrahman bin Abu Laila rahimahullah berkata, “Apabila penghuni Surga telah masuk ke dalam Surga, maka apa saja yang mereka minta langsung diberikan kepada mereka.  Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada mereka, ‘Ada satu dari hak kalian yang belum diberikan kepada kalian.’  Lalu Rabb mereka menampakkan Diri kepada mereka.  Mereka merasa bahwa apa yang diberikan-Nya kepada mereka selama ini (di Surga) tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan memandang Allah.’
Al-A’masy rahimahullah dan Said bin Jubair rahimahumullah berkata, “Sesungguhnya penghuni Surga yang paling mulia, pastilah orang yang bisa memandang Allah Tabaaraka wa Ta’ala setiap pagi dan petang.”
Hisyam bin Hasan rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menampakkan Diri kepada para penghuni Surga.  Ketika mereka melihat-Nya, mereka lupa akan semua nikmat Surga lainnya.”
Berkata Ibnu Majisun rahimahullah, “Demi Allah, kemuliaan terbesar yang diberikan Allah kepada para wali-Nya pada Hari Kiamat nanti adalah melihat Wajah-Nya dan Pandangan Allah kepada mereka di tempat yang disenangi disisi Rabb yang Berkuasa.  Demi Rabb-nya langit dan bumi, Allah pasti memberikan Pandangan-Nya pada Hari Kiamat pada orang-orang yang ikhlas kepada-Nya sebagai pahala bagi mereka dan membuat mereka bisa melihat-Nya serta memenangkan hujjah mereka atas para pembangkang yang pada hari itu terhalang tidak bisa melihat Allah.  Mereka tidak bisa melihat-Nya sesuai dengan pendiriannya.  Allah tidak akan berbicara dengan mereka dan tidak pula menoleh kepada mereka serta bagi mereka siksa yang pedih.”
Auza’i rahimahullah berkata, “Sekte Jahmiyah tidak mengakui adanya pahala yang terbaik yang disediakan Allah bagi para wali-Nya.”
Ibnu Abu Hatim rahimahullah menyebutkan dari Jarir bin Abdul Hamid rahimahullah bahwa ia pernah menerangkan hadits Ibnu Tsabit radhiyallahu ‘anhu tentang maksud tambahan (ziyadah) yang berarti melihat Wajah Allah kemudian hal ini dibantah oleh seorang laki-laki, lalu Sufyan bin Uyainah rahimahullah berteriak memanggil orang tersebut dan mengusirnya dari majelisnya.
Allah Ta’ala berfirman (artinya),
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam Surga yang penuh kenikmatan.  Doa mereka di dalamnya adalah, ‘Subhanakallahumma’, dan salam penghormatan mereka di dalamnya adalah, ‘Salam.’  Dan penutup do’a mereka ialah ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’.”  (Yunus; 9-10).
Hafsh bin Sulaiman bin Thalhah bin Yahya bin Thalhah berkata dari ayahnya dari Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu yang berkata (artinya),
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penafsiran Subhanallah.  Sabda Beliau, Subhanallah adalah menyucikan Allah dari semua keburukan / kekurangan.’”
Pada ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa do'a para penghuni Surga yang pertama kali mereka ucapkan kalau mereka menginginkan sesuatu adalah Subhanallah.  Jika permintaan mereka telah terpenuhi, maka mereka menutup do'anya dengan mengatakan Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Namun makna ayat di atas lebih luas (dari itu).  Kata da’wa pada ayat di atas berarti do’a, dan do’a berarti pujian, dan pujian juga berarti permintaan.  Dinyatakan dalam hadits (artinya),
“Do’a yang paling baik adalah Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Do’a pada ayat di atas adalah do’a dalam arti puji-pujian dan dzikir yang diilhamkan oleh Allah pada para penghuni Surga.  Allah menerangkannya dari awal hingga akhir.  Permulaannya adalah Tasbih dan penutupnya adalah Tahmid, diilhamkan Allah pada mereka sebagaimana mereka diilhamkan untuk bernafas.
Ini menandakan bahwa instruksi untuk beribadah di Surga tidak berlaku lagi dan ibadah yang tersisa hanya do’a (pujian) yang diilhamkan Allah pada mereka.
Disebutkan dalam hadits shahih bahwa penghuni Surga diilhamkan ber-tasbih dan ber-tahmid sebagaimana mereka diilhamkan bernafas.  Jadi, do’a mereka pada ayat di atas tidak terpaku pada waktu tertentu (saja).  Pembatasan do’a tersebut pada waktu tertentu (saat meminta sesuatu) disamping tidak sesuai dengan makna ayat di atas juga tidak sesuai dengan keadaan mereka di Surga.  Wallahu a’lam bishshawab.
oOo

(Disadur bebas dari kitab “Tamasya ke Surga”, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, dengan beberapa tambahan dari sumber lain)       

                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar