KISAH PERTUMBUHAN DAN PENDIDIKAN ISA PADA WAKTU KECIL
بسم الله الر حمان الر حيم
Isa
Putera Maryam dilahirkan di Baitu Lahm, suatu tempat yang dekat dengan Baitul Maqdis.
Wahab bin
Munabbih menyebutkan, setelah patung-patung yang terdapat di belahan penjuru
Barat dan Timur berjatuhan pada hari kelahiran Isa. Sementara syaithan sendiri merasa kebingungan
menyaksikan hal itu, sampai iblis menyingkapkan kepada mereka tentang
kelahiran Isa, hingga mereka mendapati Isa berada di dalam kamar ibunya,
sementara para Malaikat berkeliling di sekitarnya. Kemudian tampak sebuah bintang besar di langit, bahkan Raja Persi pun sempat pingsan karena kemunculannya. Kemudian Raja Persi tersebut bertanya kepada
para Dukun. Maka mereka pun menjawab, “Inilah
kelahiran yang sangat Agung di permukaan bumi.”
Kemudian Raja mengutus beberapa utusan dengan membawa emas dan berbagai
hadiah kepada Isa ‘alaihissalam.
Ketika sampai di daerah Syam, mereka ditanya oleh Raja Syam perihal
kedatangan mereka. Lalu mereka pun
menceritakan hal itu kepada Raja Syam, sampai ke masalah kelahiran Isa Putera
Maryam di Baitul Maqdis, yang membuatnya terkenal karena kemampuannya berbicara
ketika masih dalam buaian. Kemudian Raja
Syam mengutus orang untuk membunuh Isa ‘alaihissalam, namun mereka tidak
sangup mencapainya.
Tatkala utusan Raja Persi menyampaikan hadiah kepada Maryam, dan hendak kembali pulang,
dikatakan kepada Maryam, “Sesungguhnya utusan Raja Syam itu datang untuk
membunuh puteramu.”
Mendengar
hal tersebut, Maryam langsung membawa Isa, puteranya ke Mesir. Lalu ia menetap di sana sampai Isa berumur 12
tahun. Lalu tampaklah pada diri Isa
berbagai kemuliaan dan mukjizat pada usia yang masih anak-anak tersebut. Di antara mukjizat yang dimilikinya adalah,
ketika para saudagar yang singgah di tempatnya itu bercerita, bahwa ada salah
seorang di antara mereka yang kehilangan uang di rumahnya. Rumah itu hanya ditempati oleh orang-orang
miskin, orang-orang lemah dan kaum gembel, tetapi dia tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang telah mengambil uangnya.
Begitu Isa
Putera Maryam mengetahui permasalahan tersebut, ia langsung berangkat menemui
seorang buta di sebuah bangku. Isa
berkata kepada orang buta itu, “Bawalah bangku ini, dan berjalanlah.” Maka orang buta itu menjawab, “Sesungguhnya
aku tidak sanggup melakukannya.”
Kemudian Isa berkata, “Lakukan saja seperti kamu melakukannya - ketika
kamu mengambil uang yang ada di dalam kantong di rumah itu.” “Setelah menjelaskan duduk perkaranya,
orang-orang mempercayai Isa Putera Maryam.
Kemudian orang buta itu membawa kembali uang itu, dan menyerahkan kepada
pemiliknya. Sehingga dengan kejadian
itu, nama Isa semakin terkenal dan mendapatkan kedudukan terhormat dalam
pandangan masyarakat, padahal ketika itu ia masih sangat kecil.
Ishaq bin
Basyar menceritakan, dari Juwaibir dan Muqatil, dari Ad-Dhahak, dari Ibnu
Abbas, bahwa Isa Putera Maryam menahan diri berbicara, setelah ia berbicara
kepada mereka ketika masih dalam buaian, sampai ia berusia anak-anak. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla
menjadikannya berbicara dengan penuh hikmah dan bayan (penjelasan). Sehingga orang-orang Yahudi banyak berbicara
tentang dirinya dan juga ibunya (Maryam).
Mereka menyebut Isa sebagai anak pelacur. Dan itulah makna Dari firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala (yang artinya),
“Dan
karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam
dengan kedustaan yang besar (zina).” (QS. An-Nisaa’; 156)
Ibnu Lahi’ah
menceritakan, dari Abdullah bin Hubairah, ia bercerita, Abdullah bin Umar
pernah bercerita; Ketika masih kecil,
Isa Putera Maryam pernah bermain-main dengan anak-anak kecil lainnya. Lalu ia berkata kepada salah seorang di
antara mereka, “Apakah kamu mau aku beritahu apa yang disembunyikan ibumu
(untukmu)?” Anak tersebut menjawab, “Mau.” Isa melanjutkan, “Ibumu menyimpan sesuatu,
ini dan itu untukmu.” Maka anak itupun
berlari pulang menuju ibunya, dan berkata, “Berikan kepadaku apa yang engkau
simpan untukku.” Ibunya pun bertanya, “Memangnya
apa yang aku simpan untukmu?” “Sesuatu,
ini dan itu,” jawab anak tersebut. “Siapakah
yang memberitahumu?” Tanya ibunya. “Isa
Putera Maryam,” jawab anaknya.
Orang-orang
berkata, “Demi Allah, jika kalian membiarkan anak-anak itu bersama Putera Maryam,
niscaya ia akan merusak mereka. Kemudian
mereka mengumpulkan anak-anak mereka di sebuah rumah, dan menutup pintu. Lalu Isa keluar untuk mencari mereka, tetapi
ia tidak menemukannya. Kemudian ia (Isa)
mendengar suara gaduh mereka di dalam sebuah rumah. Selanjutnya ia (Isa) bertanya mengenai mereka,
maka mereka menjawab, “Sesungguhnya mereka itu kera dan babi.” Maka, Isa Putera Maryam berkata, “Ya Allah, jadikan demikian.” Maka, mereka pun (berubah) menjadi kera dan babi. (HR. Ibnu Asakir)
Firman Allah
Subahanhu wa Ta’ala (artinya),
“Dan
telah Kami jadikan Isa Putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata dari
Kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar,
yang banyak terdapat padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (QS. Al-Mu’minun; 50)
Para ‘ulama
tafsir masih berbeda pendapat mengenai “tanah tinggi yang datar”, yang oleh
Allah disifati sebagai tempat yang banyak memiliki “padang rumput dan sumber
air yang bersih dan mengalir”. Dan ini
merupakan sifat yang sangat aneh sekali, dimana ia merupakan tempat yang berada
di dataran tinggi, dan dengan ketinggian itu terdapat sumber air yang bersih
dan mengaliri seluruh bagian bumi. Lalu dikatakan,
bahwa yang dimaksud itu adalah tempat dimana Maryam melahirkan Isa ‘alaihissalam,
yaitu Baitul Maqdis. Oleh karena itu
Allah Ta’ala berfirman (artinya),
“Maka
JIbril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya
Tuhan-mu telah menjadikan anak sungai di bawahmu...” (QS. Maryam; 24)
Yang
dimaksud dengan kata sirriya, adalah sungai kecil. Demikian menurut jumhur ‘ulama Salaf. Dan Ibnu Abbas dengan sanad jayyid,
bahwa semuanya itu merupakan sungai-sungai Damaskus. Mungkin saja ia bermaksud menyerupakan
sungai-sungai itu dengan sungai-sungai di Damaskus.
Ishak bin
Basyar menceritakan, Idris pernah bercerita kepada kami dari kakeknya, dari
Wahab bin Munabbih, ia berkata, bahwa ketika Isa berumur 13 tahun, Allah ‘Azza wa Jalla menyuruhnya
pulang ke Baitu Iliya.
Diceritakan, lalu datang kepadanya Yusuf bin Khaal, yang kemudian
membawa mereka berdua naik keledai menuju ke Iliya dan menetap di sana, hingga Allah menurunkan kepadanya kitab Injil, dan juga diajari kitab Taurat,
diberi kemampuan menghidupkan orang yang sudah meninggal, menyembuhkan orang
yang berpenyakit kusta dan orang buta, mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang
mereka simpan di dalam rumah mereka masing-masing. Orang-orang banyak membicarakan kedatangannya,
dan merasa terheran-heran atas berbagai keajaiban yang terdapat pada dirinya. Maka mereka benar-benar takjub padanya,
sehingga ia (Isa) mengajak mereka ke jalan Allah Ta’ala.
Kisah Ihwal
Kaum Yahudi, semoga laknat Allah selalu menimpa mereka, menyebutkan, bahwa
ketika Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Isa Putera Maryam dengan membawa
penjelasan dan petunjuk, maka Kaum Yahudi itu iri hati terhadap apa yang telah
diberikan Allah kepada Beliau, seperti Kenabian, berbagai Mukjizat yang
cemerlang, seperti kemampuan Isa Putera Maryam yang bisa menyembuhkan orang
yang buta karena bawaan (dari lahir), orang yang berpenyakit kusta,
menghidupkan orang yang telah meninggal dunia dengan idzin Allah, membuat
sebentuk burung (dari tanah, QS. Al-Maidah; 110) dan meniupkan ruh ke padanya, hingga ia bisa terbang sebagai
burung atas idzin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walaupun demikian kaum Yahudi tetap
mendustakan Beliau, menyalahi, dan berupaya menyakiti Beliau dengan segala
muslihat yang dapat mereka lakukan, hingga Nabi Isa ‘alaihissalam tidak
diberi kesempatan menetap di suatu negeri, melainkan ia dan ibunya banyak
berkelana ke berbagai daerah. Hal itu,
ternyata belum memuaskan kaum Yahudi juga.
Kemudian mereka berupaya melancarkan muslihat, dengan mengadukan Isa
kepada Raja Damaskus. Pada saat
itu Sang Raja adalah orang musyrik, yang dikenal sebagai penyembah
bintang. Para pemeluk agama sang Raja
disebut Yunan. Kemudian kaum
Yahudi menyampaikan berita kepada Raja itu, bahwa di Baitul Maqdis terdapat
seorang laki-laki yang menghasut, dan menyesatkan manusia, serta merong-rong
kekuasaan Raja melalui rakyatnya. Maka,
Raja pun murka, lalu ia menulis surat kepada wakilnya di Baitul Maqdis, supaya
membunuh orang tersebut, menyalibnya, dan menancapkan duri di atas kepalanya.
(Baca juga
artikel, Benarkah Nabi ISA ‘alaihissalam disalib?)
Demikianlah
kondisi orang-orang yang berbahagia (Wali Allah), dalam pandangan Penguasa
Pemerintah pada masa kapan pun. Mereka
berburuk sangka pada orang-orang yang mengadakan perbaikan, bahwa mereka
menghasut rakyat untuk meruntuhkan sang penguasa, agar setiap orang menjadikan mereka
(para Nabi, dan orang-orang yang mengadakan perbaikan) tersebut sebagai musuh. Kemudian muncullah amarah sang Penguasa, dan
dari balik “kekeruhan” tersebut, penguasa
dapat mencapai tujuannya, dengan melarang mereka berdakwah, membunuhnya, atau
tidakan yang lain.
Setelah
surat itu sampai, maka Gubernur Baitul Maqdis segera menjalankan perintah
Raja. Ia bersama sekelompok orang Yahudi
pergi ke rumah dimana Isa berada. Pada
waktu itu, Nabi Isa ‘alaihissalam tengah berada bersama para Sahabatnya
yang berjumlah 12 atau 13 orang. Ada yang
mengatakan, waktu itu hari Jum’at sore, menjelang tengah malam Sabtu. Mereka mengepung Isa di sana. Setelah Isa mengetahui kedatangan mereka, dan
mereka tidak menyerang dirinya, sedangkan dirinya tidak dapat melepaskan diri
dari mereka, maka Ia berkata kepada para Sahabatnya, “Siapakah di antara kalian
yang bersedia diserupakan denganku, dengan imbalan ia menjadi temanku di Surga?” Maka, salah seorang pemuda di antara mereka
menawarkan diri.
Isa merasa
iba kepada pemuda itu, sehingga ia mengajukan tawaran tersebut dua-hingga tiga
kali. Namun tidak ada seorang pun yang
tampil, kecuali pemuda tersebut. Maka
Isa Putera Maryam akhirnya berkata, “Engkaulah yang akan diserupakan denganku.”
Maka, Allah ‘Azza
wa Jalla menyerupakannya dengan Isa, seolah-olah ia adalah Isa yang
sebenarnya. Kemudian dibukalah ventilasi di atas rumah tersebut, dan Isa pun dilanda rasa kantuk, kemudian ia diangkat ke
atas langit sebagaimana adanya. Seperti
yang difirmankan Allah Ta’ala (artinya),
“Dan
ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan
kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku.” (QS. Ali-Imran; 55)
Setelah Isa
diangkat, maka para Sahabatnya keluar, Tatkala para pengepung melihat pemuda
itu, mereka menduga bahwa ia adalah Isa, sehingga pemuda itu pun ditangkap,
kemudian disalib, dan dipasangkan mahkota duri di atas kepalanya.
Kaum
Yahudi kelihatan bernafsu sekali dalam upaya penyalibannya, dan mereka
bersuka-ria karenanya. Beberapa kelompok
Nasrani dengan kedunguan dan kebodohan mereka memberi salam kepada kaum Yahudi,
padahal sebelumnya mereka berada di dalam rumah tersebut bersama Isa, bahkan mereka menyaksikan langsung pengangkatan Isa ke atas langit.
Kaum yang
lain juga menduga seperti dugaan orang-orang Yahudi, bahwa yang disalib adalah
Isa Putera Maryam ‘alaihissalam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan, menerangkan , dan
memperlihatkan persoalan tersebut di dalam Al-Qur’an, yang diturunkan kepada
Rasul-Nya yang Mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena
itu Allah berfirman (maknanya), “Mereka tidak yakin, bahwa yang dibunuh itu
adalah Isa. Justru Allah mengangkat Isa kepada-Nya. Adalah Allah, Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Tujuan
dari penegasan mengenai pengangkatan Isa Putera Maryam (kehidupannya yang berlanjut di atas langit), dan akan turun ke bumi sebelum Hari Kiamat tiba, adalah untuk mendustakan kaum Yahudi dan Nasrani, mengenai
pendapat keduanya tentang Isa yang berbeda-beda, kontradiktif, dan tidak
mengandung kebenaran sama sekali. Sehingga, keadaan kaum Yahudi yang berlebih-lebihan - diperburuk lagi oleh orang-orang
Nasrani. Lalu, orang-orang Yahudi
mengurangi sikap berlebih-lebihanan (keAgungan yang melampaui batas) yang
disematkan oleh orang-orang Nasrani terhadap Isa dan ibunya. Lalu, orang-orang Nasrani membalas dengan
memojokkan orang-orang Yahudi, sehingga mereka berdua saling menyandarkan hal-hal dusta yang pada kenyataannya tidak ada pada diri Nabi-nya.
Mereka
menaikkan derajat Nabi mereka kepada derajat ketuhanan. Mahsuci Allah Subhanahu
wa Ta’ala dari semua yang dilontarkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Tiada Tuhan melainkan Dia semata.
(Bersambung,
In-syaa Allah)
oOo
(Disadur dari kitab “Kisah Para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar