بسم الله الر حمان الر حيم
PENJELASAN TENTANG TURUNNYA EMPAT KITAB SUCI
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam
kemuliaan.” (Al-Qadar; 1), dan
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam yang
penuh berkah.” (Ad-Dukhan; 3)
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (yang
artinya),
“Lembaran-lembaran Ibrahim itu diturunkan pada malam
pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan setelah berlalu enam malam bulan
Ramadhan, Injil diturunkan setelah 13 malam berlalu dari bulan Ramadhan, dan
Al-Qur’an diturunkan setelah 24 malam berlalu dari bulan Ramadhan.” (HR.
Ahmad)
Lembaran-lembaran Ibrahim, kitab Taurat, Zabur dan Injil
diturunkan kepada Nabi yang menerimanya dalam satu kitab sekaligus. Sedangkan Al-Qur’an diturunkan secara utuh
dalam bentuk satu kitab ke Baitul ‘Izzah di atas langit, hal itu
terjadi di bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar.
Setelah itu, Al-Qur’an diturunkan secara bertahap (bagian
demi bagian) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sesuai
dengan peristiwa yang terjadi di bumi.
Demikian yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Ibnu Jarir menerangkan dalam kitab tarikhnya, bahwa kitab
Injil diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam ketika Beliau berusia 30
tahun. Setelah itu, ia menetap
beberapa tahun di bumi, hingga akhirnya diangkat Allah ke langit ketika Beliau
berusia 33 tahun.
Ishaq bin Basyar bercerita, Said bin Abi ‘Urubah memberitahu
kami, dari Qatadah dan Muqatil, dari Qatadah, dari Abdurrahman bin Adam, dari
Abu Hurairah bahwasanya dia telah bercerita, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menurunkan wahyu kepada Isa Putera Maryam (artinya),
“Hai Isa, bersungguh-sungguhlah dalam melaksanakan
perintah-Ku, dan jangan mempermudah, dengarkan dan patuhilah hai anak seorang
wanita perawan yang suci. Sesungguhnya,
kamu lahir tanpa bapak, dan Aku menciptakanmu sebagai tanda kekuasaan(Ku) bagi sekalian Alam. Sembahlah Aku, dan hanya kepada-Ku kamu
berserah diri. Ambillah kitab Injil ini
dengan kuat dan terangkanlah kepada kaum Suryani. Sampaikan kepada mereka, bahwa sesungguhnya Aku adalah
Mahabenar, Mahahidup, Mahaberdiri-sendiri, dan Aku tidak akan binasa. Yakinkanlah mereka untuk percaya kepada Nabi
yang ummiy (tidak bisa membaca dan menulis) yang berasal dari suku Arab, si
pengendara unta, yang mengenakan mahkota di kepalanya – yaitu sorban, yang
mengenakan pakaian besi, dua sandal, dan memegang tongkat besar. Kedua belah matanya besar, berdahi licin,
kedua belah pipinya putih bersih, berambut ikal, berjenggot tebal, beralis mata
indah, bergigi seri jarang, dan yang tampak bulu halus antara bibir dan
janggutnya. Tengkuknya laksana teko yang
terbuat dari perak, dan seakan-akan emas berjalan pada tulang-tulang di atas
dadanya. Bulu-bulu tumbuh subur dari
dada sampai ke pusat perut, hingga menyerupai tongkat, serta kulit telapak
tangan dan kakinya tebal. Apabila ia
menoleh, maka seluruh anggota tubuhnya ikut berpaling. Jika berjalan, seolah-olah ia berjalan di
atas batu karang dan turun dari pancuran air.
Keringat di wajahnya bagaikan mutiara yang beraroma harum mewangi, belum
pernah ada manusia sebelum dan sesudahnya seperti dia. Postur tubuhnya bagus dan harum mewangi. Menikah dengan para wanita yang mempunyai
sedikit keturunan, tetapi banyak membawa berkah.
Salah satu isterinya (Khadijah), mempunyai sebuah rumah
di Surga yang terbuat dari bambu, yang tidak ada kepenatan atau kebisingan di
dalamnya. Ia (Khadijah) membantu
perjuangan suaminya (Muhammad), sebagaimana Nabi Zakarya ‘Alaihissalam
memelihara ibumu. Hai Isa, ia mempunyai
dua keturunan darinya (Khadijah binti Khaulah) yang meninggal dunia sebagai
seorang Syahid, tidak ada seorang pun yang dapat menyamai posisinya di
samping-Ku. Ucapannya adalah Al-Qur’an,
Agamanya Islam, dan ia memberikan kedamaian.
Maka,
berbahagialah orang yang hidup pada masanya dan mendengarkan semua ucapannya."
Isa Putera Maryam bertanya, “apa itu Thuuba?” Allah Ta’ala menjawab, “Menanam sebuah
pohon yang Aku tanam dengan Kedua Tangan-Ku Sendiri. Pohon itu disediakan untuk ditanam di
Surga. Asalnya dari Surga Ridwan, airnya
dari Surga Tasnim, kesejukkannya sesejuk kafur barus, rasanya seperti rasa
jahe, dan harumnya seperti minyak misik. Barangsiapa meminumnya, walau hanya
seteguk, maka ia tidak akan merasa haus untuk selama-lamanya.
Isa Putera Maryam berkata, “Wahai Rabb-ku, idzinkanlah
aku untuk mereguknya.” Allah ‘Azza wa
Jalla menjawab, “Dilarang bagi para
Nabi lain untuk meneguknya, sebelum Nabi tersebut meminumnya, dan juga dilarang
bagi ummat yang lain untuk meneguknya sebelum ummat Nabi tersebut meminumnya.”
Kemudian Allah Ta’ala berkata, “Hai Isa, Aku ingin
mengangkatmu ke langit, kepada-Ku.” Nabi
Isa Putera Maryam bertanya, “Wahai Rabb-ku, kenapa Engkau ingin
mengangkatku ke langit?” Allah Ta’ala
menjawab, “Aku akan mengangkatmu ke langit, lalu Aku akan menurunkanmu
lagi ke bumi pada akhir zaman, agar ummat Nabi tersebut melihat berbagai macam
keajaiban, dan membantu mereka untuk memerangi Dajjal yang terlaknat. Aku akan menurunkanmu pada waktu shalat (Subuh), lalu
kamu dan Nabi yang lainnya tidak dapat ikut shalat bersama mereka, karena
shalat itu hanya khusus untuk mereka.
Hisyam bin ‘Ammar berkata, dari Walid bin Muslim, dari
Abdurrahman bin Zaid, dari bapaknya, bahwasanya Nabi Isa telah berkata, “Ya Rabb-ku,
beritahukanlah kepadaku tentang ummat yang disayangi itu.” Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata,
“Mereka itu adalah ummatnya Ahmad.
Mereka adalah para ‘ulama yang Arif Bijaksana, bagaikan para Ambiya
(para Nabi). Mereka menerima pemberian
yang sedikit dari-Ku, dan Aku menerima amal perbuatan mereka yang mudah dan
gampang. Aku akan memasukkan mereka
ke dalam Surga-Ku dengan kalimat ‘Laa
Ilaaha Illallah’ (Tiada Ilah (sesembahan) yang haq (benar) selain Allah). Hai Isa, ketahuilah olehmu, bahwa mereka
adalah penduduk Surga yang paling banyak, karena lidah-lidah suatu kaum tidak
akan menjadi hina dengan kalimat ‘Laa Ilaaha Illallah’, sebagaimana
lidah-lidah kaum yang lain menjadi hina.
Dan leher-leher suatu kaum tidak akan
menjadi hina karena sujud kepada Allah, sebagaimana leher-leher ummat
yang lain menjadi hina karena sujud kepada Tuhan yang lain.” (HR.
Ibnu Asakir)
Enamratus (600) tahun sebelum Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus, Nabi dan Rasul Isa Putera Maryam 'Alaihissalam telah berpesan ("mewanti-wanti") Bani Israil. Hal ini diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an (artinya),
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putera Maryam berkata, 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan Kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang bernama Ahmad (Muhammad).' Maka, tatkala Rasul tersebut datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (As-Shaff; 6)
Enamratus (600) tahun sebelum Muhammad Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus, Nabi dan Rasul Isa Putera Maryam 'Alaihissalam telah berpesan ("mewanti-wanti") Bani Israil. Hal ini diabadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di dalam Al-Qur'an (artinya),
"Dan (ingatlah) ketika Isa Putera Maryam berkata, 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan Kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang bernama Ahmad (Muhammad).' Maka, tatkala Rasul tersebut datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (As-Shaff; 6)
Meskipun Isa Putera Maryam seorang Nabi Allah, tetapi Beliau
tidak memiliki rumah untuk berteduh, akan tetapi ia selalu mengembara di muka
bumi ini, tanpa adanya tempat dan tujuan yang pasti.
Dikisahkan, bahwa pertama kali ia menghidupkan orang yang
telah meninggal dunia - Pada suatu hari ia berjalan melewati seorang perempuan
yang sedang duduk di atas sebuah kuburan sambil menangis. Lalu, ia mendekati wanita itu seraya bertanya, “Ada apa gerangan
denganmu, wahai ibu?” Si ibu menjawab,
“Wahai Nabi Allah Isa Putera Maryam.
Anak perempuanku satu-satunya telah meninggal dunia, maka kini aku tidak
mempunyai anak lagi selain dirinya. Dan
aku telah berjanji kepada Tuhan-ku, bahwa aku akan tetap berada di tempat ini
hingga ajal menjemputku, atau Tuhan menghidupkannya kembali bagiku, hingga
akhirnya aku dapat melihatnya kembali.”
Lalu Nabi Isa bertanya, “Kalau seandainya kamu dapat melihatnya lagi,
apakah kamu akan pulang ke rumahmu?”
Sang ibu menjawab, “Ya, saya akan pulang jika saya telah melihatnya
kembali.” Kemudian Nabi Isa ‘Alaihissalam
shalat dua raka’at, lalu Beliau duduk di atas kuburan tersebut seraya memanggil,
“Hai Fulanah, bangun dan keluarlah kamu, dengan idzin Allah Yang Mahapengasih,
dari kuburmu.” Maka, kuburan tersebut
bergerak sedikit. Lalu, Beliau memanggil
untuk kedua kalinya. Maka dengan idzin
Allah, kuburan tersebut terbelah.
Kemudian Beliau memanggil untuk ketiga kalinya. Maka, dengan idzin Allah, ia keluar dari
kuburnya seraya membersihkan kepalanya
dari tanah.
Setelah itu Nabi Isa ‘Alaihissalam bertanya
kepadanya, “Kenapa engkau begitu lamban memenuhi panggilanku?” Ia menjawab, “Ketika seruan pertama datang
kepadaku, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang Malaikat untuk
menyusun kembali tubuhku. Lalu seruan
yang kedua datang kepadaku, maka ruhku kembali ketubuhku. Kemudian seruan yang ketiga datang kepadaku,
maka ketika itu aku merasa takut, bahwa itu adalah Terompet Hari Kiamat. Tiba-tiba rambutku, kedua alis mata dan
bulu-bulu mataku berubah menjadi putih (uban) karena takutnya dengan Hari
Kiamat itu. Lalu, ia menghadap ke ibunya
seraya berkata, “Wahai ibunda tersayang, apa yang membuatmu menginginkanku
untuk merasakan susahnya kematian dua kali?
Ibundaku yang tersayang, besabarlah, dan bertawakallah kepada Allah,
karena aku tidak ingin hidup kembali di dunia.
Wahai Nabi Allah Putera Maryam, mohonkanlah kepada Tuhanku, agar
mengembalikanku kembali ke Alam Akhirat, dan memudahkanku dalam menghadapi
Sakaratul Maut.” Kemudian Nabi Isa ‘Alaihissalam
berdo’a dan memohon kepada Allah untuk mencabut ruh anak perempuan itu, serta
mengembalikannya ke dalam tanah seperti semula.
Ketika berita itu sampai kepada kaum Yahudi, maka bertambah kesal dan marahlah mereka kepada Nabi Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam.
Ketika berita itu sampai kepada kaum Yahudi, maka bertambah kesal dan marahlah mereka kepada Nabi Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam.
Diceritakan, bahwa Bani Israil pernah meminta Nabi Isa ‘Alaihissalam
untuk menghidupkan kembali Sam bin Nuh ‘Alaihissalam. Kemudian Nabi Isa ‘Alaihissalam
memohon dan berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menghidupkan
Sam bin Nuh kembali. Maka, ketika Allah
mengembalikan ruh kepada Sam bin Nuh - ia pun menceritakan kepada mereka
tentang kapal yang digunakan untuk mengangkut para makhluk ketika terjadi
banjir besar. Kemudian setelah itu,
Beliau (Nabi Isa) pun memohon kepada Allah untuk mengembalikannya lagi menjadi
tanah.
Al-Sadi pernah meriwayatkan dari Abu Shalih dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas
mengenai suatu khabar berita yang pernah diceritakannya, bahwa ada seorang Raja
dari Bani Israil yang telah meninggal dunia, dan disemayamkan di atas
kasurnya. Kemudian Nabi Isa ‘Alaihisslam
mendatanginya dan berdo’a serta memohon kepada Allah untuk menghidupkannya
kembali. Maka, ketika mayat Raja itu
hidup kembali, orang-orang merasa takjub dan terheran-heran dibuatnya.
Dan firman Allah Ta’ala, “Dan ingatlah ketika
Aku mengajar kamu menulis, hikmah,” yakni mengerti dan memahami Taurat, yaitu kitab yang diturunkan kepada
Nabi Musa bin Imran Al-Kalim. Dan ada
juga lafadz Taurat yang disebutkan dalam hadits dengan maksud yang lebih umum
dari hal itu.
Abu Bakr bin Abi Dunya berkata, “Al-Fadhl bin Musa Al-Bashri
telah menceritakan kepada kami, aku mendengar Sufyan bin Uyainah berkata, pada
suatu saat Isa Putera Maryam pernah bertemu dengan Iblis. Kemudian Iblis berkata kepadanya, “Ya Isa Putera
Maryam, yang aku tahu tentang keagungan sifat ketuhananmu, adalah ketika kamu dapat berbicara ketika masih bayi, sementara belum pernah ada seorang pun yang
berbicara ketika masih bayi sepertimu.”
Iblis melanjutkan perkataannya, “Bukankah dengan sifat ketuhananmu,
kamu dapat menghidupkan orang-orang yang telah meninggal dunia.” Nabi Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam
menjawab, “sebenarnya hanya Allah-lah Yang dapat menghidupkan dan
mematikan. Lalu Iblis berkata lagi, “Demi
Tuhan, Ya Isa Putera Maryam.
Sesungguhnya kamu adalah Tuhan, Sang Penguasa Langit dan Bumi. Tiba-tiba Malaikat Jibril memukul Iblis
tersebut dengan kedua belah sayapnya, hingga akhirnya Iblis itu terpental jauh,
sejauh pancaran sinar Matahari. Kemudian
dipukulnya lagi dengan kedua belah sayapnya, hingga sang Iblis terpental, masuk
ke dalam mata air yang panas. Hingga
akhirnya ia ditenggelamkan ke dalam laut tujuh.
Dalam riwayat lain dikatakan, bahwa akhirnya sang Iblis dapat merasakan
rasa lumpur hitam, dan keluar darinya seraya berkata, “Tidak ada seorang pun
yang bertemu dengan orang lain, sebagaimana aku bertemu denganmu hai anak
Maryam.”
Pada riwayat lain disebutkan, Pada suatu ketika Isa Putera
Maryam baru selesai melaksanakan shalat di Baitul Maqdis dan hendak kembali ke
rumah (ibunya). Namun ketika ia berada
pada suatu jalan yang menanjak naik, tiba-tiba Iblis menghadangnya, seraya
berkata, “Wahai Isa Putera Maryam, tidak
layak bagimu untuk menjadi seorang hamba.”
Akan tetapi Nabi Isa ‘Alaihissalam tidak memperdulikan ucapannya, dan
berusaha untuk menghindar darinya.
Namun, sang Iblis terus saja berusaha untuk menggoda dan memperdayainya
dengan ucapan, “Wahai Isa, tidak layak bagimu untuk menjadi seorang hamba.” Kemudian Nabi Isa berdo’a kepada Allah untuk
memohon bantuan-Nya. Tiba-tiba muncullah
Malaikat Jibril dan Mikail di hadapannya.
Melihat kehadiran kedua Malaikat tersebut, sang Iblis terkejut dan menghentikan
godaannya terhadap Nabi Isa ‘Alaihissalam. Setelah itu kedua Malaikat tersebut melindungi Nabi Isa, sedangkan Malaikat Jibril memukul Iblis itu dengan sayapnya seraya
melemparkannya ke dalam jurang yang amat dalam.
Tak lama kemudian, sang Iblis muncul kembali untuk menemui
Nabi Isa ‘Alaihissalam, dan ia telah mengetahui bahwa kedua Malaikat itu
hanya diperintahkan untuk itu. Sang Iblis berkata, “Sudah aku katakan
kepadamu, Hai anak Maryam perawan yang suci, bahwasanya kamu tidak layak untuk
menjadi seorang hamba. Karena
kemarahanmu itu tidak seperti marahnya seorang hamba. Aku telah mengetahui apa yang akan aku terima
darimu ketika kamu sedang marah, akan tetapi, bagaimanapun, aku akan tetap
menyerukan kepadamu suatu hal yang memang itu adalah hakmu. Aku telah memerintahkan kepada semua Syaithan
dan Iblis untuk patuh dan ta’at kepadamu.
Jika semua manusia mengetahui , bahwasanya syaithan-syaithan itu mematuhimu,
maka tentu saja mereka akan menyembahmu.
Aku tidak mengatakan, bahwa hanya kamu satu-satunya Tuhan, dan tidak ada
Tuhan selain kamu di Alam semesta ini.
Akan tetapi, yang aku inginkan adalah, bahwa Allah Ta’ala itu
menjadi Tuhan di langit, sedangkan engkau menjadi Tuhan di Muka Bumi ini.”
Setelah Nabi Isa Putera Maryam mendengar ucapannya itu,
Beliau langsung berdo’a dan memohon kepada Allah, seraya berteriak dengan suara
yang amat keras. Tanpa diduga-duga Malaikat
Jibril, Mikail dan Israfil, sontak muncul di hadapannya seraya memandang tajam ke arah Iblis. Tak ayal lagi Malaikat Jibril
langsung memukul sang
Iblis dengan sayapnya yang lebar, hingga menutupi sinar matahari. Lalu disusul lagi dengan satu pukulan telak
yang mendarat di tubuhnya, hingga akhirnya sang Iblis terjerembab jatuh ke
tanah. Kemudian sang Iblis berkata
kepada Isa Putera Maryam, “Wahai Isa, pada hari ini aku telah berjumpa denganmu
dalam keadaan yang sangat lelah.”
Setelah itu Malaikat Israfil melemparkannya ke mata air yang sangat
panas. Di dalam mata air yang panas itu,
sang Iblis melihat ada tujuh Malaikat yang berupaya untuk menenggelamkannya ke
dalam lumpur hitam, setiap kali ia berusaha keluar darinya. Hingga akhirnya sang Iblis menjadi jera dan tidak
pernah lagi kembali kepadanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menganjurkan kepada
para hamba-Nya yang beriman, agar membela Agama Islam, para pemeluknya dan para Nabi-nya dalam menegakkan dan mensyiarkan Agama Islam. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di
dalam Al-Qur’an (artinya), “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong (Agama) Allah, sebagaimana Isa Putera Maryam berkata kepada para
pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk ( menegakkan Agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia berkata, “Kamilah
penolong-penolong Agama Allah.” (Ash-Shaff; 14)
Para pengikut setia Nabi Isa ‘Alaihissalam kaum
Nasrani (Nashara), berasal dari nama sebuah desa di Palestina, yaitu Nazaret.
Ketika Nabi Isa ‘Alaihissalam mengajak Bani Israil dan kaum
lainnya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada sebagian mereka yang
beriman dan percaya kepada seruan tersebut, dan ada pula sebagian dari mereka
yang tetap dalam kekufuran. Sebagian dari Bani Israil yang kufur dan tidak
percaya kepada seruan tersebut, yaitu kelompok orang-orang Yahudi.
Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menolong
orang-orang yang beriman kepada-Nya, dari segala ancaman dan cercaan
orang-orang kafir dan tidak beriman kepada-Nya, sehingga akhirnya orang-orang
yang beriman berada di atas orang-orang kafir tersebut. Hal ini telah disebutkan Allah dalam kitab
suci-Nya (artinya),
“Ingatlah ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku,
serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang
mengikutimu di atas orang-orang kafir hingga Hari Kiamat.’” (Ali-Imran; 55)
Maka,
barangsiapa yang lebih dekat kepada Allah, niscaya ia akan berada di atas yang
lainnya. Karena ucapan dan keyakinan
orang-orang Islam itu haq, dan tidak ada keragu-raguan di dalamnya, yaitu bahwa
Isa Putera Maryam ‘Alaihissalam itu adalah hamba dan utusan Allah, maka
mereka lebih tinggi derajatnya daripada kaum Nasrani yang sangat
berlebih-lebihan dalam memposisikan Nabi Isa ‘Alaihissalam - menandingi
posisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Tamat)
oOo
(Disadur bebas dari kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam
Ibnu Katsir rahimahullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar