بسم الله الر حمان الر حيم
Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya);
“Dunia ini adalah
Penjara bagi orang Mukmin dan Surga bagi orang Kafir”
(HR.
Muslim)
Ketika ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu datang menemui Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, yang ketika itu Beliau tengah berada di atas alas tidur
Beliau yang dijahit dari beberapa lembaran daun kurma, tiba-tiba dia (Umar)
telah berada di sampingnya, lalu dia menangis.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, bangsa Persi dan Romawi
telah bersenang-senang dengan kenikmatan dunia yang mereka peroleh, sedang
Engkau sendiri dalam keadaan seperti ini?" Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya),
“Wahai ‘Umar, sesungguhnya orang-orang itu adalah kaum yang
kebaikan mereka disegerakan di kehidupan dunia.”
(HR.
Al-Bukhari)
(Baca juga Puisi, Inilah DUNIA)
(Baca juga Puisi, Inilah DUNIA)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menerangkan dalam kitab “Tafsiir Al-Qur’anil Kariim”;
"Bahwa
orang-orang kafir itu telah dihukumi dengan kenikmatan yang mengelilingi mereka
(sebagai pengikat / belenggu hati mereka, agar bertambah-tambah dosa mereka, pen.).
Dan jika mereka meninggal dunia dan langsung mendapatkan adzab, maka
yang demikian itu akan lebih parah dan lebih pedih (menyakitkan akibatnya, pen.) bagi
mereka. Sebab, sewaktu mereka
meninggalkan dunia ini hati mereka masih terpaut erat padanya dan masih ingin bersenang-senang
dengannya, pada saat itulah ditimpakan adzab (dengan tiba-tiba, pen.) pada mereka. Kita berlindung kepada Allah 'Azza wa Jalla dari keadaan
yang benar-benar merugikan dan mengerikan ini.
Dan disebutkan dari Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, yang merupakan salah seorang Hakim di Mesir. Pada suatu hari dia
berpapasan dengan seorang Yahudi Penjual Minyak. Dan dia telah menjual minyaknya, pakaiannya
pun telah kotor. Hakim Mesir itu berada di atas gerobak yang ditarik dengan kuda, sedangkan orang-orang
berjejer di sekitarnya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya. Lalu orang Yahudi itu menghentikannya seraya
berkata, “Wahai Hakim, bagaimana Engkau bisa hidup dengan keadaan seperti itu,
sedangkan aku dalam keadaan seperti ini, sementara Rasul kalian mengatakan, ‘Dunia
ini penjara bagi orang Mukmin dan Surga bagi orang Kafir.’”
Maka Ibnu Hajar Asqalani rahimahullah mengatakan kepadanya, “Nikmat yang aku rasakan di dunia adalah penjara jika dibandingkan
dengan kenikmatan orang Mukmin di Akhirat kelak. Dan kelelahan serta cobaan yang engkau
rasakan (di Dunia) laksana Surga jika dibandingkan dengan adzab Akhirat. Oleh karena itu engkau sekarang tengah berada
di Surga (dunia), karena engkau akan berpindah kepada adzab yang tidak pernah engkau
bayangkan sebelumnya.”
(Baca artikel, KENAPA MEREKA ZUHUD?)
Mendengar Ibnu Hajar mengatakan hal tersebut, orang Yahudi itu
berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada
Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Allah.” Maka dia pun memeluk Agama
Islam.
Dengan demikian, orang-orang yang bersenang-senang dengan
kenikmatan mereka di dunia pada hakikatnya adalah kesengsaraan dan adzab,
sekalipun tubuh-tubuh mereka menikmatinya.
Tetapi kebanyakan dari umat manusia lalai (tidak mengetahui) akan hal itu. Sayangnya, penyakit ini telah pula merembet ke
kalangan kaum Muslimin, sehingga kebanyakan Kaum Muslimin sekarang ini tidak
mengejar kecuali kenikmatan ini, yakni kenikmatan dunia serta dalam keadaan
lalai terhadap kenikmatan Akhirat. Oleh
karena itu, Engkau akan mendapati mereka
senantiasa berbicara tentang Kemewahan, Kenikmatan, Senda-gurau dan semacamnya, seakan-akan
mereka tidak diciptakan kecuali hanya untuk itu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." (At-Taubah (9); 55)
(Baca juga artikel tentang, NIKMAT).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),
"Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir." (At-Taubah (9); 55)
(Baca juga artikel tentang, NIKMAT).
Dan ini merupakan
penghalang yang paling besar yang menghalangi seseorang dari Agamanya, dimana
hatinya bergantung pada dunia dan tidak melihat, kecuali bersenang-senang dengan
kenikmatan dunia. Dan kita tidak
mengingkari bahwa seseorang mendapatkan kenikmatan dunia yang dia pergunakan
untuk kepentingan akhirat, bahkan jika dunia dijadikan sebagai perantara untuk
mendapatkan kenikmatan Akhirat, maka yang demikian itu adalah yang sebenarnya
dan dibenarkan dalam Agama. Akan tetapi
yang kita ingkari adalah jika manusia menjadikan dunia itu sebagai keinginan
terbesarnya, seakan-akan dia diciptakan hanya untuk dunia saja. Dan
ini merupakan bagian dari kekurang-pahamannya terhadap Agama, juga
kekurangan akalnya. Bagaimana Anda akan
menjadikan diri dan kehidupan Anda yang sangat berharga ini hanya untuk
mengurus urusan yang tidak berarti (remeh) dan tidak kekal? Allah Ta’ala
berfirman seraya mengingkari Kaum Hud ‘alaihissalam
(artinya), “Dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian
kekal (di dunia).” (QS. Asy-Syu’araa; 129).
Dengan demikian, Engkau tidak akan pernah kekal, lalu bagaimana Engkau akan menjadikan lintasan
yang menjadi tempat Engkau hidup ini sebagai harapan terbesarmu? Padahal Engkau tidak mengetahui kapan Engkau
akan meninggalkannya. Setiap orang yang
bermewah-mewahan itu tidak menyadari kapan ia akan mati, sementara dia
mengetahui bahwa ia akan kekal di Akhirat- jika memang ia beriman
kepadanya. Meski demikian, dia berbuat untuk dunia (memakmurkannya), padahal dia diciptakan bukan untuk itu, dan melalaikan Akhirat yang dia diciptakan untuknya."
Demikian penjelasan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar