Sabtu, 05 Agustus 2017

TUDINGAN 'ULAMA AHLUSSUNNAH TERHADAP AHLUL BID'AH (1)


بسم الله الر حمان الر حيم

Kebanyakan manusia menyangka, bahwa orang yang bertakwa itu adalah orang yang luas pergaulannya dan cocok bergaul dengan siapapun.  Bahasa Pramukanya; “Disini senang... disana senang...”  Padahal sejatinya mereka adalah orang-orang yang tidak paham akan hakikat iman, dan bagaimana cara menjaganya.  Karena menjaga hati (iman) manusia dari sambaran syubhat, khurafat (tahayul), bid’ah serta pemikiran-pemikiran sesat manusia jauh lebih sulit daripada menjaga satu bataliyon pasukan tempur.  Inilah buktinya;


  • Muhammad bin Muslim rahimahullah berkata, “Allah mewahyukan kepada Nabi Musa bin ‘Imran ‘alaihissalam, ‘Hendaknya engkau jangan duduk bersama ahli ahwa’, karena engkau akan mendengar satu ucapan mereka yang akhirnya akan menyebabkan kamu ragu, lalu menyesatkan kamu dan menjerumuskanmu ke dalam Neraka.”
  • Dari Atha’ rahimahullah yang berkata, “Allah ‘Azza wa Jalla mewahyukan kepada Musa ‘alaihissalam, ‘Janganlah kamu duduk (bermajelis) dengan ahli ahwa’, karena mereka akan menimbulkan perkara baru yang belum pernah ada di dalam hatimu.’
  • Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa yang ingin memuliakan agamanya (Islam), maka tinggalkanlah bermajelis dengan ahli ahwa’ (orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam beragama), karena bermajelis bersama mereka itu lebih “lengket” dan sangat sulit lepasnya dibandingkan penyakit kulit.”
  • Muqatil bin Muhammad rahimahullah berkata, “Abdurrahman bin Mahdi berkata kepadaku, ‘Ya, Abul Hasan.  Janganlah kamu duduk dengan ahli bid’ah, sesungguhnya mereka selalu berfatwa tentang perkara yang Malaikatpun tidak sanggup untuk menulisnya.’
  • Disampaikan kepada Yahya bin Ma’in rahimahullah bahwa Husain Al Karabisi mengeluarkan kritikan terhadap Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, maka kata beliau, “Siapa Husain Al Karabisi itu?  Semoga Allah melaknatnya.  Bahwasanya yang berhak mengkritik ‘ulama adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan seperti mereka juga.  Sedangkan Husain itu rendah dan Imam Ahmad itu sangat tinggi kedudukannya.”
  • Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah juga mengatakan, “...Duduk bermajelis dengan ahli bid’ah akan melenyapkan cahaya iman dari dalam hati, menghilangkan keindahan wajah dan mewariskan kebencian ke dalam hati orang-orang mukmin (beriman).”
  • Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Jangan kamu duduk (bermajelis) dengan ahli bid’ah, karena saya khawatir kamu akan tertimpa laknat Allah.”
  • Beliau juga berkata, “Hati-hatilah kamu jangan menemui ahli bid’ah, karena sesungguhnya mereka itu selalu menghalangi orang dari al-haq (kebenaran).”
  • Fudhail bin Iyadh rahimahullah juga mengatakan, “Saya telah mendapatkan, bahwa sebaik-baik manusia itu adalah Ahli Sunnah dan mereka senantiasa melarang kaum muslimin bergaul dengan ahli bid’ah.
  • Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata, “Kalau kamu bertemu dengan ahli bid’ah di suatu jalan, maka ambillah jalan yang lain.  Seperti itu pula yang dikatakan oleh Al-Fudhail bin Iyadh.”
  • Abu Qilabah rahimahullah berkata, “Janganlah kamu bermajelis dengan ahli ahwa’ (orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam beragama), dan jangan berdialog dengan mereka.  Karena sesungguhnya saya merasa khawatir kalau-kalau mereka menenggelamkan kamu dalam kesesatan mereka atau mengaburkan apa-apa yang telah kamu ketahui.
  • Al-Hasan Al-Basri dan Ibnu Sirin rahimahumullah berkata, “Janganlah bermajelis bersama ahli ahwa’, jangan berdialog dengan mereka dan jangan kamu dengarkan ucapan mereka.”
  • Ibrahim An-Nakha’i rahimahullah berkata, “Janganlah bermajelis dengan ahli ahwa’, karena aku khawatir hatimu jadi berbalik (murtad).”
  • Al-Hasan Al-Basri rahimahullah berkata, “Janganlah kamu duduk bersama ahli ahwa’, karena tindakan yang demikian akan mengundang penyakit bagi hati.”
  • Mujahid rahimahullah berkata, “Janganlah kamu berada dalam satu majelis dengan ahli ahwa’, karena mereka mempunyai cacat seperti kurap.”
  • Fudhail bin Iyadh rahimahullah juga mengatakan, “Barang siapa yang duduk dengan ahli bid’ah, niscaya Allah akan mewariskan kepadanya kebutaan (hati, pen blog.).”
  • Dari Abduus bin Malik Al ‘Athar rahimahullah yang berkata, “Saya mendengar Abu Abdillah (Imam) Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata, ‘Prinsip-prinsip dasar As-Sunnah menurut kami adalah, (beliau sebutkan diantaranya)..., dan tidak duduk (bermajelis) dengan ahli ahwa’ .”
  • Seseorang berkata kepada Ibnu Sirin rahimahullah, “Sesungguhnya si Fulan ingin menemui anda dan dia tidak akan berbicara tentang apa pun.”  Kata Beliau, “Katakanlah kepadanya tidak!  Dia tidak perlu menemui saya.  Sesungguhnya hati anak Adam itu sangat lemah, dan saya takut mendengar satu kata saja dari dia yang kemudian menyebabkan hati saya tidak kembali kepada keadaannya semula.
  • Ma’mar rahimahullah berkata, “Suatu ketika, Ibnu Thawus sedang duduk, tiba-tiba datang seorang Mu’tazilah (manhaj yang tersesat, ed.) dan mulailah ia berbicara.  Kata rawi, Ibnu Thawus pun segera menutup telinganya dengan jari-jarinya dan berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, tutuplah telingamu dengan jarimu dan kuatkanlah.  Jangan kau dengar ucapannya sedikitpun.”

oOo

(Disadur bebas dari Kitab “Cara Menyikapi Penguasa dan Penyeru Bid’ah”, Syaikh Jamal bin Furaihan Al Haritsi. Terj. Idral Harits, Pust. An-Najiyah, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar