Rabu, 29 November 2017

HARAMNYA DEMO, MEMPROVOKASI MASA DAN MEMBERONTAK TERHADAP PEMERINTAH MUSLIM


بسم الله الر حمان الر حيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya),
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan.”  (Al-Hasyr; 2)
Para ‘Ulama Ahlussunnah telah bersepakat tentang haramnya perbuatan Demo, Memprovokasi Masa serta Memberontak terhadap Pemerintah Muslim, meskipun beberapa orang diantara mereka rahimahumullah pernah terjatuh dalam permasalahan ini, akan tetapi hal tersebut seharusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi generasi berikutnya, dan dapat diambil hikmahnya, bukan untuk ditiru...   
Berikut beberapa Dalil (Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) dan Perkataan para ‘Ulama yang berkaitan dengan permasalahan ini;
1.      1. Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (artinya),
Barangsiapa melihat suatu (kemungkaran) yang dia benci pada Pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, karena sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari Jama’ah (Pemerintah) sejengkal saja, kemudian ia mati, maka matinya (dalam keadaan) Jahiliyah.”  (HR. Al-Bukhari-Muslim)
2.      2. “Sungguh kalian akan melihat (pada para pemimpin) kalian kecurangan dan hal-hal yang kalian ingkari (kemungkaran).”  Mereka bertanya, “Apa yang Engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?”  Beliau menjawab, “Tunaikan hak mereka (pemimpin tersebut) dan mintalah hak kalian kepada Allah.”  (HR. Al-Bukhari-Muslim)
3.      3. Sahabat Yang Mulia Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘Anhu berkata (artinya),
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyeru kami, lalu kami pun membai’at Beliau untuk senantiasa mendengar dan ta’at kepada Pemimpin, baik pada saat senang maupun susah, sempit maupun lapang, dan dalam keadaan hak-hak kami tidak dipenuhi, serta agar kami tidak berusaha Merebut Kekuasaan dari Pemiliknya.  Beliau bersabda, “Kecuali bila kalian telah melihat kekafiran yang nyata, sedang kalian memiliki dalil dari Allah tentang kekafirannya,”  (HR. Al-Bukhari-Muslim)
4.      4. Berkata Imam Hasan Al-Basri rahimahullah,
“Sesungguhnya Al-Hajjaj (Penguasa Zhalim) adalah adzab dari Allah, maka janganlah kalian menolak adzab Allah dengan tangan-tangan kalian, akan tetapi hendaklah kalian merendahkan diri karena takut pada-Nya dan tunduk berdo’a, karena Allah Ta’ala berfirman (artinya),
“Dan sungguh Kami telah timpakan kepada mereka adzab, namun mereka tidak takut kepada Rabb mereka dan tidak pula berdo’a.”  (Al-Mu’minun;  76) (Minhajus Sunnah, 4/315)
5.      5. Berkata Al-Imam Thalq bin Habib rahimahullah,
“Hadapilah fitnah (kekacauan) dengan ketakwaan.”  Maka dikatakan kepada Beliau, “Jelaskan kepada kami secara global apa itu Takwa?”  Beliau menjawab, “Takwa adalah engkau mengamalkan keta’atan kepada Allah berdasarkan Cahaya (Ilmu) dari Allah dalam keadaan engkau mengharap Rahmat Allah, dan engkau tinggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan Cahaya (Ilmu) dari Allah dalam keadaan engkau takut adzab Allah.”   (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Abid Dunya) (Minhajus Sunnah, 4/315)
6.      6. Berkata Al-Imam Ali bin Madini rahimahullah (artinya),
“Barangsiapa yang memberontak kepada salah seorang Pemimpin Kaum Muslimin, padahal manusia telah berkumpul dibawah kepemimpinannya, dengan cara apa saja dia mendapatkan kepemimpinan itu, apakah dengan kerelaan atau dengan paksa, maka orang yang memberontak itu telah merusak Persatuan Kaum Muslimin dan menyelisihi hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika pemberontak itu mati, maka matinya adalah Mati Jahiliyah.”  (Syarhul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah lil Laalikaai, 1/168)
7.      7. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,
Para Pembesar Kaum Muslimin melarang dari pemberontakan dan peperangan dalam masa fitnah, sebagaimana Abdullah bin Umar, Said bin Al-Musayyib, Ali bin Al-Hasan dan selainnya melarang kaum muslimin dari pemberontakan terhadap Yazid dimasa Al-Harah.  Sebagaimana juga Al-Hasan Al-Basri, Mujahid dan selainnya melarang dari pemberontakan pada fitnah Ibnul Asy’ats.  Oleh karena itu telah tetap pendapat Ahlus Sunnah, bahwa tidak boleh berperang dimasa fitnah berdasarkan hadits-hadits shohih yang berasal dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.  Dan Para ‘Ulama terus menyebutkan hal ini di dalam kitab-kitab Aqidah mereka, dan Para ‘Ulama memerintahkan ummat untuk bersabar menghadapi kezhaliman Penguasa dan tidak memerangi mereka, meskipun pernah banyak Ahli Ilmu dan Ahli Ibadah terlibat dalam peperangan dimasa fitnah (tetap saja hal itu salah).  (Minhajus Sunnah, 4/315-316)
8.      8. Berkata Asy-Syaikh Al-‘Allamah Prof. DR. Shalih Al-Fauzan hafizhahullah,
“Orang yang mengatakan ada perbedaan pendapat ‘ulama dalam masalah pemberontakan terhadap Pemerintah adalah “Pencari Fitnah” bukanlah penuntut Ilmu.” (Rekaman Fatwa Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan).
Dan banyak lagi Dalil-dalil lain dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu di dalam artikel ini {Baca juga artikel, TA'ATLAH KEPADA PEMIMPIN, JANGAN DEMO!, dan PERILAKU DAN AKHLAK JAHILIYAH (Masalah ke-3)}.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada Rakyat dan Bangsa Indonesia, agar tidak terjatuh kembali pada kesalahan yang sama.
Meskipun pada awal mulanya mungkin punya niat "baik",
tapi karena pelaksaannya tidak sesuai dengan Aturan dan Tuntunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah, akibatnya kerugian (mudharat) yang ditimbulkan jauh lebih besar daripada perbaikan (manfaat) yang diinginkan, bahkan tidak jarang terjadi pertumpahan darah serta korban nyawa sia-sia.
"Ambillah pelajaran, wahai orang-orang yang memiliki Akal"   


oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar