بسم الله الر حمان الر حيم
Ibnu Baththah Al ‘Ukbary rahimahullah
berkata, “Sungguh aku pernah
melihat sekelompok manusia yang dahulunya melaknat dan mencela ahli bid’ah, kemudian mereka duduk besama
ahli bid’ah itu untuk mengingkari dan
membantah mereka, secara perlahan dan pasti muncul sikap bermudah-mudahan
dengan mereka, sedangkan tipu daya (iblis-pen blog) itu sangat halus jalannya dan
kekafiran sangat lembut merambat, sehingga akhirnya mereka mencintai ahli
bid’ah tersebut.”
Muhammad bin Al ‘Ala rahimahullah
berkata, “Telah bercerita kepada kami
Abu Bakr, katanya dari Mughirah yang berkata, ‘Suatu kali Muhammad bin As Saib
keluar dan dia sebelumnya bukanlah ahli
bid’ah, kemudian dia berkata, ‘Marilah kita datangi mereka agar kita
mengetahui pemikiran mereka (ahli
bid’ah). Ternyata dia tidak pernah
kembali sampai akhirnya dia menerima kebid’ahan
tersebut dan hatinya terikat oleh ucapan mereka.’”
Al Ashma’i rahimahullah
berkata, “Telah bercerita kepada kami Mu’tamir, katanya, ‘Dari Utsman Al Butty
ia berkata bahwa, ‘Imran bin Haththan sebelumnya seorang sunni (Ahli Sunnah). Suatu
ketika datanglah seorang pelayan dari penduduk ‘Amman seperti bighal , lalu dia membalikkan
hatinya (‘Imran) di tempat duduknya
(berubah saat itu juga - pen).”
Sebagai penutup kutipan ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Bukanlah suatu ‘aib (cacat) bagi seseorang
untuk menampakkan madzhab (pemikiran) salafus shalih, menisbatkan diri dan bersandar padanya, bahkan wajib menerimanya
berdasarkan kesepakataan para ‘Ulama, karena sesungguhnya madzhab salafus shalih itu tidak lain adalah
kebenaran.”
Shalawat dan Salam
semoga Allah limpahkan kepada hamba dan utusan-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
oOo
Dikumpulkan oleh; Syaikh
Abu Abdillah Jamal bin Furaihan Al Haritsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar