Jumat, 31 Januari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (93)

بسم الله الرحمان الرحيم

“Apabila kalian melihat seorang ‘Ulama mendatangi para penguasa, maka dia adalah pencuri.”  
(Sa’id bin Musayyab rahimahullah)

“Orang-orang yang berilmu berada 700 derajat di atas orang-orang mukmin (beriman).  Jarak antara dua derajatnya sejauh perjalanan 500 tahun.”  
(Sahabat yang mulia, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu)

“Andaikata tidak ada orang-orang yang berilmu, manusia tentu tidak berbeda dengan binatang.”  
(Al-Imam Al-Hasan rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (92)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Sungguh aneh, orang-orang pada periode pertama banyak beramal dan juga banyak takutnya (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).  Tetapi orang-orang pada zaman sekarang memiliki sedikit iman dan mereka sangat tenang (Percaya Diri).”  
(Ibnu Qudamah rahimahullah)

“Janganlah kalian melihat kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah Ke-Agungan Dzat yang kalian durhakai.”  
(Bilal bin S’ad rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (91)

بسم الله الرحمان الرحيم

Orang-orang yang menyamarkan Kedurhakaan (seperti para pembuat Syubhat, pen)*, sekalipun Aqidahnya benar, sederajat dengan orang-orang kafir dalam hal tipuan tersebut.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)


“Allah telah memuliakan kalian dengan Rasul-Nya, seandainya kalian mencari kemuliaan dengan selain itu, niscaya Allah akan menghinakan kalian.”  
(Amirul mukminin, Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu)


Syubhat adalah kebathilan yang dibungkus dengan kemasan yang menarik, sehingga seakan-akan terlihat sebagai Kebenaran, (pen blog).
  
oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (90)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Tidaklah seseorang merasa aman dari imannya yang akan dirampas (Syaithan) pada saat meninggal dunia, melainkan imannya benar-benar akan terampas.”  
(Sahabat yang mulia, Abud Darda radhiyallahu ‘anhu)

“Di antara keburukan takabur adalah, perasaan tidak mau mencari Ilmu, tidak perlu menerima kebenaran, dan tunduk pada kebenaran.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

“Takabur terhadap manusia adalah, menganggap mereka hina, dan menganggap dirinya mulia dan lebih hebat dari mereka.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

oOo



UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (89)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Tidak sepantasnya seorang hamba meremehkan apa yang terlintas di dalam sanubarinya, karena pada hari kiamat nanti itu pun akan ditanya.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

“Niat adalah dorongan jiwa, dan kecenderungannya pada sesuatu yang ditampakkan, bahwa sesuatu itu ada maslahatnya, baik yang berkaitan dengan keadaan ataupun harapan.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

“Murnikanlah Agamamu, niscaya cukup bagimu dengan amalan yang sedikit.”  
(Makna Al-Hadits)

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (88)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Barangsiapa membenci dirinya karena Allah, maka Allah akan melindungi dia dari kebencian-Nya.”  
(Amirul mukminin, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu)

“Ketahuilah, bahwa musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri, yang diciptakan dengan kecenderungannya pada keburukan dan kejahatan.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

“Menangislah atas apa yang telah engkau dapatkan.  Sesungguhnya, sumber air mata itu berasal dari lautan rahmat.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (87)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Barangsiapa yang mengenal Rabb-nya, niscaya akan mencintai-Nya.  Dan siapa yang mengenal dunia, niscaya akan menjauhinya.”*  
(Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah)

“Ma’rifat tentang Allah merupakan puncak kenikmatan, tidak ada kenikmatan yang dapat mengunggulinya.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

*  Tidak diragukan lagi, bahwa orang yang mencintai dunia adalah orang yang tertipu, (pen blog).


oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (86)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Gemetar karena menyadari kelalaian, memutus bisikan nafsu, dan menggigil karena takut terhadap kematian lebih baik daripada melakukan ibadah yang berat.”*  
(Abu Bakar Al-Kattany rahimahullah)

“Siapa yang menjadikan kematian pusat perhatiannya, maka dia tak akan peduli lagi dengan kesempitan dan kelapangan dunia.”   
(Syumaith bin Ajlan rahimahullah)

---

*  Maklum di kalangan para 'ulama;  Rasulullah 'Isa 'alaihissalam, salah seorang Rasul Ulul Azmi yang ke-4 bila berbicara tentang kematian, maka dari pori-pori kulit beliau akan keluar darah - saking takutnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, (pen blog).

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (85)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Berfikir satu jam lebih baik daripada shalat semalam suntuk.”  
(Abud Darda Rahiyallahu ‘Anhu)

“Andaikan manusia mau memikirkan Keagungan Allah, tentu mereka tidak akan berani mendurhakai-Nya.”  
(Bisyr Al-Hafy rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (84)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Siapa yang berjihad menundukkan hawa nafsunya semata-mata karena Allah, maka dia adalah orang yang syahid.”  
(‘Ulama Salaf)

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu diberi khabar gembira tentang keshalihan anaknya dari kejauhan (setelah meninggal dunia), agar dia merasa senang.”  
(Al-Imam Mujahid rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (83)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Jika engkau sanggup untuk tidak bergaul dengan sesama manusia di zamanmu, maka lakukanlah.  Jadikanlah perhatian terbesarmu untuk membenahi diri sendiri.”  
(Al-Imam Sufyan Ats-Tsaury rahimahullah)


“Menuntut Ilmu-lah, lalu ber-uzlah-lah (mengasingkan diri), karena Ilmu itu merupakan dasar Agama.  Tapi, tidak ada kebaikan uzlah bagi orang-orang awam.”  
(Ar-Rubayyi’ bin Khaitsam rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (82)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Diantara akhlak yang baik adalah, sabar menghadapi berbagai gangguan orang lain, meskipun terasa berat.”  
(‘Ulama Salaf)

“Orang yang sabar itu tidak banyak mengaduh dan mengeluh, tetapi banyak berdo’a dan bertawakal kepada Allah.”  
(‘Ulama Salaf)

“Siapa yang dadanya tidak diisi dengan Misykat cahaya Ilahy, maka zhahirnya pun tidak akan dihiasi keindahan adab Nubuwah.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (81)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Pengingkaran terhadap Ahlul Bid’ah harus lebih keras daripada pengingkaran terhadap orang kafir, karena penyakit bid’ah itu cepat menular dan mengecoh kebanyakan manusia dari jalan yang lurus.”  
(‘Ulama Salaf)


“Perbedaan antara menghinakan dengan memberi nasihat terletak pada cara penyampaiannya, secara sembunyi-sembunyi atau secara terang-terangan.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (80)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Selayaknya seorang mukmin mengetahui, bahwa saat sakaratul maut (ketika ruh dicabut dari jasad) merupakan saat peperangan yang paling dahsyat.”  
(Al-Imam Ibnul Jauzy rahimahullah)

“Bukanlah suatu sifat yang bijaksana, bila seseorang menghindari sesuatu yang pasti akan terjadi (Maut).”  
(‘Ulama Salaf)

Perkataan Abu Bakar Ibnu Habib rahimahullah (ketika menghadapi maut), “Aku telah hidup selama 61 tahun.  Namun belum mengenali dunia.”

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (79)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Jadilah kalian sumber-sumber ilmu, pelita petunjuk, banyak berdiam di rumah, penerang diwaktu malam, hati yang selalu baru, kalian dikenal di langit namun tidak dikenal di bumi.”  
(Sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)

“Menganjurkan orang berbuat baik adalah sebuah kebaikan.”  
(‘Ulama Salaf)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (78)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Jadikanlah masjid sebagai rumahmu.  Sungguh, aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Masjid adalah rumah bagi orang-orang yang bertakwa.'"
(Sahabat yang mulia, Abud Darda radhiyallahu 'anhu)

“Jika hati bercahaya, maka firasat juga tidak akan meleset.”  
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF ,(77)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Ketahuilah, bahwa marah itu merupakan bara api dari api Neraka.  Selagi manusia disusupi amarah, berarti dia sedang disusupi syaithan.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

“Sifat keadaan tanah adalah diam dan tenang, sedangkan sifat keadaan api membara, menyala dan bergejolak.”  
(Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (76)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Aktifkanlah kedua telinga-mu melebihi mulutmu, karena engkau diberi dua telinga dan satu mulut, agar engkau lebih banyak mendengar daripada berbicara.”  
(Sahabat yang mulia, Abud Darda radhiyallahu 'anhu)

“Diam itu hikmah, namun sedikit orang yang melakukannya.”  
(Lukman Al-Hakim rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (75)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Tidaklah seorang hamba mendurhakai Allah, melainkan Allah menghinakannya.”  
(Al-Imam Al-Hasan rahimahullah)

“Barangsiapa mengabaikan Allah karena syahwat di dalam hatinya, maka Allah lebih berhak untuk menyiksa hatinya.”  
(Abu Sulaiman Ad-Darany rahimahullah)

“Barangsiapa yang durhaka kepada Allah, maka orang yang sebelumnya memujinya akan berubah mencelanya.”  
(Ummul mukminin, A’isyah radhiyallahu 'anha)


oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (74)


بسم الله الرحمان الرحمن

“Kalian meninggalkan Allah,  dan sebagian kalian mengandalkan sebagian yang lain.  Andaikan kalian menghadap kepada-Nya, tentu kalian akan melihat berbagai macam keajaiban.”  
(Muslim bin Maimun Al-Khawash rahimahullah)

“Apa yang membuatmu merasa aman jika melakukan sesuatu yang membuat Allah murka, lalu Dia-pun menutup pintu-pintu Maghfirah (ampunan), sementara engkau hanya tertawa saja?!”  
(Al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (73)


بسم الله الرحمان الرحمن

“Haram bagi hati untuk mencium aroma keyakinan, selagi di dalamnya terdapat kesenangan pada selain Allah.  Haram bagi hati manusia dimasuki cahaya, selagi di dalamnya terdapat sesuatu yang Allah benci.”  
(Sahl bin Abdullah rahimahullah)

“Jiwa manusia itu bagaikan kuda liar.  Jika engkau tidak bisa memegang kendalinya, pasti ia akan melemparkanmu dari atas punggungnya.”  
(‘Ulama Salaf)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (72)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Yang disebut ibadah adalah, pertolongan (Allah) untuk mengetahui rahasia yang tersembunyi dan mengeluarkan hal-hal selain Allah dari dalam hati.”  
(Yahya bin Mu’adz rahimahullah)

“Tidak ada sedetik pun waktu yang berlalu, melainkan Allah mengetahui apa yang terbetik di dalam hati setiap hamba.  Adapun yang melirik kepada selain Allah, maka Dia memberikan kekuasaan kepada iblis.”  
(Sahl bin Abdullah rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (71)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Keta’atan hanya akan terwujud pada diri orang yang mampu mengalahkan Hawa Nafsunya sendiri.”  
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

“Siapa yang nafsunya mengalahkan akalnya dan mengguncang kesabarannya, maka dia akan jatuh.”  
(Al-Imam Atha’ rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (70)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Kalaulah sekiranya seseorang mengamalkan setiap Rukhshah (keringanan) Pendapat ahli Kufah tentang Nabidz (Fermentasi dari kurma atau anggur yang memabukkan), dan pendapat penduduk Madinah tentang Musik, pendapat penduduk Makkah tentang (nikah) Mut’ah, maka ia menjadi orang yang Fasik (Pelaku dosa-dosa besar).’”  
(Yahya bin Sa’id Al-Qatthan rahimahullah)

“Jika engkau mengambil setiap Rukhshah (keringanan) dari setiap ‘Alim atau kekeliruan setiap ‘Alim, maka telah berkumpul pada dirimu semua keburukan.”  
(Sulaiman At-Taimi rahimahullah)


oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (69)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Orang-orang yang Fasik dan Keji sama sekali tidak pernah berada dalam kenikmatan di dunia ini, meski mereka bergelimang harta dan kebebasan.  Mabuk syahwat dan hati yang telah mati menghalangi mereka merasakan hakikat kenikmatan.”  
(‘Ulama Salaf)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (68)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Keyakian adalah Anugerah Allah yang paling berharga pada diri seorang hamba.”  
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

"Iman itu telanjang.  Pakaiannya adalah Taqwa, perhiasannya adalah Sifat Malu, dan buahnya adalah Ilmu."  
('Ulama Salaf) 

oOo 

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (67)


بسم الله الرحمان الرحيم


“Sesungguhnya ilmu itu mempunyai Penyakit, Kesulitan dan Cacat.  Penyakit ilmu adalah lupa padanya.  Kesulitannya ialah berbohong di dalamnya, dan ‘aibnya ialah menyebarkannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya.”  
(An-Nasaabah Al-Bakri)

“Anakku, duduklah kepada para ‘ulama, dan mendekatlah kepada mereka dengan kedua lututmu.  Karena Allah Ta’ala menghidupkan hati yang telah mati dengan Cahaya Hikmah, sebagaimana air hujan menghidupkan bumi.”  
(Lukman Al-Hakim rahimahullah)

oOo

Kamis, 30 Januari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (66)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Takut itu penyebab kegagalan, dan malu itu menyebabkan seseorang diharamkan mendapatkan banyak hal (termasuk ilmu).”  

(Amirul mukminin, Ali bin Abu Thalib radhiyallahu 'anhu)

“Bertanyalah seperti pertanyaan orang bodoh, dan hapalkan seperti hapalan orang yang cerdas.  Meminta-minta kepada manusia adalah ‘aib, dan ketidak sempurnaan, kehinaan yang bertentangan dengan kejantanan kecuali dalam hal ilmu.  Sesungguhnya meminta-minta ilmu adalah inti kesempurnaan seseorang, kejantanannya dan kebesarannya.  Seperti perkataan seseorang yang berilmu, ‘Sifat yang terbaik pada diri seseorang adalah bertanya tentang ilmu.’”  
(Ibrahim rahimahullah)

“Barangsiapa bersembunyi dari mencari ilmu karena malu, maka ia mengenakan baju kurung kebodohan.  Oleh karena itu, potonglah baju kurung kebodohan, karena sesungguhnya barangsiapa yang tipis wajahnya, tipis pula ilmunya.”  
(Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah)

oOo


UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (65)


بسم الله الرحمان الرحيم

“Ilmu itu memiliki Enam Tahapan; 
Pertama, Bertanya dengan baik.  
Kedua, Diam dengan baik.  
Ketiga, Memahami dengan baik.  
Keempat, Menghapal.
Kelima, Belajar.  
Keenam, Yang merupakan buahnya, yaitu mengamalkannya dan memperhatikan batasan-batasannya.  
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

“Ilmu itu gagal didapatkan karena Enam Hal;
Pertama, Tidak mau bertanya.
Kedua, Tidak diam dengan baik dan menggunakan pendengaran.
Ketiga, Salah paham.
Keempat, Tidak mau menghapal.
Kelima, Tidak menyebarkannya, mengkajinya, memperhatikannya, dan memikirkannya, yang menyebabkan ia lupa padanya.  
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

“Hikmah berkata, ‘Barangsiapa yang mencariku dan tidak menemukanku, hendaklah ia mengerjakan sesuatu yang paling baik yang ia ketahui, dan hendaklah ia meninggalkan sesuatu yang paling buruk yang ia ketahui.  Jika ia melakukan hal itu, maka aku bersamanya kendati ia tidak mengenalku.”  
(‘Ulama Salaf)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (64)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Ilmu adalah Panglima amal-perbuatan.  Seluruh amal-perbuatan adalah anak buah dan pengikutnya."
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah)

"Jika seorang penuntut ilmu menyimpang, bertindak bodoh seperti perbuatan orang bodoh, dan berbuat dungu seperti perbuatan orang dungu - berarti dia telah bersikap buruk terhadap ilmunya, dirinya, dan manusia.  Karena penuntut ilmu itu adalah teladan, maka hendaklah menjadi sebaik-baik teladan dalam aqidah dan syari'at."
(Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkhaly rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (63)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Para Imam dari setiap madzhab telah bersepakat, bahwa orang yang menguasai suatu negeri (Negara), maka ia memiliki kewenangan sebagai seorang Imam (Pemimpin) pada semua urusan.  Kalau tidak demikian, tidak mungkin (Pemerintahan) di dunia ini akan terwujud."
(Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah)

"Seorang 'ulama besar dan banyak pengikutnya, dan orang yang terkenal hendaklah;
* Menimbulkan ketenangan bagi manusia di masa fitnah.
* Menasihati mereka, dan menjelaskan kepada mereka bimbingan-bimbingan terbaik."
(Al-Imam An-Nawawi rahimahullah)

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (62)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Ciri khas orang bodoh ada tiga;
* Ujub (merasa bangga terhadap diri sendiri).
* Banyak berbicara hal-hal yang tidak bermanfaat (bermutu).
* Melarang sesuatu, tetapi dia sendiri mengerjakannya."

(Sahabat yang mulia, Abud Darda radhiyallahu 'anhu)

"Orang yang dungu akan terbakar amarahnya saat menyaksikan al-haq (kebenaran).  Sedangkan orang yang jernih akalnya, akan terbakar amarahnya kala menyaksikan kebathilan."
(Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr rahimahullah)

oOo




UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (61)


(Asy-Syaikh Al-Mujaddid Rabi' bin Hady Al-Madkhaly hafizhahullah)

بسم الله الرحمان الرحيم

"Dahulu fanatisme ditujukan untuk membela madzhab-madzhab dan para 'ulama.  Adapun sekarang ini, fanatisme manusia untuk membela orang-orang yang bodoh, dungu, dan jahat."

"Orang yang mencari kebenaran, bila menemukan, maka ia akan mengambil dan menerimanya.  Sedangkan orang yang dikehendaki Allah keburukan baginya, maka ia akan menentang kebenaran dan memeranginya."

oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (60)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Sungguh!  Tidaklah seorang mukmin memasuki waktu pagi melainkan dalam keadaan cemas - meskipun dia telah berbuat baik.  Tidaklah pantas baginya selain keadaan demikian.  Ia pun memasuki waktu sore dalam keadaan khawatir - meskipun telah berbuat baik.  Senantiasa, dia berada di antara dua kekhawatiran;
* Kekhawatiran terhadap dosa masa lalu;  Dia tidak mengetahui apa yang akan diperbuat Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap dosa-dosanya (apakah akan diampuni atau diadzab).
* Kekhawatiran terhadap umurnya yang tersisa;  Dia tidak mengetahui kerugian (kebinasaan) apa saja yang akan menimpanya."


(Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah)


oOo

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (59)


بسم الله الرحمان الرحيم

"Orang yang tumbuh dalam kemewahan dan kesenangan hidup tak akan mampu merasakan penderitaan yang dialami oleh fakir-miskin - dan orang-orang yang tidak pernah tertimpa musibah juga tak akan mengenal besarnya kadar suatu kenikmatan."
(Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah)

oOo

Rabu, 29 Januari 2020

MENYAMBUT KEMATIAN


بسم الله الرحمان الرحين

Kematian, adalah perpisahan Roh dengan Jasad, bukan merupakan akhir (berhentinya) kisah perjalanan anak manusia.
Bahkan, kematian merupakan awal (gerbang) menuju perjalanan (kisah) selanjutnya yang teramat-sangat panjang (kehidupan Alam Barzakh dan Alam Akhirat).
Setiap saat, Malakul Maut (Malaikat Maut) datang "menjemput" (nyawa / roh) seseorang - tak peduli apakah dia dalam keadaan sehat wal-afiat atau telah sakit-sakitan, masih muda belia atau sudah tua renta.  Bila ajal telah tiba, tidak bisa ditunda atau dimajukan barang sesaat pun.  Dengan berbagai sebab, waktu, dan tempat yang telah ditentukan (tercatat) di Lauhul Mahfudz (Kitab Induk) di atas langit ketujuh, dan dibacakan oleh Malaikat pada umur kehamilan 120 hari, ketika ditiupkannya Roh - yang tak kan pernah berubah selama-lamanya.

Di sisi lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
كل بني آدم خطاء  وخير الخطاءين التوابون
"Kullu Bani Adama khaththaa-un  wa khairu al-khaththaa-iyna at-tawwaabuwna"

"Setiap Bani Adam pasti berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat."

Menyadari keadaan tersebut, maka sudah selayaknya setiap manusia yang menyadari dirinya telah banyak berbuat kesalahan (dosa) berupaya menutup lembar kehidupannya dengan banyak bertaubat dan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar semua kesalahan dan dosa-dosanya diampuni, dan mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala di akhir hayatnya.
Maka di antara bacaan (wirid) yang dianjurkan adalah;
لا اله الا الله والله اكبر
لا اله الا الله وحده لا شريك له
لا اله الا الله له الملك وله الحمد
لا اله الا الله ولا حول ولا قوة الا بالله

"Laa Ilaha illa Allahu wallahu Ak'baru
Laa Ilaha illa Allahu wahdahu laa syariyka lahu
Laa Ilaha illa Allahu lahul-Mulku wa lahul-Hamdu
Laa Ilaha illa Allahu wa laa haw laa wa laa quwwata illa Billah."

"Tiada Ilah (Sesembahan) Yang Haq selain Allah dan Allah Mahabesar.
Tiada Ilah (Sesembahan) Yang Haq selain Allah saja - tiada sekutu bagi-Nya.
Tiada Ilah (Sesembahan) Yang Haq selain Allah - milik-Nya segala kerajaan dan segala puja-puji.
Tiada Ilah (Sesembahan) Yang Haq selain Allah - dan tiada daya upaya kecuali dengan pertolongan-Nya."

(HR. At-Tirmidzi no. 1430 dan Ibnu Majah no. 3794, dinyatakan shahih dalam Sunan At-Tirmidzi)

Hal-hal yang Sebaiknya Diperbuat oleh Orang yang Sedang Sakit;
* Membaca dzikir pagi dan petang setiap hari, termasuk Sayyidul Istighfar (Raja Istigfar), disamping melakukan ibadah-ibadah wajib.
* Membaca doa (wirid) tersebut di atas sesering mungkin, agar akhir dari ucapan lisannya adalah kalimat Tauhid.  Karena, barangsiapa yang akhir perkataannya kalimat Tauhid, maka ia pasti masuk Surga (makna Al-Hadits).
* Di dalam hadits Abu Said Al-Khudri radhiyallahu 'anhu disebutkan, bahwa apabila orang yang sedang sakit membaca wirid di atas - lalu ia meninggal, maka ia tidak akan disentuh api Neraka.

Renungan
* Seorang Sahabat Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia, Amr Ibnul Ash radhiyallahu 'anhu, menjelang wafatnya berkata, "Ya Allah, Engkau memerintahkan kepada kami - lalu kami mendurhakai-Mu.  Engkau melarang kami - lalu kami melanggarnya.  Dan tidak ada kelapangan bagi kami selain dari (mengharapkan) maaf dari-Mu.  "Laa ilaha illallah" (tiada Ilah / Sesembahan Yang Haq untuk diibadahi selain Allah)", beliau mengulang-ulangnya hingga meninggal dunia.

* Ketika hendak wafat, Khalifah Umar bin Abdul Azis rahimahullah berkata, "Dudukanlah aku!"  Mereka pun mendudukkan beliau.
Lalu beliau berkata, "Akulah orangnya yang Engkau perintah - lalu aku mengurang-ngurangi dalam menjalankannya.  Engkau melarang aku - namun aku melanggarnya dengan maksiat.  Akan tetapi, "Laa Ilaha illallah."  Kemudian beliau mengangkat kepalanya - lalu pandangan beliau menajam.  Mereka yang melihat itu berkata kepada beliau, "Anda memandang dengan pandangan yang sangat tajam, wahai Amirul Mukminin!"
Beliau menjawab, "Sungguh aku melihat ada yang hadir, namun mereka bukan manusia, bukan (pula) Jin."

Kemudian dicabutlah ruh beliau.  Mereka yang hadir mendengar ada yang membaca ayat (artinya),
"Negeri Akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tak ingin menyombongkan diri, dan tidak mau berbuat kerusakan di muka bumi.  Dan kesudahan yang baik itu hanya bagi orang-orang yang bertakwa." 
(QS. Al-Qashas; 83)

oOo







Selasa, 28 Januari 2020

MENGHORMATI SUAMI DAN HAK-NYA

بسم الله الرحمان الرحيم

Suami adalah Sayyid / Tuan / Junjungan bagi seorang isteri.  Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berbicara tentang "Al-'Azis", pembesar negeri Mesir - yang memergoki isterinya (Permaisuri Raja) yang hendak merayu Nabi Yusuf 'Alaihissalam (artinya),
"Keduanya mendapati Sayyid wanita itu di sisi pintu."  (Yusuf;  25)

Sebagai seorang Tuan dan Qawwam (Pemimpin) - yang bertanggung jawab terhadap keluarga, sepatutnya dia dihormati dalam keluarga.  Seorang isteri wajib mengetahui kadar dan hak suami - sehingga mampu menghormatinya dengan semestinya.
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Imam Thabrani rahimahullah dalam Al- Mu'jam Al-Kabir (11/356) dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam bersabda - menggambarkan besarnya kadar (kehormatan) dan hak suami terhadap isterinya.
Seperti yang disebutkan dalam makna hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam,
"Aku tidak akan menyuruh seseorang untuk sujud pada orang lain.  Seandainya aku boleh menyuruh demikian, niscaya aku akan memerintahkan isteri sujud kepada suaminya."  (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 3490)
Tatkala Mu'adz bin Jabal datang dari negeri Syam, sekonyong-konyong ia bersujud kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka Beliau bertanya sambil mengingkari,
"Apa yang engkau lakukan ini, wahai Mu'adz?  Mu'adz menjawab, 'Aku mendatangi negeri Syam, aku dapati mereka sujud terhadap uskup dan panglima mereka.  Aku berkeinginan dalam hati untuk melakukan hal tersebut terhadapmu.  Rasulullah pun berkata, 'Jangan kalian lakukan hal itu.  Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang isteri untuk sujud kepada suaminya.  Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, tidaklah seorang isteri mampu memenuhi hak Rabb-nya - hingga ia menunaikan hak suaminya.  Sampai-sampai seandainya sang suami "meminta" dirinya dalam keadaan dia berada di atas qatab (pelana unta) - ia tidak boleh menolaknya."  (HR.  Ibnu Majah, Ahmad 4/381, dinyatakan shahih dalam Shahihul Jami' no. 5295, Al-Irwa' no. 1998, dan Ash-Shahihah no. 3366)
Ibnul Atsir rahimahullah menyebutkan (An-Nihayah fi Gharibil Hadits, hal. 716), "Qatab adalah pelana yang diletakkan di atas unta.  Maknanya adalah, anjuran terhadap para isteri agar mentaati suami-suami mereka, dan tidak ada kelapangan bagi mereka untuk menolak "ajakan" suami meskipun dalam keadaan demikian, lalu apatah lagi dalam selain keadaan tersebut?"
Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu menyampaikan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
"Tidaklah pantas seorang manusia sujud kepada manusia lain.  Seandainya pantas seorang manusia sujud kepada manusia lain, niscaya aku perintahkan seorang isteri untuk sujud kepada suaminya - karena besarnya hak suami terhadap isterinya.  Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya pada telapak kaki suami hingga ke belahan rambutnya terdapat luka yang mengeluarkan nanah bercampur darah, kemudian si isteri menghadapi luka tersebut - lalu menjilatinya, niscaya (dia) belum sepenuhnya menunaikan hak suaminya."  (HR. Ahmad 3/159, dinyatakan shahih oleh Al-Haitsami (4/9), Al-Mundziri (3/55), dan Abu Nu'aim dalam Ad-Dalail no.137.  Lihat catatan kaki Al-Musnad Imam Ahmad (10/513), cet. Darul Hadits, Kairo)
Sujud yang dimaksud di sini adalah sujud sebagai bentuk pengakuan dan pemuliaan.  Andaikan dibolehkan sujud kepada makhluk, sangat pantaslah seorang isteri bersimpuh sujud di hadapan suaminya - karena mengakui keutamaannya, dan memuliakannya.  Hanya saja, seseorang makhluk tidak diperbolehkan sujud kepada makhluk lainnya.
Maka dari itu, sebagai gantinya, hendaklah qalbu (hati nurani) seorang isteri dipenuhi dengan pujian dan kesyukuran.  Suami adalah penguasa yang penuh pengorbanan, dan pemimpin yang terus berbuat untuk yang dipimpinnya (isteri dan anak-anaknya).
Termasuk dari perbuatan adil, adalah bila seorang pemimpin ditaati dalam batasan-batasan yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.  Adapun membelot darinya (membangkang), mengobarkan pemberontakan tanpa kebolehan syar'i, dan tanpa dosa yang diperbuatnya - tindakan yang demikian adalah bentuk penentangan dan kekufuran.
Dalam Tafsir Al-Imam Ibnul Jauzi rahimahullah tentang makna firman Allah,
"Akan tetapi, para suami memiliki satu tingkatan kelebihan daripada isterinya."  (Al-Baqarah;  228), disebutkan ucapan Said Ibnu Musayyab rahimahullah - seorang tokoh tabi'in, "Tidaklah kami mengajak bicara suami kami - kecuali sebagaimana kalian berbicara dengan para pemimpin kalian."  (Al-Usrah fil Islam, sebagaimana dinukil pada catatan kaki "Tuhfatul 'Arus, karya
Al-Istambuli, hal. 202)
Bertambah berlipat hak suami untuk dihormati, dimuliakan, ditaati, dan tidak diselisihi dalam hal yang ma'ruf (kebaikan), atau selama bukan dosa, manakala dia adalah seorang laki-laki yang shalih, baik, dan memiliki kekohan dalam Agama - menjaga ibadahnya kepada Allah 'Azza wa Jalla, serta memperhatikan Amalan keta'atan.  Hendaklah seorang isteri berpikir 1000 (seribu) kali - bahkan lebih untuk menyakiti suaminya, apalagi suami yang bersifat demikian.
Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah (dalam Sunan-nya no. 1174), dan Al-Imam Ibnu Majah rahimahullah (dalam Sunan-nya no. 2014) meriwayatkan dari Mu'adz Ibnu Jabal rahimahullah, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda (artinya),
"Tidaklah seorang isteri menyakiti suaminya di dunia, melainkan isteri si suami dari kalangan Harun 'in* akan mengatakan, 'Janganlah engkau sakiti dirinya - qatakillah!**  Dia hanya tamu di sisimu dan sekedar singgah, hampir-hampir dia akan berpisah denganmu untuk bertemu dengan kami.'  (Dinyatakan shahih dalam Ash-Shahihah no. 173)

Termasuk sifat isteri yang shalihah adalah, tidak mengurang-ngurangi dalam pemenuhan hak suami, mencurahkan keseriusannya, dan kesungguhan dalam berkhidmat (memberikan pelayanan) kepadanya.
Hendaklah hadits berikut ini menjadi renungan bagi setiap isteri,
Al-Imam An-Nasa'i rahimahullah dalam As-Sunan Al-Kubra (no. 7913) membawakan hadits dari Hushain Ibnu Mihshan Radhiyallahu 'Anhu dari bibinya.  Bibinya pernah datang menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk suatu keperluan.  Tatkala telah selesai urusannya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya,
"Apakah Anda punya suami?". Yang ditanya menjawab, "Ya."
"Bagaimana (perlakuan) anda terhadapnya?"  Tanya Rasulullah lagi.
"Aku tidak mengurang-ngurangi dalam hal menta'atinya, dan berkhidmat kepadanya - kecuali apa yang aku tidak mampu."
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Perhatikanlah dimana (keberadaan) dirimu darinya - karena dia adalah Surgamu dan Nerakamu."  (Dinyatakan shahih dalam Ash-Shahihah no. 2612)
Kapankah suami menjadi Surga bagi seorang isteri, dan kapan pula menjadi Neraka baginya?  Hal ini, harus benar-benar diperhatikan oleh seorang isteri karena permasalahannya sangatlah besar, "Bagaimana diri anda terhadapnya?"
Seorang isteri mempunyai Kewajiban-kewajiban sebagaimana hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala, di sana ada Surga atau Neraka yang menunggunya.
Sementara itu Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada seorang isteri, dan mewajibkan seorang isteri agar menunaikan kewajiban-kewajiban terhadap suaminya.
Maka, hendaklah isteri yang menginginkan kebaikan dan kesuksesan di Akhirat - serta ingin menjaga diri dari panasnya api Neraka menunaikan perintah tersebut.  Tunaikanlah dengan sempurna semampu yang dapat dilakukan dalam rangka ta'at kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengharapkan keridhaan-Nya.
Dan mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala balasannya.
"Wallahu A'lam bishshawab"

oOo

(Disalin dengan editan dari tulisan, "Menghormati Suami dan Haknya", Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyah, Majalah Asy-Syariah, vol. VIII/No. 87/1433 H/2012 M)
* Al-Hur adalah bentuk jamak dari Al-Haur, yaitu wanita-wanita penduduk Surga yang lebar matanya, bagian putih dari matanya sangat putih - dan bola matanya sangat hitam (Tuhfatul Ahwadzi, 4/283-284)
** Artinya, semoga Allah Azza wa Jalla membunuhmu, melaknat, atau memusuhimu.  Namun maknanya untuk menyatakan keheranan, bukan agar hal tersebut terjadi.



Jumat, 24 Januari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (58)


بسم الله الرحمان الرحيم


"Anggaplah orang tua dari kalangan Muslimin di sisi Allah sebagai bapak;   Jadikanlah yang masih muda di antara mereka sebagai anak;  Dan yang pertengahan umurnya sebagai saudara.  Maka, siapakah di antara mereka yang ingin berbuat buruk terhadap (sesama)nya?"
(Amirul mukminin, Umar bin Abdul Azis rahimahullah)

"Hendaklah seorang mukmin memiliki 3 (tiga) hal berikut dalam dirinya;
* Jika engkau tidak bisa memberi manfaat - janganlah memberinya mudharat.
* Jika engkau tak mampu mengembirakannya - janganlah membuatnya sedih.
* Jika engkau tidak memberi pujian padanya - janganlah mencelanya."
(Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah)

oOo


Rabu, 22 Januari 2020

MATA AIR MATA


بسم الله الر حمان الر حيم


Mata
Air
mata air
air mata

Air-air
Mata-mata (Malaikat)
Air-air di mata
Mengalir derai
Tes...tes...tes...

Basahi cagar hati
tumbuhkan warna-warni
Pelepas dahaga sukma lara

Dari jiwa mengalir ke relung qalbu
basahi bumi hati
Mengairi raga

Puja-puji atas Dzat Yang mengeluarkan
air dari mata
Menyirami padang hati
melembutkan jiwa

Celakalah mata yang tak berair
di sukma tak tumbuh apa-apa
Cadas
Gersang
Hampa
Bara...


                                 oOo

Renungan
* "Menangislah, atas apa yang telah engkau dapatkan.  Sesungguhnya, sumber air mata itu berasal dari Lautan Rahmat."
(Ibnu Qudamah rahimahullah)
* "Bila air mata orang-orang yang takut kepada Allah 'Azza wa Jalla telah menetes, pertanda Allah telah membeli air mata mereka dengan pahala"
('Ulama)


Sabtu, 18 Januari 2020

UNTAIAN MUTIARA PARA 'ULAMA SALAF (57)


بسم الله الر حمان الر حيم

"Sesungguhnya Dunia ini telah mulai beranjak pergi, dan Akhirat mulai mendekat.  Masing-masing dari keduanya memiliki anak-anak.
Maka, jadilah kalian anak-anak Akhirat, janganlah kalian menjadi anak-anak dunia, karena sungguh!  Hari ini adalah (kesempatan) beramal - tidak ada penghitungan, akan tetapi esok (di Akhirat) adalah tempat penghitungan - dan tidak lagi dapat beramal."

(Amirul mukminin, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu)

"Aku heran terhadap orang-orang yang menyibukkan diri dengan sesuatu yang pasti akan berlalu (Dunia), dan berpaling dari sesuatu yang pasti akan datang (Akhirat)."
('Ulama Salaf)

oOo