Sabtu, 07 Juli 2018

Kisah Nabi ISA 'alaihissalam (3)


KISAH PERTUMBUHAN DAN PENDIDIKAN ISA PADA WAKTU KECIL

بسم الله الر حمان الر حيم

Isa Putera Maryam dilahirkan di Baitu Lahm, suatu tempat yang dekat dengan Baitul Maqdis.
Wahab bin Munabbih menyebutkan, setelah patung-patung yang terdapat di belahan penjuru Barat dan Timur berjatuhan pada hari kelahiran Isa.  Sementara syaithan sendiri merasa kebingungan menyaksikan hal itu, sampai iblis menyingkapkan kepada mereka tentang kelahiran Isa, hingga mereka mendapati Isa berada di dalam kamar ibunya, sementara para Malaikat berkeliling di sekitarnya.  Kemudian tampak sebuah bintang besar di langit, bahkan Raja Persi pun sempat pingsan karena kemunculannya.  Kemudian Raja Persi tersebut bertanya kepada para Dukun.  Maka mereka pun menjawab, “Inilah kelahiran yang sangat Agung di permukaan bumi.”  Kemudian Raja mengutus beberapa utusan dengan membawa emas dan berbagai hadiah kepada Isa ‘alaihissalam.  Ketika sampai di daerah Syam, mereka ditanya oleh Raja Syam perihal kedatangan mereka.  Lalu mereka pun menceritakan hal itu kepada Raja Syam, sampai ke masalah kelahiran Isa Putera Maryam di Baitul Maqdis, yang membuatnya terkenal karena kemampuannya berbicara ketika masih dalam buaian.  Kemudian Raja Syam mengutus orang untuk membunuh Isa ‘alaihissalam, namun mereka tidak sangup mencapainya.
Tatkala utusan Raja Persi menyampaikan hadiah kepada Maryam, dan hendak kembali pulang, dikatakan kepada Maryam, “Sesungguhnya utusan Raja Syam itu datang untuk membunuh puteramu.”
Mendengar hal tersebut, Maryam langsung membawa Isa, puteranya ke Mesir.  Lalu ia menetap di sana sampai Isa berumur 12 tahun.  Lalu tampaklah pada diri Isa berbagai kemuliaan dan mukjizat pada usia yang masih anak-anak tersebut.  Di antara mukjizat yang dimilikinya adalah, ketika para saudagar yang singgah di tempatnya itu bercerita, bahwa ada salah seorang di antara mereka yang kehilangan uang di rumahnya.  Rumah itu hanya ditempati oleh orang-orang miskin, orang-orang lemah dan kaum gembel, tetapi dia tidak mengetahui siapa di antara mereka yang telah mengambil uangnya.
Begitu Isa Putera Maryam mengetahui permasalahan tersebut, ia langsung berangkat menemui seorang buta di sebuah bangku.  Isa berkata kepada orang buta itu, “Bawalah bangku ini, dan berjalanlah.”  Maka orang buta itu menjawab, “Sesungguhnya aku tidak sanggup melakukannya.”  Kemudian Isa berkata, “Lakukan saja seperti kamu melakukannya - ketika kamu mengambil uang yang ada di dalam kantong di rumah itu.”  “Setelah menjelaskan duduk perkaranya, orang-orang mempercayai Isa Putera Maryam.  Kemudian orang buta itu membawa kembali uang itu, dan menyerahkan kepada pemiliknya.  Sehingga dengan kejadian itu, nama Isa semakin terkenal dan mendapatkan kedudukan terhormat dalam pandangan masyarakat, padahal ketika itu ia masih sangat kecil.
Ishaq bin Basyar menceritakan, dari Juwaibir dan Muqatil, dari Ad-Dhahak, dari Ibnu Abbas, bahwa Isa Putera Maryam menahan diri berbicara, setelah ia berbicara kepada mereka ketika masih dalam buaian, sampai ia berusia anak-anak.  Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menjadikannya berbicara dengan penuh hikmah dan bayan (penjelasan).  Sehingga orang-orang Yahudi banyak berbicara tentang dirinya dan juga ibunya (Maryam).  Mereka menyebut Isa sebagai anak pelacur.  Dan itulah makna Dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya),
“Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan yang besar (zina).”  (QS. An-Nisaa’;  156)
Ibnu Lahi’ah menceritakan, dari Abdullah bin Hubairah, ia bercerita, Abdullah bin Umar pernah bercerita;  Ketika masih kecil, Isa Putera Maryam pernah bermain-main dengan anak-anak kecil lainnya.  Lalu ia berkata kepada salah seorang di antara mereka, “Apakah kamu mau aku beritahu apa yang disembunyikan ibumu (untukmu)?”  Anak tersebut menjawab, “Mau.”  Isa melanjutkan, “Ibumu menyimpan sesuatu, ini dan itu untukmu.”  Maka anak itupun berlari pulang menuju ibunya, dan berkata, “Berikan kepadaku apa yang engkau simpan untukku.”  Ibunya pun bertanya, “Memangnya apa yang aku simpan untukmu?”  “Sesuatu, ini dan itu,” jawab anak tersebut.  “Siapakah yang memberitahumu?” Tanya ibunya.  “Isa Putera Maryam,” jawab anaknya.
Orang-orang berkata, “Demi Allah, jika kalian membiarkan anak-anak itu bersama Putera Maryam, niscaya ia akan merusak mereka.  Kemudian mereka mengumpulkan anak-anak mereka di sebuah rumah, dan menutup pintu.  Lalu Isa keluar untuk mencari mereka, tetapi ia tidak menemukannya.  Kemudian ia (Isa) mendengar suara gaduh mereka di dalam sebuah rumah.  Selanjutnya ia (Isa) bertanya mengenai mereka, maka mereka menjawab, “Sesungguhnya mereka itu kera dan babi.”  Maka, Isa Putera Maryam berkata,  “Ya Allah, jadikan demikian.”  Maka, mereka pun (berubah) menjadi kera dan babi.  (HR. Ibnu Asakir)
Firman Allah Subahanhu wa Ta’ala (artinya),
Dan telah Kami jadikan Isa Putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata dari Kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar, yang banyak terdapat padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.”  (QS. Al-Mu’minun;  50)
Para ‘ulama tafsir masih berbeda pendapat mengenai “tanah tinggi yang datar”, yang oleh Allah disifati sebagai tempat yang banyak memiliki “padang rumput dan sumber air yang bersih dan mengalir”.  Dan ini merupakan sifat yang sangat aneh sekali, dimana ia merupakan tempat yang berada di dataran tinggi, dan dengan ketinggian itu terdapat sumber air yang bersih dan mengaliri seluruh bagian bumi.  Lalu dikatakan, bahwa yang dimaksud itu adalah tempat dimana Maryam melahirkan Isa ‘alaihissalam, yaitu Baitul Maqdis.  Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman (artinya),
“Maka JIbril menyerunya dari tempat yang rendah, ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhan-mu telah menjadikan anak sungai di bawahmu...”  (QS. Maryam;  24)
Yang dimaksud dengan kata sirriya, adalah sungai kecil.  Demikian menurut jumhur ‘ulama Salaf.  Dan Ibnu Abbas dengan sanad jayyid, bahwa semuanya itu merupakan sungai-sungai Damaskus.  Mungkin saja ia bermaksud menyerupakan sungai-sungai itu dengan sungai-sungai di Damaskus.
Ishak bin Basyar menceritakan, Idris pernah bercerita kepada kami dari kakeknya, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata, bahwa ketika Isa berumur 13 tahun,  Allah ‘Azza wa Jalla menyuruhnya pulang ke Baitu Iliya.  Diceritakan, lalu datang kepadanya Yusuf bin Khaal, yang kemudian membawa mereka berdua naik keledai menuju ke Iliya dan menetap di sana, hingga Allah menurunkan kepadanya kitab Injil, dan juga diajari kitab Taurat, diberi kemampuan menghidupkan orang yang sudah meninggal, menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta dan orang buta, mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang mereka simpan di dalam rumah mereka masing-masing.  Orang-orang banyak membicarakan kedatangannya, dan merasa terheran-heran atas berbagai keajaiban yang terdapat pada dirinya.  Maka mereka benar-benar takjub padanya, sehingga ia (Isa) mengajak mereka ke jalan Allah Ta’ala.
Kisah Ihwal Kaum Yahudi, semoga laknat Allah selalu menimpa mereka, menyebutkan, bahwa ketika Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Isa Putera Maryam dengan membawa penjelasan dan petunjuk, maka Kaum Yahudi itu iri hati terhadap apa yang telah diberikan Allah kepada Beliau, seperti Kenabian, berbagai Mukjizat yang cemerlang, seperti kemampuan Isa Putera Maryam yang bisa menyembuhkan orang yang buta karena bawaan (dari lahir), orang yang berpenyakit kusta, menghidupkan orang yang telah meninggal dunia dengan idzin Allah, membuat sebentuk burung (dari tanah, QS. Al-Maidah; 110) dan meniupkan ruh ke padanya, hingga ia bisa terbang sebagai burung atas idzin Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Walaupun demikian kaum Yahudi tetap mendustakan Beliau, menyalahi, dan berupaya menyakiti Beliau dengan segala muslihat yang dapat mereka lakukan, hingga Nabi Isa ‘alaihissalam tidak diberi kesempatan menetap di suatu negeri, melainkan ia dan ibunya banyak berkelana ke berbagai daerah.  Hal itu, ternyata belum memuaskan kaum Yahudi juga.  Kemudian mereka berupaya melancarkan muslihat, dengan mengadukan Isa kepada Raja Damaskus.  Pada saat itu Sang Raja adalah orang musyrik, yang dikenal sebagai penyembah bintang.  Para pemeluk agama sang Raja disebut Yunan.  Kemudian kaum Yahudi menyampaikan berita kepada Raja itu, bahwa di Baitul Maqdis terdapat seorang laki-laki yang menghasut, dan menyesatkan manusia, serta merong-rong kekuasaan Raja melalui rakyatnya.  Maka, Raja pun murka, lalu ia menulis surat kepada wakilnya di Baitul Maqdis, supaya membunuh orang tersebut, menyalibnya, dan menancapkan duri di atas kepalanya.
(Baca juga artikel, Benarkah Nabi ISA ‘alaihissalam disalib?)
Demikianlah kondisi orang-orang yang berbahagia (Wali Allah), dalam pandangan Penguasa Pemerintah pada masa kapan pun.  Mereka berburuk sangka pada orang-orang yang mengadakan perbaikan, bahwa mereka menghasut rakyat untuk meruntuhkan sang penguasa, agar setiap orang menjadikan mereka (para Nabi, dan orang-orang yang mengadakan perbaikan) tersebut sebagai musuh.  Kemudian muncullah amarah sang Penguasa, dan dari balik “kekeruhan” tersebut,  penguasa dapat mencapai tujuannya, dengan melarang mereka berdakwah, membunuhnya, atau tidakan yang lain.
Setelah surat itu sampai, maka Gubernur Baitul Maqdis segera menjalankan perintah Raja.  Ia bersama sekelompok orang Yahudi pergi ke rumah dimana Isa berada.  Pada waktu itu, Nabi Isa ‘alaihissalam tengah berada bersama para Sahabatnya yang berjumlah 12 atau 13 orang.  Ada yang mengatakan, waktu itu hari Jum’at sore, menjelang tengah malam Sabtu.  Mereka mengepung Isa di sana.  Setelah Isa mengetahui kedatangan mereka, dan mereka tidak menyerang dirinya, sedangkan dirinya tidak dapat melepaskan diri dari mereka, maka Ia berkata kepada para Sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia diserupakan denganku, dengan imbalan ia menjadi temanku di Surga?”  Maka, salah seorang pemuda di antara mereka menawarkan diri.
Isa merasa iba kepada pemuda itu, sehingga ia mengajukan tawaran tersebut dua-hingga tiga kali.  Namun tidak ada seorang pun yang tampil, kecuali pemuda tersebut.  Maka Isa Putera Maryam akhirnya berkata, “Engkaulah yang akan diserupakan denganku.”
Maka, Allah ‘Azza wa Jalla menyerupakannya dengan Isa, seolah-olah ia adalah Isa yang sebenarnya.  Kemudian dibukalah ventilasi di atas rumah tersebut, dan Isa pun dilanda rasa kantuk, kemudian ia diangkat ke atas langit sebagaimana adanya.  Seperti yang difirmankan Allah Ta’ala (artinya),
“Dan ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku.”  (QS. Ali-Imran;  55)
Setelah Isa diangkat, maka para Sahabatnya keluar, Tatkala para pengepung melihat pemuda itu, mereka menduga bahwa ia adalah Isa, sehingga pemuda itu pun ditangkap, kemudian disalib, dan dipasangkan mahkota duri di atas kepalanya.
Kaum Yahudi kelihatan bernafsu sekali dalam upaya penyalibannya, dan mereka bersuka-ria karenanya.  Beberapa kelompok Nasrani dengan kedunguan dan kebodohan mereka memberi salam kepada kaum Yahudi, padahal sebelumnya mereka berada di dalam rumah tersebut bersama Isa, bahkan mereka menyaksikan langsung pengangkatan Isa ke atas langit.
Kaum yang lain juga menduga seperti dugaan orang-orang Yahudi, bahwa yang disalib adalah Isa Putera Maryam ‘alaihissalam.  Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan, menerangkan , dan memperlihatkan persoalan tersebut di dalam Al-Qur’an, yang diturunkan kepada Rasul-Nya yang Mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu Allah berfirman (maknanya), Mereka tidak yakin, bahwa yang dibunuh itu adalah Isa.  Justru Allah mengangkat Isa kepada-Nya.  Adalah Allah, Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”
Tujuan dari penegasan mengenai pengangkatan Isa Putera Maryam (kehidupannya yang berlanjut di atas langit), dan akan turun ke bumi sebelum Hari Kiamat tiba, adalah untuk mendustakan kaum Yahudi dan Nasrani, mengenai pendapat keduanya tentang Isa yang berbeda-beda, kontradiktif, dan tidak mengandung kebenaran sama sekali.  Sehingga, keadaan kaum Yahudi yang berlebih-lebihan - diperburuk lagi oleh orang-orang Nasrani.  Lalu, orang-orang Yahudi mengurangi sikap berlebih-lebihanan (keAgungan yang melampaui batas) yang disematkan oleh orang-orang Nasrani terhadap Isa dan ibunya.  Lalu, orang-orang Nasrani membalas dengan memojokkan orang-orang Yahudi, sehingga mereka berdua saling menyandarkan hal-hal dusta yang pada kenyataannya tidak ada pada diri Nabi-nya.
Mereka menaikkan derajat Nabi mereka kepada derajat ketuhanan. Mahsuci Allah Subhanahu wa Ta’ala dari semua yang dilontarkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.  Tiada Tuhan melainkan Dia semata.

(Bersambung, In-syaa Allah)
oOo

(Disadur dari kitab “Kisah Para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar