Kamis, 16 Januari 2020

KENAPA MEREKA ZUHUD?

بسم الله الر حمان الر حيم

Orang-orang yang hatinya Zuhud terhadap dunia memiliki banyak pandangan dan alasan, diantaranya;

[1]. Mereka berpandangan, bahwa mencari kekayaan dunia itu akan mengakibatkan kelelahan yang sangat dan tak akan ada habisnya, sehingga dia Zuhud terhadap dunia demi ketenangan jiwanya.
Al-Hasan rahimahullah berkata, "Zuhud terhadap dunia akan menghasilkan ketenangan terhadap hati dan badan."

[2]. Mereka takut mencari kelebihan harta di dunia ini akan mengakibatkan berkurangnya bagian ("jatah") mereka nanti di Akhirat.  Karena segala sesuatu yang diupayakan manusia di dunia ini memiliki kompensasi dan konsekuensi, baik di dunia maupun Akhirat.

[3]. Mereka takut hal itu akan menyebabkan hisab yang lama (panjang) nanti di Akhirat.  Meskipun harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal, apalagi dengan cara yang haram?!
Sebagian dari mereka berkata, "Barangsiapa meminta kekayaan dunia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, berarti dia telah meminta agar lama berdiri di hadapan Allah ketika dihisab."

[4]. Mereka telah menyaksikan begitu banyak keburukan dunia, begitu cepat sirna dan kefanaannya.  Dan akan bersaing dengan orang-orang "rendahan" dalam mencarinya.  Seperti ketika dikatakan oleh sebagian mereka ketika ditanyakan, "Apa yang menjadikanmu Zuhud terhadap dunia?"  Maka, mereka menjawab, "Karena dia (dunia itu) jarang menepati janji, berperilaku kasar, serta menghinakan orang-orang yang memburunya."

[5]. Mereka memandang hinanya dunia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga ia merasa jijik padanya.

[6]. Mereka khawatir dunia akan menyibukkannya (menghalangi) dari mempersiapkan diri mengumpulkan bekal Akhirat.

Seorang utusan datang menemui Umar Ibnul Munkadir rahimahullah dengan membawa hartanya, maka dia menangis sejadi-jadinya.  Kemudian ia berkata, "Aku takut dunia akan menguasai hatiku - sehingga tidak tersisa di hatiku bagian untuk Akhirat - itulah yang membuat aku menangis."
Kemudian Umar Ibnu Munkadir rahimahullah memerintahkan seseorang untuk menyedekahkan harta orang itu kepada fakir-miskin di Madinah.
Orang-orang yang khusus dari mereka takut bahwa harta benda duniawi akan menyibukkan diri mereka dari Allah 'Azza wa Jalla.
Abu Sulaiman rahimahullah berkata, "Zuhud, adalah meninggalkan sesuatu yang akan menyibukkan dirimu dari selain Allah 'Azza wa Jalla, baik berupa isteri, harta, atau anak. Maka semua itu akan mendatangkan kesialan."
Beliau juga pernah berkata, "Bukanlah orang yang Zuhud itu orang yang membuang kesusahan-kesusahan dunia dan (memperbanyak) istirahat.  Hanya saja, orang yang Zuhud adalah orang yang Zuhud terhadap dunia, dan lelah untuk kepentingan Akhirat."
Maka, yang dimaksud dengan Zuhud terhadap dunia adalah, mengosongkan hati dari kesibukan dunia untuk berkonsentrasi mencari ridha Allah 'Azza wa Jalla, mengenal-Nya, dekat dengan-Nya, tunduk terhadap-Nya, dan rindu untuk bertemu dengan-Nya.  Perkara-perkara ini tidaklah termasuk perkara-perkara dunia, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya),
"Allah membuatku suka dari dunia;  Wanita dan wangi-wangian.  Dan shalat dijadikan sebagai penyejuk mataku." (HR.  Ahmad dan An-Nasa'i, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Di dalam hadits ini, Beliau tidak memasukkan shalat sebagai salah satu "urusan dunia" yang Beliau sukai.  Dan yang menguatkan hal tersebut adalah hadits,
"Dunia ini terlaknat, dan semua yang ada di dalamnya terlaknat, kecuali dzikrullah dan apa yang menunjangnya - beserta 'ulama atau penuntut ilmu." 
(HR.  At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
"Dunia dan semua yang ada di dalamnya terlaknat", maksudnya menjauhkan seseorang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena dunia itu menyibukkan diri dari selain mengingat Allah 'Azza wa Jalla, kecuali ilmu yang bermanfaat yang akan menggiring manusia kepada petunjuk-Nya dan ma'rifatullah (mengenal Allah), mencari kedekatan dan ridha Allah 'Azza wa Jalla, serta dzikrullah dengan faktor-faktor pendukungnya yang bisa mendekatkan seseorang kepada Allah.  Selain dari semua itu, itulah yang disebut dengan dunia.
Sungguh!  Allah Subhanahu wa Ta'la telah mencela dunia, dan orang yang lebih mengutamakannya dibandingkan  Akhirat.  Sebagaimana makna firman-Nya,
"Sekali-kali janganlah demikian.  Sebenarnya kamu (Wahai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (lalai terhadap kehidupan) Akhirat."  
(QS. Al-Qiyamah;  20-21), dan
"Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan."  
(QS. Al-Fajr;  20), dan
"Dan sesungguhnya dia sangat bakhil, karena cintanya terhadap harta."  
(QS. Al-'Adiyat;  8)
Maka, bila Allah 'Azza wa Jalla telah mencela orang-orang yang mencintai dunia - hal ini menunjukkan pujian Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap orang-orang yang tidak mencintainya, bahkan mereka menolak, dan meninggalkannya.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda (artinya),
"Barangsiapa yang cita-citanya mendapatkan dunia, maka Allah 'Azza wa Jalla akan menjadikan urusannya berantakan.  Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kemiskinan senantiasa membayang di pelupuk matanya, serta dia hanya memperoleh sebagian dari dunia - sekedar apa yang telah ditakdirkan baginya.  Dan, barangsiapa yang niatnya (mencari) Akhirat, maka Allah 'Azza wa Jalla akan mengumpulkan urusannya - hatinya akan dijadikan merasa kaya - dan dunia datang kepadanya dengan tunduk."  (HR.  Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Jundub bin Abdillah rahimahullah berkata, "Cinta terhadap dunia adalah pangkal dari segala kesalahan."
Al-Hasan rahimahullah berkata,
"Barangsiapa mencintai dunia - yang menghela hatinya, maka cinta terhadap Akhirat akan keluar (hilang) dari hatinya."
'Aun bin Abdillah rahimahullah berkata,
"Dunia dan Akhirat di dalam hati seseorang bagaikan 2 (dua) buah piring timbangan, seberapa besar kelebihan berat salah satu nya - maka sebesar itu pulalah kekurangan yang lainnya."
Wahb bin Abdillah rahimahullah berkata,
"Hanyalah dunia dan Akhirat seperti seseorang yang memiliki dua isteri.  Bila ia membuat ridha salah satunya - maka akan membuat marah yang lainnya."
Yang perlu diperhatikan dalam pembahasan ini adalah, Zuhud terhadap dunia merupakan syi'ar para Nabi Allah 'Azza wa Jalla, para Wali, dan kekasih- Nya.
'Amr bin 'Ash rahimahullah berkata,
"Betapa jauhnya kalian dari petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.  Beliau adalah manusia yang paling Zuhud terhadap dunia, sedangkan kalian adalah manusia yang paling menyukai (rakus) terhadap dunia."
Abu Darda radhiyallahu 'anhu berkata,
"Seandainya kalian mau bersumpah kepadaku terhadap seseorang, bahwa dia adalah orang yang paling Zuhud di antara kalian, maka aku (berani) bersumpah kepada kalian bahwa dia adalah manusia yang terbaik di antara kalian."

oOo

(Disadur dari kitab, KHUSYU' DAN ZUHUD Sifat Mulia Hamba Ar-Rahman, Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Baghdadi Al-Hambali)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar