بسم الله
الر حمان الر حيم
Rasul Ulul Azmi (Yang Paling Utama) ke-empat, setelah Musa 'alaihissalam, adalah Nabi dan Rasul Isa Putera Maryam 'alaihissalam, yang dipertuhankan oleh orang-orang Nasrani.
Dari 200 ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Ali-Imran, 83 ayat diantaranya merupakan bantahan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang-orang Nasrani, yang menyatakan bahwa Allah Tabaaraka wa Ta’ala memiliki anak.
Maha suci Allah Rabbul ‘Alamin, dari apa yang mereka
katakan.
Pada awal surat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengisahkan, bahwa Isa ‘alaihissalam hanyalah salah seorang dari hamba
Allah, yang telah Dia ciptakan, dan dibentuk di dalam rahim ibunya (Maryam),
sebagaimana Dia telah menciptakan hamba-hamba-Nya yang lain. Bahkan, Adam ‘alaihissalam
diciptakan-Nya sebagai manusia yang pertama tanpa perantara ibu dan bapak. Dia (Allah) cukup mengatakan “Kun”, maka
jadilah ia seperti apa yang diinginkan-Nya.
Dan ini merupakan dalil yang menunjukkan kesempurnaan Kekuasaan-Nya atas
semua makhluk yang ada di Jagat Raya ini.
Ibunda Isa ‘alaihissalam, Maryam merupakan anak dari
seorang hamba Allah yang shalih, Imran.
Tidak ada perbedaan pendapat para ‘ulama, bahwa Maryam yang
merupakan anak perempuan dari Imran tersebut, berasal dari silsilah keluarga
Nabi Daud ‘alaihissalam.
Sedangkan ibu dari Maryam (isteri Imran) bernama Hanah binti Faqud
bin Qabil, merupakan seorang wanita yang ta’at beribadah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Dan Nabi Zakaria ‘alaihissalam adalah suami
dari saudara perempuan Maryam yang bernama Asya’ (menurut jumhur
‘ulama).
Muhammad bin Ishaq dan yang lainnya menceritakan, bahwa
ibunda Maryam, Hanah adalah seorang perempuan yang belum pernah hamil, lalu pada suatu
hari ia melihat seekor burung yang memberi makan anak-anaknya, sehingga ia
benar-benar ingin memiliki anak, lalu ia bernadzar kepada Allah, jika ia hamil,
ia akan menjadikan anak tersebut sebagai anak yang shalih, lagi mengabdikan diri
di Baitul Maqdis (Pada saat itu banyak orang yang menginginkan anaknya
mengabdikan diri di Baitul Maqdis).
Lebih lanjut mereka menceritakan, lalu Hanah pun langsung
mendapatkan siklus haid, dan setelah masa suci, ia bercampur dengan suaminya,
hingga akhirnya dia pun mengandung Maryam.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
(artinya),
“Tidak seorang (anak) pun yang dilahirkan, melainkan
syaithan menjamahnya ketika ia dilahirkan, sehingga ia berteriak dengan keras
karena jamahan tersebut, kecuali Maryam dan puteranya (Isa).”
Banyak dari kalangan Ahli Tafsir yang menyebutkan, bahwa
setelah melahirkan Maryam, Hanah membungkus anaknya dengan kain, lalu ia
berdiri dan berangkat ke Masjid, lalu ia menyerahkan anaknya itu kepada
orang-orang yang bermukim di Masjid tersebut.
Anak itu (Maryam), adalah puteri dari Imam mereka,
Imran. Anak itu diserahkan ibunya kepada
mereka setelah disusui dan dipelihara.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla (artinya),
“Dan Allah menjadikan Zakarya sebagai
pemeliharanya.” Yakni, setelah
ia (Zakarya) memperoleh kemenangan dalam undian yang mereka laksanakan,
sebagaimana yang difirmankan-Nya (artinya),
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita
ghaib yang Kami wahyukan kepadamu, hai Muhammad, padahal kamu tidak hadir
beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah (untuk mengundi)
siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika
mereka bersengketa.”
(QS. Ali-Imran; 44)
Mereka bercerita, undian tersebut berlangsung tiga
kali. Pertama, masing-masing
mereka melemparkan anak panah, kemudian menyuruh seorang anak yang belum akil
balig untuk mengambil salah satu anak panah, ternyata anak panah yang
diambil adalah milik Zakarya. Kedua,
masing-masing mereka melemparkan anak panahnya ke sungai, barangsiapa yang anak
panahnya berjalan melawan arus sungai, maka dialah pemenangnya. Ternyata anak panah Zakarya yang melawan arus
sungai, sedangkan anak panah yang lainnya terbawa arus. Ketiga, mereka menuntut
diadakannya ketentuan anak panah yang terbawa arus adalah pemenangnya. Lalu, masing-masing meletakkan anak panahnya
di atas sungai, ternyata semua anak
panah mereka berjalan melawan arus sungai, kecuali anak panah Zakarya yang
terbawa arus. Kemudian, anak itu pun
diserahkan kepada Zakarya sebagai pemenang undian tersebut, karena ia adalah
orang yang paling berhak secara syari’at, maupun takdir untuk memeliharanya.
Para Ahli Tafsir menyebutkan, Zakarya telah memberikan
tempat yang mulia (Mihrab) bagi Maryam di dalam Masjid tersebut, dimana tempat
itu tidak dimasuki oleh siapa pun, kecuali oleh dirinya saja. Di tempat itu Maryam beribadah kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan penuh kekhusyu’an, serta menjalankan semua kewajiban yang
diembankan kepadanya, baik pada waktu siang maupun malam hari, sehingga ia
menjadi suri-tauladan dalam hal ibadah di tengah-tengah Bani Israil. Ia juga terkenal dengan keadaannya yang terpuji
dan sifat-sifat yang mulia, bahkan pada saat itu tidak ada yang menandinginya
dalam hal beribadah. Sampai-sampai
setiap kali Nabi Zakarya ‘Alaihissalam masuk ke tempat ibadahnya itu
untuk menemuinya, ia menemukan di sisi Maryam terdapat rezeki yang aneh yang
tidak ada pada masanya. Dimana Zakarya
menemukan buah-buahan musim panas di musim dingin, dan begitu pula sebaliknya. Lalu ia bertanya kepada
Maryam, “Dari mana kamu mendapatkan semuanya ini?” Maryam menjawab, “Dari sisi
Allah.” Maksudnya, rezeki
tersebut telah diberikan Allah kepadaku, “Sesungguhnya Dia memberikan rezki
kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan,
Dan ingatlah, ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam,
sesungguhnya Allah telah memberikan khabar gembira kepadamu (dengan kelahiran
seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat yang datang dari-Nya, namanya Al-Masih
Isa Putera Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan akhirat, serta
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Dan ia berbicara dengan manusia dalam buaian
dan ketika dewasa, dan ia termasuk di antara orang-orang yang shalih.”
Maryam berkata, “Ya Tuhanku, mana mungkin aku mempunyai anak
sedang aku belum pernah disentuh seorang laki-laki pun.”
Allah berfirman (melalui perkataan Jibril), “Demikianlah
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Apabila Allah berkehendak menciptakan sesuatu, maka Allah hanya berkata
kepadanya, ‘Jadilah,’ maka jadilah ia.”
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah,
Taurat, dan Injil.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan, bahwa
Malaikat Jibril telah menyampaikan berita gembira kepada Maryam, yaitu bahwa
Dia telah memilihnya sebagai wanita pilihan di dunia. Ia dipilih untuk mengandung seorang anak
tanpa adanya seorang ayah. Disampaikan
kepadanya, bahwa anak itu akan menjadi seorang Nabi yang mulia, “Dan ia
berbicara dengan orang-orang ketika ia masih dalam buaian.” Yakni, ketika ia masih bayi, dimana
ia menyeru kepada mereka supaya beribadah kepada Allah semata, Yang tiada
sekutu bagi-Nya. Demikian juga ketika ia
sudah berusia dewasa, ia juga menyerukan hal yang sama. Dan hal itu menunjukkan, bahwa pada usia
tuanya ia juga tetap menyeru manusia agar hanya menyembah Allah ‘Azza wa
Jalla.
Yang demikian itu menunjukkan salah satu wujud kesempurnaan
ucapan Isa Putera Maryam kepada mereka ketika ia masih berada dalam
buaian. Isa memberitahu mereka, bahwa
Allah adalah Tuhan-nya dan Tuhan mereka, dan itulah jalan yang lurus.
Maryam diperintahkan supaya banyak beribadah, tunduk, sujud
dan ruku’, agar ia bisa menyandang kemuliaan tersebut. Selain itu, Maryam juga diperintahkan agar
selalu mensyukuri nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya. Ada yang mengatakan, bahwa Maryam mengerjakan
shalat hingga kedua kakinya bengkak.
Semoga Allah Ta’ala mengasihi dirinya, ibu dan juga bapaknya
sekalian.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Maka, Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian ruh
(ciptaan) Kami"
(QS. At-Tahrim; 12)
Dengan demikian, hal itu menunjukkan bahwa tiupan itu masuk
ke dalam rahimnya melalui kemaluannya dan bukan melalui mulutnya, sebagaimana
yang diriwayatkan Al-Sadi dengan sanadnya dari sebagian Sahabat.
Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
(artinya),
“Pemuka kaum wanita penghuni Surga adalah Maryam binti
Imran, lalu Fatimah binti Muhammad, lalu Khadijah binti Khuwailid, dan kemudian
Asiyah isteri Fir’aun.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Malaikat Jibril kepada
Maryam dalam wujud seorang manusia yang sempurna. Menyaksikan hal tersebut Maryam berkata,
“sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Mahapemurah, jika kamu
seorang yang bertakwa.” (Abu Aliyah
mengatakan, “Aku mengetahui bahwa ketakwaan itu memiliki rasionalitas...”)
Ia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang
utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.”
Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak
laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun yang menyentuhku, dan aku
bukan pula seorang pezina.”
Jibril berkata, “Demikianlah, Tuhan-mu berfirman, ‘Hal itu adalah
mudah bagi-Ku, dan agar Kami dapat menjadikannya sebagai suatu tanda bagi
manusia, dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal tersebut adalah suatu perkara
yang telah diputuskan.”
Maka, Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh.
Yang demikian itu, karena pada saat hamil Maryam akan mengalami
perubahan fisik, dimana perutnya akan semakin membesar, dan ia pun menyadari,
bahwa akan banyak orang yang bertanya-tanya sekaligus membicarakan dirinya.
Banyak ‘ulama Salaf, diantaranya Wahab bin Munabbih
menyebutkan, bahwa setelah terlihat pada diri Maryam tanda-tanda kehamilan,
maka yang pertama kali mengetahuinya adalah seorang ahli ibadah dari kalangan
Bani Israil yang bernama Yusuf bin Ya’qub An-Najjar, yang tidak lain adalah
pamannya sendiri. Maka Yusuf pun
benar-benar terkejut menyaksikan hal itu.
Keterkejutan dan keheranan Yusuf itu memang sangat beralasan, karena
selama ini yang dia ketahui, Maryam adalah seorang yang sangat ta’at beribadah
dan benar-benar menjaga kesuciannya, dan ternyata ia bisa hamil sedang ia belum
pernah menikah. Lalu, pada suatu hari ia
mendatangi Maryam dan bertanya, “Wahai Maryam, adakah tanaman yang tumbuh tanpa
adanya biji?”
Maryam menjawab, “Ya, ada.
Lalu, siapakah yang menciptakan tanaman pertama kali?”
Kemudian Yusuf berkata, “Lalu, adakah seorang anak itu bisa
lahir tanpa adanya suami?”
“Ya, ada.
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan Adam tanpa melalui proses
pertemuan laki-laki dan perempuan,” papar Maryam.
Lebih lanjut Yusuf bin Ya’qub An-Najjar berkata, “Kalau
begitu, beritahukanlah kepadaku berita yang sesungguhnya terjadi pada dirimu.”
Maka Maryam pun menjawab, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa
Jalla telah memberikan khabar gembira kepadaku, ‘Dengan kalimat yang datang
dari-Nya, namanya Al-Masih Isa Putera Maryam, seorang yang terkemuka di dunia
dan akhirat, serta termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Alah). Dan ia berbicara dengan manusia ketika dalam
buaian dan saat telah dewasa, dan ia termasuk di antara orang-orang yang
shalih.”
(QS. Ali-Imran; 45-46)
Diriwayatkan dari Mujahid, ia bercerita; Maryam pernah berkata,
ketika aku dalam keadaan sendiri, maka ia (Isa) berbicara kepadaku, dan jika
aku sedang berada di tengah-tengah orang banyak, maka ia bertasbih di dalam
perutku.
Yang jelas adalah, bahwa Maryam mengandung puteranya itu
selama sembilan bulan.
Maka, rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya bersandar
pada pangkal pohon kurma, ia berkata, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.”
(Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bolehnya
mengharapkan kematian pada saat menghadapi fitnah yang sangat berat). Hal itu terjadi karena Maryam mengetahui
bahwa orang-orang menuduhnya telah berbuat zina, dan mereka juga sudah tidak
mempercayainya lagi, bahkan mereka mendustakannya, sehingga datang kepadanya seorang
anak (Isa) melalui dirinya. Padahal,
sebelumnya Maryam dikenal sebagai seorang yang ta’at beribadah, khusyu’, dan
aktif ke Masjid untuk melakukan i’tikaf, hingga akhirnya ia hamil karena hal
itu, sehingga ia mengharap kematian, “Dan aku menjadi tidak berarti, lagi
dilupakan.” Artinya, tidak
diciptakan.
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, “Janganlah
kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhan-mu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu,. Dan goyangkanlah pangkal pohon
kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buahnya yang masak
kepadamu. Maka, makan – minum, dan
bersenang hatilah kamu. Jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernadzar
berpuasa untuk Tuhan Yang Mahapemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan
seorang manusia pun pada hari ini.”
Maka, Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan
menggendongnya (Ibnu Abbas mengemukakan; kedatangan Maryam kerpada kaumnya itu
terjadi setelah ia selesai menjalani masa nifas selama 40 hari).
Kaumnya berkata, “Hai
Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Hai saudara perempuan Harun (Note; Bukan Nabi Harun. Beliau adalah seorang laki-laki Shalih yang senasab dengan Maryam, karena antara Maryam dengan Nabi Harun terpaut jarak yang sangat jauh; Demikian menurut Ibnu Katsir, pen blog), ayahmu
sekali-kali bukanlah seorang yang jahat, dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
pezina.”
Maka, Maryam menunjuk kepada anaknya (dengan bahasa isyarat). Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara
dengan anak kecil yang masih dalam buaian?”
Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil), dan Dia
menjadikanku seorang Nabi. Dia juga
menjadikan aku seorang yang diberkati dimana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku
hidup. Serta berbakti kepada ibuku, dan
Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga senantiasa
dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dunia,
dan pada hari aku dibangkitkan kembali.”
Perkataan yang pertama kali keluar dari mulut Isa Putera
Maryam 'Alaihissalam, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah,” menunjukkan pengakuan
Isa terhadap Rabb-nya, sekaligus ‘ubudiyahnya hanya kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala semata, Rabb Yang Mahatinggi . Dan bahwasanya Allah adalah Tuhannya. Dengan demikian, ia telah mensucikan Allah
dari pernyataan orang-orang zhalim, bahwa Allah itu mempunyai anak. Padahal yang benar adalah, bahwa Isa Putera
Maryam itu hamba sekaligus Rasul Allah.
Dan pernyataan Isa tersebut, sekaligus juga membebaskan ibunya dari segala
tuduhan orang-orang bodoh (perbuatan
zina).
Itulah Isa Putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang
benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka
Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah,” maka jadilah ia.
Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka
sembahlah Dia oleh kalian. Inilah jalan
yang lurus.
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) diantara
mereka. Maka, kecelakaanlah bagi
orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.” (QS. Maryam; 16-37)
Dan firman-Nya (artinya),
“Dan ingatlah kisah Maryam yang telah memelihara
kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam tubuhnya ruh dari Kami, dan Kami
jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi Semesta Alam.”
(QS. Al-Ambiya’; 91)
Sebagai penutup bagian ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman (artinya),
“Demikianlah
kisah Isa, Kami membacakannya kepada kalian sebagian dari bukti-bukti keRasulannya
dan membacakan Al-Qur’an yang penuh hikmah.
Sesungguhnya
perumpamaan penciptaan Isa dalam pandangan Allah adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian
Allah berfirman kepadanya, ‘Jadilah’ (seorang manusia), maka jadilah ia.
(Apa
yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu,
karena itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu-ragu.
Siapa
yang membantahmu tentang kisah Isa setelah datang Ilmu yang meyakinkanmu, maka
katakanlah kepadanya, ‘Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak
kalian, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kalian, diri kami dan diri
kalian. Kemudian marilah kita bermubahalah
kepada Allah dan kita meminta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang
yang dusta[1]. Sesungguhnya
ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain
Allah. Dan sesungguhnya Allah, Dia-lah
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Kemudian jika mereka berpaling dari kebenaran, maka sesungguhnya Allah
Mahamengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Ali-Imran; 58-63)
Jadi,
jika Dia berkuasa menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu, maka Dia lebih berkuasa
lagi untuk menciptakan Isa melalui ibu, tanpa bapak. Jika keberadaan Isa sebagai anak Allah
dibenarkan karena ia lahir tanpa bapak, maka keberadaan Adam sebagai anak Allah
seharusnya lebih dibenarkan lagi.
Padahal, keberadaan Adam sebagai anak Allah dimaklumi kebathilannya, maka
pandangan mereka Isa sebagai anak Allah tentu lebih fatal (bathil) lagi, dan lebih tidak
benar (lebih jauh dari kebenaran). Namun Tuhan Yang Maha Agung hendak
memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, tatkala Dia menciptakan Adam bukan
melalui seorang laki-laki dan perempuan, dan menciptakan Hawa dari makhluk
laki-laki tanpa perempuan, menciptakan Isa dari seorang perempuan tanpa
laki-laki, tidak sebagaimana lazimnya penciptaan makhluk melata ini melalui
jantan dan betina.
(Bersambung, In-syaa Allah)
oOo
[1] Mubahalah,
adalah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat berdo’a
kepada Allah dengan sungguh-sungguh, agar Allah ‘Azza wa Jalla menimpakan
laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi
Muhammad mengajak utusan Nasrani Najjran bermubahalah, tetapi mereka
tidak berani, dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.
(Disadur bebas dari kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam
Ibnu Katsir rahimahullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar