Senin, 27 November 2017

DUNIA = PENJARA ORANG MUKMIN = SURGA ORANG KAFIR


بسم الله الر حمان الر حيم

“Dunia ini adalah Penjara bagi orang Mukmin dan Surga bagi orang Kafir”  (HR.  Muslim)

Ketika ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang ketika itu Beliau tengah berada di atas alas tidur Beliau yang dijahit dari beberapa lembaran daun kurma, tiba-tiba dia (Umar) telah berada di sampingnya, lalu dia menangis.  Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, bangsa Persi dan Romawi telah bersenang-senang dengan kenikmatan dunia yang mereka peroleh, sedang Engkau sendiri dalam keadaan seperti ini?"  Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“Wahai ‘Umar, sesungguhnya orang-orang itu adalah kaum yang kebaikan mereka disegerakan di kehidupan dunia.”  (HR.  Al-Bukhari)
(Baca juga Puisi, Inilah DUNIA)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menerangkan dalam kitab “Tafsiir Al-Qur’anil Kariim”
"Bahwa orang-orang kafir itu telah dihukumi dengan kenikmatan yang mengelilingi mereka (sebagai pengikat / belenggu hati mereka, agar bertambah-tambah dosa mereka, pen.).  Dan jika mereka meninggal dunia dan langsung mendapatkan adzab, maka yang demikian itu akan lebih parah dan lebih pedih (lebih menyakitkan akibatnya, pen.) bagi mereka.  Sebab, sewaktu mereka meninggalkan dunia ini hati mereka masih terpaut erat padanya dan masih ingin bersenang-senang dengannya, pada saat itulah ditimpakan adzab (dengan tiba-tiba, pen.) pada mereka.  Kita berlindung kepada Allah 'Azza wa Jalla dari keadaan yang benar-benar merugikan dan mengerikan ini.
Dan disebutkan dari Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, yang merupakan salah seorang Hakim di Mesir.  Pada suatu hari dia berpapasan dengan seorang Yahudi Penjual Minyak.  Dan dia telah menjual minyaknya, pakaiannya pun telah kotor.  Hakim Mesir itu berada di atas gerobak yang ditarik dengan kuda, sedangkan orang-orang berjejer di sekitarnya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya.  Lalu orang Yahudi itu menghentikannya seraya berkata, “Wahai Hakim, bagaimana Engkau bisa hidup dengan keadaan seperti itu, sedangkan aku dalam keadaan seperti ini, sementara Rasul kalian mengatakan, ‘Dunia ini penjara bagi orang Mukmin dan Surga bagi orang Kafir.’”
Maka Ibnu Hajar Asqalani rahimahullah mengatakan kepadanya, Nikmat yang aku rasakan di dunia adalah penjara jika dibandingkan dengan kenikmatan orang Mukmin di Akhirat kelak.  Dan kelelahan serta cobaan yang engkau rasakan (di Dunia) laksana Surga jika dibandingkan dengan adzab Akhirat.  Oleh karena itu engkau sekarang tengah berada di Surga, karena engkau akan berpindah kepada adzab yang tidak pernah engkau bayangkan sebelumnya.”
Mendengar Ibnu Hajar mengatakan hal tersebut, orang Yahudi itu berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.”  Maka dia pun memeluk Agama Islam.
Dengan demikian, orang-orang yang bersenang-senang dengan kenikmatan mereka di dunia pada hakikatnya adalah kesengsaraan dan adzab, sekalipun tubuh-tubuh mereka menikmatinya.  Tetapi kebanyakan dari ummat manusia lalai (tidak mengetahui) akan hal itu.  Sayangnya, penyakit ini telah pula merembet ke kalangan kaum Muslimin, sehingga kebanyakan Kaum Muslimin sekarang ini tidak mengejar kecuali kenikmatan ini, yakni kenikmatan dunia serta dalam keadaan lalai terhadap kenikmatan Akhirat.  Oleh karena itu, Engkau  akan mendapati mereka senantiasa berbicara tentang Kemewahan, Kenikmatan, Senda-gurau dan semacamnya, seakan-akan mereka tidak diciptakan kecuali hanya untuk itu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.  Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir."  (At-Taubah (9);  55)
(Baca juga artikel tentang, NIKMAT).
Dan ini merupakan penghalang yang paling besar yang menghalangi seseorang dari Agamanya, dimana hatinya bergantung pada dunia dan tidak melihat, kecuali bersenang-senang dengan kenikmatan dunia.  Dan kita tidak mengingkari bahwa seseorang mendapatkan kenikmatan dunia yang dia pergunakan untuk kepentingan akhirat, bahkan jika dunia dijadikan sebagai perantara untuk mendapatkan kenikmatan Akhirat, maka yang demikian itu adalah yang sebenarnya dan dibenarkan dalam Agama.  Akan tetapi yang kita ingkari adalah jika manusia menjadikan dunia itu sebagai keinginan terbesarnya, seakan-akan dia diciptakan hanya untuk dunia saja.  Dan ini merupakan bagian dari kekurang-pahamannya terhadap Agama, juga kekurangan akalnya.  Bagaimana Anda akan menjadikan diri dan kehidupan Anda yang sangat berharga ini hanya untuk mengurus urusan yang tidak berarti (remeh) dan tidak kekal?  Allah Ta’ala berfirman seraya mengingkari Kaum Hud ‘alaihissalam (artinya), “Dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia).”  (Asy-Syu’araa;  129).
Dengan demikian, Engkau tidak akan pernah kekal,  lalu bagaimana Engkau akan menjadikan lintasan yang menjadi tempat Engkau hidup ini sebagai harapan terbesar bagi dirimu?  Padahal Engkau tidak mengetahui kapan Engkau akan meninggalkannya.  Setiap orang yang bermewah-mewahan itu tidak menyadari kapan ia akan mati, sementara dia mengetahui bahwa ia akan kekal di Akhirat- jika memang ia beriman kepadanya.  Meski demikian, dia berbuat untuk dunia (memakmurkannya), padahal dia diciptakan bukan untuk tujuan itu, dan meninggalkan Akhirat yang dia diciptakan untuknya."
Demikian pembahasan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah


oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar