Senin, 07 Agustus 2017

TUDINGAN 'ULAMA AHLUSSUNNAH TERHADAP AHLUL BID'AH (4)


بسم الله الر حمان الر حيم

Telah sedemikian banyak kerusakan dan korban sia-sia nyawa manusia disebabkan Ahli Hawa' (Ahli Bid'ah) / Sempalan Islam di muka bumi ini. Masihkah kita akan menutup mata?  Dan berganggapan bahwa hal tersebut bukan urusan kita???
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (artinya),
"Barangsiapa meninggal dunia sementara dia belum pernah berjihad, atau meniatkan diri untuk berjihad, maka dia mati di atas salah satu cabang kemunafikan." 
(HSR. Muslim, dari Abu Hurairah);

  • Abu Qilabah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya ahlul ahwa’ itu adalah orang-orang yang sesat, dan saya tidak menganggap ada tempat kembali mereka selain Neraka.”
  • Ada seorang berkata kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhu, “Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan hawa nafsu kami berjalan di atas hawa nafsu kalian (para Sahabat).  Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu segera menimpali, “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kebaikan sedikitpun di dalam hawa nafsu itu.  Ia dinamakan hawa karena ia menjerumuskan pemiliknya ke dalam Neraka.”
  • Ibnu Sirin rahimahullah menyatakan, bahwa orang yang paling cepat murtad (berbalik kepada kekafiran / kafir riddah, keluar dari Islam tanpa disadari, pen blog) adalah ahlul ahwa’ (ahli bid’ah).  
  • Dari Abi Ghalib dari Abi Umamah rahimahumullah yang berkata mengenai firman Allah (artinya),

“Lalu mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar).” (Ali-Imran; 7), bahwa ayat ini menerangkan keadaan orang-orang Khawarij (manhaj yang tersesat) dan ahli bid’ah.
  • Dari Ayyub dari Abu Qilabah rahimahullah yang berkata, “Sesungguhnya ahli ahwa’ adalah orang-orang yang sesat.  Saya menganggap tidak ada tempat kembali mereka selain neraka.  Cobalah kalian uji mereka, maka tidak ada satupun dari mereka yang meyakini suatu pemikiran atau berpendapat dengan suatu pendapat (yang Kokoh-pen blog), lalu akhir dari urusan mereka tidak lain kecuali dengan pedang (menumpahkan darah / memberontak).  Sesungguhnya karakter kemunafikan itu beragam modelnya.  Kemudian Beliau membaca ayat (artinya), “Diantara mereka ada yang berikrar kepada Allah” (At-Taubah; 75), “Diantara mereka ada yang mencelamu dalam (pembagian) zakat.” (At-Taubah ; 58), dan “Dan diantara mereka ada yang menyakiti Nabi.” (At-Taubah; 61). Pernyataan mereka berbeda-beda, namun mereka sama-sama dalam keraguan, pendustaan, dan pedang (menumpahkan darah kaum muslimin, memberontak / demo-ed).  Saya menganggap tempat kembali mereka yang pantas tidak lain adalah Neraka.”
  • Al Auza’i rahimahullah berkata, “Tidak ada seseorang  pun yang mengada-adakan perkara bid’ah melainkan hilang sikap wara’ (menjauhkan diri dari hal-hal yang membahayakan (haram) bagi kehidupan Akhirat) dari dalam dirinya.”
  • Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Tidak ada seseorang pun mengada-adakan suatu kebid’ahan melainkan iman akan terlepas dari dirinya.”
  • Imam Al Barbahari rahimahullah berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya hawa (kebid’ahan) itu semuanya rendah dan selalu mengajak kepada pedang (pertumpahan darah, pemberontakan).”
  • Dari Abu ‘Amru Asy Syaibani rahimahullah yang berkata, “Selalu dikatakan bahwa Allah enggan memberikan  taubat kepada ahli bid’ah, dan dia tidak berpindah kecuali menuju bid’ah yang lebih buruk lagi.”
  • Dari Ibnu Syaudzab rahimahullah yang mengatakan, “Saya mendengar ‘Abdullah bin Al Qasim berkata, “Tidaklah seorang hamba yang berada diatas hawa (bid’ah) lalu ia meninggalkannya, melainkan berpindah kepada (bid’ah) yang lebih jelek lagi.” Kemudian saya menyebutkan hadits (artinya), “Sesungguhnya Allah menghalangi taubat para ahli bid’ah.” kepada sebagian sahabat kami, lalu kata Beliau, “Ini dipertegas lagi dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (artinya), “Mereka lepas (keluar) dari Agama ini seperti terlepasnya anak panah dari sasarannya (tembus melewati sasaran, pen blog), dan tidak akan kembali sampai mati.” Ada  seseorang yang mempunyai suatu pemikiran bid’ah, kemudian dia rujuk dan meninggalkannya.  Maka sayapun mendatangi Muhammad (bin Sirin) dalam keadaan merasa gembira, untuk menyampaikan berita ini kepada Beliau. Saya katakan kepada Beliau, “Bagaimana perasaanmu andaikata si Fulan telah meninggalkan pemikirannya yang selama ini dianutnya?”  Beliau menjawab, “Perhatikanlah kemana dia berpindah, sesungguhnya penutup hadits ini lebih keras lagi terhadap mereka dibandingkan awalnya, yaitu; Mereka lepas dari Agama ini dan tidak akan kembali lagi padanya.”
  • Dari Mu’awiyah bin Shalih rahimahullah yang mengatakan, “Al Hasan bin Abil Hasan Al Bashri berkata, ‘Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi enggan memberi idzin (taufiq) kepada ahli bid’ah untuk bertaubat.’
  • Ada seseorang yang berkata kepada Ayyub rahimahullah, “Wahai Abu Bakar sesungguhnya ‘Amru bin ‘Ubaid sudah rujuk dari pemikiran bid’ahnya.”  Ayyub mengatakan, “Sesungguhnya dia tidak akan rujuk.”  Orang itu menimpali lagi, “Benar, sungguh ia telah rujuk dari pemikiran bid’ahnya”  Kemudian Ayyub berkata lagi, “Sesungguhnya dia tidak akan kembali, dia tidak akan kembali, dia tidak akan kembali (Beliau mengulanginya tiga kali).  Tidakkah engkau mendengar sabda Rasulullah... “Mereka lepas dari Agama ini seperti lepasnya anak panah dari buruannya (tembus setelah mengenai sasaran) yang kemudian tidak akan kembali sampai mati.”
  • ‘Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah berkata, “Wajah ahli bid’ah itu diliputi kegelapan (tidak bercahaya) meskipun ia meminyaki wajahnya 30 kali dalam sehari.”
  • Dari Ibnul Mubarak dari Al Auza’i dari ‘Atha Al Khurasani rahimahumullah  yang berkata, “Hampir-hampir Allah tidak mengizinkan ahli bid’ah itu bertaubat.”
  • Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata, Bid’ah itu lebih dicintai Iblis daripada kemaksiatan.  Seorang yang berbuat maksiat dapat diharapkan bertaubat, sedangkan (pelaku) bid’ah tidak dapat (diharapkan) untuk bertaubat.”


oOo

(Disadur bebas dari kitab “Cara Menyikapi Penguasa dan Penyeru Bid’ah”, Syaikh Jamal bin Furaihan Al Haritsi, Terj. Idral Harits, Pustk. An Najiah, 2003) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar