Selasa, 10 Juli 2018

Kisah Nabi ISA 'Alaihissalam (4)


بسم الله الر حمان الر حيم

PENJELASAN TENTANG TURUNNYA EMPAT KITAB SUCI


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam kemuliaan.”  (Al-Qadar;  1), dan
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam yang penuh berkah.”  (Ad-Dukhan;  3)
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (yang artinya),
“Lembaran-lembaran Ibrahim itu diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan setelah berlalu enam malam bulan Ramadhan, Injil diturunkan setelah 13 malam berlalu dari bulan Ramadhan, dan Al-Qur’an diturunkan setelah 24 malam berlalu dari bulan Ramadhan.”  (HR.  Ahmad)
Lembaran-lembaran Ibrahim, kitab Taurat, Zabur dan Injil diturunkan kepada Nabi yang menerimanya dalam satu kitab sekaligus.  Sedangkan Al-Qur’an diturunkan secara utuh dalam bentuk satu kitab ke Baitul ‘Izzah di atas langit, hal itu terjadi di bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar.
Setelah itu, Al-Qur’an diturunkan secara bertahap (bagian demi bagian) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sesuai dengan peristiwa yang terjadi di bumi.  Demikian yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Ibnu Jarir menerangkan dalam kitab tarikhnya, bahwa kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam ketika Beliau berusia 30 tahun.  Setelah itu, ia menetap beberapa tahun di bumi, hingga akhirnya diangkat Allah ke langit ketika Beliau berusia 33 tahun.
Ishaq bin Basyar bercerita, Said bin Abi ‘Urubah memberitahu kami, dari Qatadah dan Muqatil, dari Qatadah, dari Abdurrahman bin Adam, dari Abu Hurairah bahwasanya dia telah bercerita, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan wahyu kepada Isa Putera Maryam (artinya),
“Hai Isa, bersungguh-sungguhlah dalam melaksanakan perintah-Ku, dan jangan mempermudah, dengarkan dan patuhilah hai anak seorang wanita perawan yang suci.  Sesungguhnya, kamu lahir tanpa bapak, dan Aku menciptakanmu sebagai tanda kekuasaan(Ku) bagi sekalian Alam.  Sembahlah Aku, dan hanya kepada-Ku kamu berserah diri.  Ambillah kitab Injil ini dengan kuat dan terangkanlah kepada kaum Suryani.  Sampaikan kepada mereka, bahwa sesungguhnya Aku adalah Mahabenar, Mahahidup, Mahaberdiri-sendiri, dan Aku tidak akan binasa.  Yakinkanlah mereka untuk percaya kepada Nabi yang ummiy (tidak bisa membaca dan menulis) yang berasal dari suku Arab, si pengendara unta, yang mengenakan mahkota di kepalanya – yaitu sorban, yang mengenakan pakaian besi, dua sandal, dan memegang tongkat besar.  Kedua belah matanya besar, berdahi licin, kedua belah pipinya putih bersih, berambut ikal, berjenggot tebal, beralis mata indah, bergigi seri jarang, dan yang tampak bulu halus antara bibir dan janggutnya.  Tengkuknya laksana teko yang terbuat dari perak, dan seakan-akan emas berjalan pada tulang-tulang di atas dadanya.  Bulu-bulu tumbuh subur dari dada sampai ke pusat perut, hingga menyerupai tongkat, serta kulit telapak tangan dan kakinya tebal.  Apabila ia menoleh, maka seluruh anggota tubuhnya ikut berpaling.  Jika berjalan, seolah-olah ia berjalan di atas batu karang dan turun dari pancuran air.  Keringat di wajahnya bagaikan mutiara yang beraroma harum mewangi, belum pernah ada manusia sebelum dan sesudahnya seperti dia.  Postur tubuhnya bagus dan harum mewangi.  Menikah dengan para wanita yang mempunyai sedikit keturunan, tetapi banyak membawa berkah.
Salah satu isterinya (Khadijah), mempunyai sebuah rumah di Surga yang terbuat dari bambu, yang tidak ada kepenatan atau kebisingan di dalamnya.  Ia (Khadijah) membantu perjuangan suaminya (Muhammad), sebagaimana Nabi Zakarya ‘Alaihissalam memelihara ibumu.  Hai Isa, ia mempunyai dua keturunan darinya (Khadijah binti Khaulah) yang meninggal dunia sebagai seorang Syahid, tidak ada seorang pun yang dapat menyamai posisinya di samping-Ku.  Ucapannya adalah Al-Qur’an, Agamanya Islam, dan ia memberikan kedamaian.  Maka, berbahagialah orang yang hidup pada masanya dan mendengarkan semua ucapannya."
Isa Putera Maryam bertanya, “apa itu Thuuba?”  Allah Ta’ala menjawab, “Menanam sebuah pohon yang Aku tanam dengan Kedua Tangan-Ku Sendiri.  Pohon itu disediakan untuk ditanam di Surga.  Asalnya dari Surga Ridwan, airnya dari Surga Tasnim, kesejukkannya sesejuk kafur barus, rasanya seperti rasa jahe, dan harumnya seperti minyak misik. Barangsiapa meminumnya, walau hanya seteguk, maka ia tidak akan merasa haus untuk selama-lamanya.
Isa Putera Maryam berkata, “Wahai Rabb-ku, idzinkanlah aku untuk mereguknya.”  Allah ‘Azza wa Jalla menjawab,  “Dilarang bagi para Nabi lain untuk meneguknya, sebelum Nabi tersebut meminumnya, dan juga dilarang bagi ummat yang lain untuk meneguknya sebelum ummat Nabi tersebut meminumnya.”
Kemudian Allah Ta’ala berkata, “Hai Isa, Aku ingin mengangkatmu ke langit, kepada-Ku.”  Nabi Isa Putera Maryam bertanya, “Wahai Rabb-ku, kenapa Engkau ingin mengangkatku ke langit?”  Allah Ta’ala menjawab, “Aku akan mengangkatmu ke langit, lalu Aku akan menurunkanmu lagi ke bumi pada akhir zaman, agar ummat Nabi tersebut melihat berbagai macam keajaiban, dan membantu mereka untuk memerangi Dajjal yang terlaknat.  Aku akan menurunkanmu pada waktu shalat (Subuh), lalu kamu dan Nabi yang lainnya tidak dapat ikut shalat bersama mereka, karena shalat itu hanya khusus untuk mereka.
Hisyam bin ‘Ammar berkata, dari Walid bin Muslim, dari Abdurrahman bin Zaid, dari bapaknya, bahwasanya Nabi Isa telah berkata, “Ya Rabb-ku, beritahukanlah kepadaku tentang ummat yang disayangi itu.”  Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, “Mereka itu adalah ummatnya Ahmad.  Mereka adalah para ‘ulama yang Arif Bijaksana, bagaikan para Ambiya (para Nabi).  Mereka menerima pemberian yang sedikit dari-Ku, dan Aku menerima amal perbuatan mereka yang mudah dan gampang.  Aku akan memasukkan mereka ke dalam Surga-Ku dengan kalimat  ‘Laa Ilaaha Illallah’ (Tiada Ilah (sesembahan) yang haq (benar) selain Allah).  Hai Isa, ketahuilah olehmu, bahwa mereka adalah penduduk Surga yang paling banyak, karena lidah-lidah suatu kaum tidak akan menjadi hina dengan kalimat ‘Laa Ilaaha Illallah’, sebagaimana lidah-lidah kaum yang lain menjadi hina.  Dan leher-leher suatu kaum tidak akan  menjadi hina karena sujud kepada Allah, sebagaimana leher-leher ummat yang lain menjadi hina karena sujud kepada Tuhan yang lain.”  (HR.  Ibnu Asakir)
Enamratus (600) tahun sebelum Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus, Nabi dan Rasul Isa Putera Maryam 'Alaihissalam telah berpesan ("mewanti-wanti") Bani Israil.  Hal ini diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an (artinya),
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putera Maryam berkata, 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan Kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang bernama Ahmad (Muhammad).'  Maka, tatkala Rasul tersebut datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, 'Ini adalah sihir yang nyata.'"  (As-Shaff;  6)
Meskipun Isa Putera Maryam seorang Nabi Allah, tetapi Beliau tidak memiliki rumah untuk berteduh, akan tetapi ia selalu mengembara di muka bumi ini, tanpa adanya tempat dan tujuan yang pasti. 
Dikisahkan, bahwa pertama kali ia menghidupkan orang yang telah meninggal dunia - Pada suatu hari ia berjalan melewati seorang perempuan yang sedang duduk di atas sebuah kuburan sambil menangis.  Lalu, ia mendekati  wanita itu seraya bertanya, “Ada apa gerangan denganmu, wahai ibu?”  Si ibu menjawab, “Wahai Nabi Allah Isa Putera Maryam.  Anak perempuanku satu-satunya telah meninggal dunia, maka kini aku tidak mempunyai anak lagi selain dirinya.  Dan aku telah berjanji kepada Tuhan-ku, bahwa aku akan tetap berada di tempat ini hingga ajal menjemputku, atau Tuhan menghidupkannya kembali bagiku, hingga akhirnya aku dapat melihatnya kembali.”  Lalu Nabi Isa bertanya, “Kalau seandainya kamu dapat melihatnya lagi, apakah kamu akan pulang ke rumahmu?”  Sang ibu menjawab, “Ya, saya akan pulang jika saya telah melihatnya kembali.”  Kemudian Nabi Isa ‘Alaihissalam shalat dua raka’at, lalu Beliau duduk di atas kuburan tersebut seraya memanggil, “Hai Fulanah, bangun dan keluarlah kamu, dengan idzin Allah Yang Mahapengasih, dari kuburmu.”  Maka, kuburan tersebut bergerak sedikit.  Lalu, Beliau memanggil untuk kedua kalinya.  Maka dengan idzin Allah, kuburan tersebut terbelah.  Kemudian Beliau memanggil untuk ketiga kalinya.  Maka, dengan idzin Allah, ia keluar dari kuburnya  seraya membersihkan kepalanya dari tanah.
Setelah itu Nabi Isa ‘Alaihissalam bertanya kepadanya, “Kenapa engkau begitu lamban memenuhi panggilanku?”   Ia menjawab, “Ketika seruan pertama datang kepadaku, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang Malaikat untuk menyusun kembali tubuhku.  Lalu seruan yang kedua datang kepadaku, maka ruhku kembali ketubuhku.  Kemudian seruan yang ketiga datang kepadaku, maka ketika itu aku merasa takut, bahwa itu adalah Terompet Hari Kiamat.  Tiba-tiba rambutku, kedua alis mata dan bulu-bulu mataku berubah menjadi putih (uban) karena takutnya dengan Hari Kiamat itu.  Lalu, ia menghadap ke ibunya seraya berkata, “Wahai ibunda tersayang, apa yang membuatmu menginginkanku untuk merasakan susahnya kematian dua kali?  Ibundaku yang tersayang, besabarlah, dan bertawakallah kepada Allah, karena aku tidak ingin hidup kembali di dunia.  Wahai Nabi Allah Putera Maryam, mohonkanlah kepada Tuhanku, agar mengembalikanku kembali ke Alam Akhirat, dan memudahkanku dalam menghadapi Sakaratul Maut.”  Kemudian Nabi Isa ‘Alaihissalam berdo’a dan memohon kepada Allah untuk mencabut ruh anak perempuan itu, serta mengembalikannya ke dalam tanah seperti semula.  
Ketika berita itu sampai kepada kaum Yahudi, maka bertambah kesal dan marahlah mereka kepada Nabi Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam.
Diceritakan, bahwa Bani Israil pernah meminta Nabi Isa ‘Alaihissalam untuk menghidupkan kembali Sam bin Nuh ‘Alaihissalam.  Kemudian Nabi Isa ‘Alaihissalam memohon dan berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menghidupkan Sam bin Nuh kembali.  Maka, ketika Allah mengembalikan ruh kepada Sam bin Nuh - ia pun menceritakan kepada mereka tentang kapal yang digunakan untuk mengangkut para makhluk ketika terjadi banjir besar.  Kemudian setelah itu, Beliau (Nabi Isa) pun memohon kepada Allah untuk mengembalikannya lagi menjadi tanah.
Al-Sadi pernah meriwayatkan dari  Abu Shalih dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas mengenai suatu khabar berita yang pernah diceritakannya, bahwa ada seorang Raja dari Bani Israil yang telah meninggal dunia, dan disemayamkan di atas kasurnya.  Kemudian Nabi Isa ‘Alaihisslam mendatanginya dan berdo’a serta memohon kepada Allah untuk menghidupkannya kembali.  Maka, ketika mayat Raja itu hidup kembali, orang-orang merasa takjub dan terheran-heran dibuatnya.
Dan firman Allah Ta’ala, “Dan ingatlah ketika Aku mengajar kamu menulis, hikmah,” yakni mengerti dan memahami  Taurat, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa bin Imran Al-Kalim.  Dan ada juga lafadz Taurat yang disebutkan dalam hadits dengan maksud yang lebih umum dari hal itu.
Abu Bakr bin Abi Dunya berkata, “Al-Fadhl bin Musa Al-Bashri telah menceritakan kepada kami, aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata, pada suatu saat Isa Putera Maryam pernah bertemu dengan Iblis.  Kemudian Iblis berkata kepadanya, “Ya Isa Putera Maryam, yang aku tahu tentang keagungan sifat ketuhananmu, adalah ketika kamu dapat berbicara ketika masih bayi, sementara belum pernah ada seorang pun yang berbicara ketika masih bayi sepertimu.”  Iblis melanjutkan perkataannya, “Bukankah dengan sifat ketuhananmu, kamu dapat menghidupkan orang-orang yang telah meninggal dunia.”   Nabi Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam menjawab, “sebenarnya hanya Allah-lah Yang dapat menghidupkan dan mematikan.  Lalu Iblis berkata lagi, “Demi Tuhan, Ya Isa Putera Maryam.  Sesungguhnya kamu adalah Tuhan, Sang Penguasa Langit dan Bumi.  Tiba-tiba Malaikat Jibril memukul Iblis tersebut dengan kedua belah sayapnya, hingga akhirnya Iblis itu terpental jauh, sejauh pancaran sinar Matahari.  Kemudian dipukulnya lagi dengan kedua belah sayapnya, hingga sang Iblis terpental, masuk ke dalam mata air yang panas.  Hingga akhirnya ia ditenggelamkan ke dalam laut tujuh.  Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa akhirnya sang Iblis dapat merasakan rasa lumpur hitam, dan keluar darinya seraya berkata, “Tidak ada seorang pun yang bertemu dengan orang lain, sebagaimana aku bertemu denganmu hai anak Maryam.”
Pada riwayat lain disebutkan, Pada suatu ketika Isa Putera Maryam baru selesai melaksanakan shalat di Baitul Maqdis dan hendak kembali ke rumah (ibunya).  Namun ketika ia berada pada suatu jalan yang menanjak naik, tiba-tiba Iblis menghadangnya, seraya berkata, “Wahai  Isa Putera Maryam, tidak layak bagimu untuk menjadi seorang hamba.”  Akan tetapi Nabi Isa ‘Alaihissalam tidak memperdulikan ucapannya, dan berusaha untuk menghindar darinya.  Namun, sang Iblis terus saja berusaha untuk menggoda dan memperdayainya dengan ucapan, “Wahai Isa, tidak layak bagimu untuk menjadi seorang hamba.”  Kemudian Nabi Isa berdo’a kepada Allah untuk memohon bantuan-Nya.  Tiba-tiba muncullah Malaikat Jibril dan Mikail di hadapannya.  Melihat kehadiran kedua Malaikat tersebut, sang Iblis terkejut dan menghentikan godaannya terhadap Nabi Isa ‘Alaihissalam.  Setelah itu kedua Malaikat tersebut melindungi Nabi Isa, sedangkan Malaikat Jibril memukul Iblis itu dengan sayapnya seraya melemparkannya ke dalam jurang yang amat dalam.
Tak lama kemudian, sang Iblis muncul kembali untuk menemui Nabi Isa ‘Alaihissalam, dan ia telah mengetahui bahwa kedua Malaikat itu hanya diperintahkan untuk itu.  Sang Iblis berkata, “Sudah aku katakan kepadamu, Hai anak Maryam perawan yang suci, bahwasanya kamu tidak layak untuk menjadi seorang hamba.  Karena kemarahanmu itu tidak seperti marahnya seorang hamba.  Aku telah mengetahui apa yang akan aku terima darimu ketika kamu sedang marah, akan tetapi, bagaimanapun, aku akan tetap menyerukan kepadamu suatu hal yang memang itu adalah hakmu.  Aku telah memerintahkan kepada semua Syaithan dan Iblis untuk patuh dan ta’at kepadamu.  Jika semua manusia mengetahui , bahwasanya syaithan-syaithan itu mematuhimu, maka tentu saja mereka akan menyembahmu.  Aku tidak mengatakan, bahwa hanya kamu satu-satunya Tuhan, dan tidak ada Tuhan selain kamu di Alam semesta ini.  Akan tetapi, yang aku inginkan adalah, bahwa Allah Ta’ala itu menjadi Tuhan di langit, sedangkan engkau menjadi Tuhan di Muka Bumi ini.”
Setelah Nabi Isa Putera Maryam mendengar ucapannya itu, Beliau langsung berdo’a dan memohon kepada Allah, seraya berteriak dengan suara yang amat keras.  Tanpa diduga-duga Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil, sontak muncul di hadapannya seraya memandang tajam ke arah Iblis.  Tak ayal lagi Malaikat Jibril langsung memukul sang Iblis dengan sayapnya yang lebar, hingga menutupi sinar matahari.  Lalu disusul lagi dengan satu pukulan telak yang mendarat di tubuhnya, hingga akhirnya sang Iblis terjerembab jatuh ke tanah.  Kemudian sang Iblis berkata kepada Isa Putera Maryam, “Wahai Isa, pada hari ini aku telah berjumpa denganmu dalam keadaan yang sangat lelah.”  Setelah itu Malaikat Israfil melemparkannya ke mata air yang sangat panas.  Di dalam mata air yang panas itu, sang Iblis melihat ada tujuh Malaikat yang berupaya untuk menenggelamkannya ke dalam lumpur hitam, setiap kali ia berusaha keluar darinya.  Hingga akhirnya sang Iblis menjadi jera dan tidak pernah lagi kembali kepadanya.  
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganjurkan kepada para hamba-Nya yang beriman, agar membela Agama Islam, para pemeluknya dan para Nabi-nya dalam menegakkan dan mensyiarkan Agama Islam.  Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (Agama) Allah, sebagaimana Isa Putera Maryam berkata kepada para pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku  untuk ( menegakkan Agama) Allah?”  Pengikut-pengikutnya yang setia berkata, “Kamilah penolong-penolong Agama Allah.”  (Ash-Shaff;  14)
Para pengikut setia Nabi Isa ‘Alaihissalam kaum Nasrani (Nashara), berasal dari nama sebuah desa di Palestina, yaitu Nazaret.
Ketika Nabi Isa ‘Alaihissalam mengajak Bani Israil dan kaum lainnya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada sebagian mereka yang beriman dan percaya kepada seruan tersebut, dan ada pula sebagian dari mereka yang tetap dalam kekufuran. Sebagian dari Bani Israil yang kufur dan tidak percaya kepada seruan tersebut, yaitu kelompok orang-orang Yahudi.
Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong orang-orang yang beriman kepada-Nya, dari segala ancaman dan cercaan orang-orang kafir dan tidak beriman kepada-Nya, sehingga akhirnya orang-orang yang beriman berada di atas orang-orang kafir tersebut.  Hal ini telah disebutkan Allah dalam kitab suci-Nya (artinya),
“Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang kafir hingga Hari Kiamat.’”  (Ali-Imran;  55)
Maka, barangsiapa yang lebih dekat kepada Allah, niscaya ia akan berada di atas yang lainnya.  Karena ucapan dan keyakinan orang-orang Islam itu haq, dan tidak ada keragu-raguan di dalamnya, yaitu bahwa Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam itu adalah hamba dan utusan Allah, maka mereka lebih tinggi derajatnya daripada kaum Nasrani yang sangat berlebih-lebihan dalam memposisikan Nabi Isa ‘Alaihissalam - menandingi posisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Tamat)
oOo
(Disadur bebas dari kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar