بسم الله الرحمان الرحيم
1. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah.
Pertanyaan; "Semoga Allah merahmati Anda, ya Syaikh... Kami mendengar tentang (Firqah) Tabligh dan dakwah yang mereka lakukan. Apakah Anda membolehkan saya untuk ikut serta dengan mereka? Saya mengharapkan bimbingan dan nasihat dari Anda. Semoga Allah memberi pahala kepada Anda."
Jawaban Syaikh; "Siapa yang mengajak kepada Allah adalah Muballigh, (sebagaimana Nabi bersabda, pent.), "Sampaikan dariku walau satu ayat."
Adapun Jama'ah (Firqah) Tabligh yang terkenal dari India itu - di dalamnya terdapat Khurafat-khurafat (tahayul), bid'ah-bid'ah, dan kesyirikan-kesyirikan. Maka, tidak boleh Khuruj (keluar berdakwah) bersama mereka. Kecuali bila ada 'ulama yang ikut bersama mereka untuk mengajari mereka dan menyadarkan mereka - maka ini tidak mengapa. Tetapi, bila untuk mendukung mereka, maka tidak diperbolehkan, karena mereka memiliki Khurafat dan Bid'ah. Dan, orang 'alim yang keluar bersama mereka hendaknya menyadarkan dan mengembalikan mereka ke jalan yang benar."
(Dari kaset, "Al-Qaulul Baligh")
Pertanyaan;. Para penuntut ilmu menanyakan kepada Anda, dan para 'ulama Kibar (Senior) lainnya tentang; Apakah Anda menyetujui bila mereka bergabung dengan kelompok yang ada seperti Ikhwanul (Muslimin), Tabligh, Kelompok Jihad (Mujahidin), dan lainnya, atau anda menyuruh mereka untuk belajar bersama para da'i Salaf yang mengajak kepada dakwah Salafiyah?"
Jawaban Syaikh; "Kita menasihati mereka semuanya untuk belajar bersama para Thalabul 'Ilmi (Penuntut Ilmu) lainnya, dan belajar di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Kita menasihati mereka semuanya agar bertujuan mengikuti Al-Kitab dan Sunnah, dan berjalan di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan, hendaklah mereka menjadi Ahlus Sunnah atau para pengikut Salafush Shalih. Adapun berhizb (berkelompok) dengan Ikhwanul Muslimin, Tablighi, atau yang lainnya, maka ini tidak boleh. Ini kekeliruan. Kita nasihati mereka agar menjadi satu jama'ah, dan bernisbah kepada Ahlussunah wal Jama'ah. Inilah jalan yang lurus untuk menyatukan langkah. Kalau ada berbagai nama, sedangkan semuanya di atas satu jalan, Dakwah Salafiyah - maka tidak mengapa, seperti yang ada di Shan'a, dan yang lainnya, tetapi yang penting tujuan dan jalan mereka satu."
(Dari kaset, "Al-Qaulul Baligh")
2. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah.
Pertanyaan; "Di sini ada pertanyaan, 'Apa pendapat anda tentang jama'ah (firqah) Tabligh, dan apakah ukuran Khuruj ada terdapat dalam Sunnah?
Jawaban Syaikh; "Pertanyaan ini adalah pertanyaan penting. Dan, aku memiliki jawaban yang ringkas, serta kalimat yang benar - Wajib untuk dikatakan.
Yang saya yakini bahwa Dakwah Tabligh adalah; Sufi Gaya Baru. Dakwah ini tidak berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Khuruj yang mereka lakukan dan mereka batasi dengan 3 (tiga) hari, 40 (empat puluh) hari, serta mereka berusaha menguatkannya dengan berbagai Nash, sebenarnya tidak memiliki kaitan dengan Nash secara mutlak.
Sebenarnya cukup bagi kita untuk bersandar kepada Salafush Shalih. Penyandaran ini adalah penyandaran yang benar. Tidak diperkenankan bagi seorang muslim untuk tidak bersandar kepadanya. Bersandar kepada Salafush Shalih - wajib diketahui hakikat ini - Bukanlah seperti bersandar terhadap seseorang (figur) yang dikatakan pemilik madzhab ini, atau kepada seorang Syaikh - yang dikatakan bahwa dia pemilik Madzhab ini, atau kepada seorang Syaikh yang dikatakan bahwa dia pemilik Tarikat ini, atau kepada seseorang yang dikatakan bahwa dia pemilik jama'ah tertentu.
Berintima' (bergabung) kepada Salaf adalah berintima' kepada sesuatu yang 'ishmah (terpelihara dari dosa). Dan berintima' kepada selain mereka adalah berintima' kepada yang tidak 'ishmah (Firqah mereka). Cukup bagi kita berintima' kepada Salaf.
Bahwa, mereka (Tablighi) datang membawa suatu tata tertib Khuruj untuk tabligh (penyampaian agama) menurut mereka. Itu tidak termasuk perbuatan Salaf, bahkan tidak termasuk perbuatan Khalaf, karena ini baru datang di masa kita, dan tidak diketahui di masa (lalu) yang panjang tadi, (sejak zaman para Salaf hingga para Khalaf).
Kemudian yang mengherankan, mereka mengatakan bahwa mereka Khuruj (keluar) untuk bertabligh, padahal mereka mengakui sendiri, bahwa mereka bukanlah orang yang pantas untuk memikul tugas tabligh (penyampaian agama) menurut mereka. Yang menyampaikan tabligh (penyampaian agama) adalah para 'ulama, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah - dengan mengutus utusan dari kalangan para Sahabatnya yang terbaik, yang tergolong 'Ulama mereka dan Fuqaha mereka - untuk mengajarkan Islam kepada manusia. Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) mengirim Ali sendirian, Abu Musa sendirian, dan Mu'adz sendirian. Tidak pernah Beliau mengirim para Sahabatnya dalam jumlah yang besar, padahal mereka adalah Sahabat. Karena mereka tidak memiliki ilmu seperti beberapa Sahabat (yang diutus) tadi. Maka, apa yang (akan) kita katakan terhadap orang yang ilmunya tidak ada apa-apanya - jika dibandingkan dengan Sahabat yang tidak dikirim Nabi, apalagi dibandingkan dengan para Sahabat yang 'alim seperti yang kita katakan tadi!? Sedangkan mereka (Firqah Tabligh) keluar berdakwah dengan jumlah puluhan, kadang-kadang ratusan. Dan ada (banyak) di antara mereka yang tidak berilmu, bahkan bukan (seorang) penuntut ilmu. Mereka hanya memiliki ilmu yang dicomot dari sana-sini. Adapun yang lainnya hanya orang awam saja (yang mereka ajak).
Di antara hikmah orang dulu ada yang berbunyi, "Sesuatu yang kosong tidak akan dapat memberi." Apa yang akan mereka sampaikan kepada manusia, padahal mereka mengaku Jama'ah Tabligh (penyampai agama)?
Kita menasihati mereka di Suriah dan Amman, agar duduk dan tinggal di negeri mereka - dan duduk mempelajari agama, khususnya mempelajari Aqidah Tauhid - dimana (tanpa ini) iman seorang mukmin tidak sah - bagaimana pun shalihnya dia, banyak shalat dan berpuasa, kecuali setelah mempelajari Aqidah (yang lurus).
Kita menasihati mereka agar tinggal di negeri mereka, dan membuat halaqah ilmu di sana, serta mempelajari ilmu yang bermanfaat dari para 'ulama sebagai pengganti khurujnya mereka kesana - kemari, yang kadang-kadang mereka pergi ke negeri kufur dan tersesat karena di sana banyak keharaman yang tidak samar bagi kita semua, yang akan memberi bekas kepada orang yang mengunjunginya, khususnya bagi pendatang baru, di sana mereka melihat banyak fitnah, sedangkan mereka tidak memiliki senjata (ilmu) untuk membentengi diri, untuk menegakkan Hujjah kepada manusia, mereka akan berhadapan khususnya dengan penduduk negeri itu yang ahli menggunakan bahasanya, sedangkan mereka (para tabligh) tidak mengerti tentang bahasa itu.
Dan, termasuk syarat tabligh adalah, hendaknya si penyampai agama mengetahui bahasa kaum itu, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rabb kita 'Azza wa Jalla dalam Al-Qur'an
و ما أرسلنا من رسول الا بلسان قومه ليبين لهم
"Wa maa arsalnaa min rasuwlin illaa bilisaani qawmihi liyubayyina lahum"
"Tidaklah kami mengutus seorang rasul, kecuali dengan lisan kaumnya - agar dia menerangkan kepada mereka."
(QS. Ibrahim; 4)
Maka, bagaimana mereka bisa menyampaikan ilmu, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki ilmu?! Dan, bagaimana mereka akan menyampaikan ilmu - sementara mereka tidak mengerti bahasa kaum itu?! Inilah, sebagai jawaban atas pertanyaan ini."
(Dari kaset, Al-Qaulul Baligh fir Radd 'ala Firqatit Tabligh)
3. Syaikh Hummud At-Tuwaijiri rahimahullah
"Adapun ucapan penanya, 'Apakah aku menasihatinya untuk ikut Khuruj bersama orang-orang Tabligh di dalam negeri ini (Saudi), atau di luar (Saudi)?'"
Jawaban Syaikh; "Saya menasihati penanya dan yang lainnya - yang menginginkan agamanya selamat dari noda-noda Kesyirikan, Ghuluw (berlebih-lebihan), Bid'ah, dan Khurafat (Tahayul) agar tidak bergabung dengan orang-orang Tabligh, dan ikut Khuruj (keluar berdakwah) bersama mereka. Apakah itu di Saudi atau di luar Saudi. Karena hukum yang paling ringan terhadap orang Tabligh adalah; Mereka Ahlul Bid'ah, sesat, dan bodoh dalam agama mereka serta pengamalannya. Maka, orang-orang yang seperti ini keadaannya - tidak diragukan lagi, bahwa menjauhi mereka adalah sikap yang selamat.
Sungguh sangat indah apa yang dikatakan seorang penyair
Janganlah engkau berteman dengan teman yang bodoh
Berhati-hatilah engkau darinya
Betapa banyak orang bodoh yang merusak seseorang yang baik ketika berteman dengannya."
(Al-Qaulul Baligh, Syaikh Hummud At-Tuwaijiri, hal. 30)
4. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah
Setelah membawakan pendirian beliau terhadap Ikhwanul Muslimin (kelompok sempalan lainnya), beliau berkata,
"Adapun Jama'ah Tabligh, silahkan engkau membaca apa yang dituturkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Washabi, ia berkata,
'1. Mereka mengamalkan hadits-hadits dha'if (lemah), bahkan maudhu' (palsu), serta laa ashla lahu (tidak jelas asal-usulnya).
2. Tauhid mereka penuh dengan bid'ah, bahkan dakwah mereka berdasarkan bid'ah. Karena dakwah mereka berlandaskan Al-Fakra (kefakiran), yaitu Khuruj (keluar berdakwah). Dan, hal ini diharuskan di setiap bulan selama 3 (tiga) hari, setiap tahunnya 40 (empat puluh) hari, dan seumur hidup selama 4 (empat) bulan. Dan, setiap dua pekan 2 (dua) Jaulah... Jaulah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya, dan (Jaulah) yang kedua berpindah-pindah. Di setiap hari ada 2 (dua) halaqah. Halaqah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya, yang kedua di rumah. Mereka tidak senang kepada seseorang kecuali bila dia mengikuti mereka. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah bid'ah dalam agama yang tidak diperbolehkan Allah Ta'ala.
3. Mereka berpendapat, bahwa dakwah kepada Tauhid (hanya) akan memecah belah umat saja.
4. Mereka berpendapat, bahwa dakwah kepada Sunnah juga (akan) memecah belah umat.
5. Pemimpin mereka berkata dengan tegas bahwa, 'Bid'ah yang bisa mengumpulkan manusia lebih baik daripada Sunnah yang memecah belah ummat.'
6. Mereka menyuruh manusia agar tidak menuntut ilmu yang bermanfaat - secara isyarat maupun terang-terangan.
7. Mereka berpendapat, bahwa manusia tidak (akan) bisa selamat - kecuali dengan (mengikuti) cara mereka. Dan, mereka membuat permisalan dengan perahu Nabi Nuh 'alaihissalam - siapa yang naik akan selamat, dan siapa yang enggan akan hancur. Mereka berkata, 'Sesungguhnya, dakwah kita seperti perahu Nabi Nuh.' Ini saya dengar dengan telinga saya sendiri di Urdun (Yordania), dan Yaman.
8. Mereka tidak menaruh perhatian terhadap Tauhid Uluhiyah (Tauhid dalam Peribadatan), dan Asma wa Sifat (Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah).
9. Mereka tidak mau menuntut ilmu, dan berpendapat bahwa waktu yang digunakan untuk itu hanya sia-sia belaka.' (Dinukil dari kitab, Hadzihi Da'watuna wa Aqidatuna, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i, hal. 15 - 17).
5. Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah
"Saya tidak pernah Khuruj bersama mereka (Firqah Tabligh), tetapi saya pergi untuk suatu keperluan, yakni ke Kashmir. Setelah selesai dari pekerjaan ini saya melewati Delhi (India). Maka, ada yang mengatakan kepadaku, "Mari kita singgah ke suatu tempat untuk dikunjungi, ke markas Tabligh - yaitu di Nizamuddin."
Nizamuddin ini adalah masjid yang dekat dengan markas Jama'ah Tabligh. Di dalamnya terdapat 5 (lima) kuburan yang diberi kubah. Yakni kuburan yang disembah, bukan menyembah kepada Allah. Ini ibadah yang jelas-jelas syirik. Maka, kami melewati "monumen" ini, kemudian kami singgah ke markas Tabligh. Orang-orang berselisih - apakah di dalamnya terdapat kuburan atau tidak.
Maka, Abdurrab bertanya, ini adalah orang yang saya ceritakan tadi, 'Apakah di dalam masjid Tabligh ini ada kuburan?" Yang cerdas di kalangan mereka berkata, "Tidak, di sini tidak ada kuburan!" "Kuburan Ilyas di Mekkah, atau di tempat ini, atau itu yang jauh," maka dia terus-menerus bertanya - hingga ada seseorang yang menunjukkan atau mengabarkan, bahwa di sana ada kuburan Ilyas, dan di sebelahnya kuburan isterinya. Kemudian Al-Akh Abdurrab pergi menuju kedua kuburan itu dan mencari-carinya, setelah ketemu dia datang kepada kami sembari berkata, "Mari saya tunjukkan kepada kalian dua buah kuburannya." Maka, kami melihat, ini kuburan Ilyas, dan ini kuburan isterinya - yang keduanya terdapat di dalam masjid.
Kemudian, setelah itu kami pastikan bahwa di dalamnya terdapat 4 (empat) kuburan, tidak hanya 2 (dua) kuburan. Kami memastikannya melalui orang-orang yang dapat dipercaya - yang telah berjalan bersama Tabligh bertahun-tahun.
Tidak akan berkumpul masjid dan kuburan (di satu tempat) dalam agama Islam. Akan tetapi, mereka ini karena kesufiannya, kebodohannya terhadap Manhaj dakwah para Nabi, jauh darinya dan meremehkannya. Mereka menguburkan para gurunya di masjid, padahal para 'ulama telah mengatakan, "Bahwa, shalat di dalam masjid yang terdapat kuburan atau beberapa kuburan - tidak sah. Saya (pernah) bertanya tentang hal ini kepada Syaikh Bin Baz. Sebenarnya saya tahu tentang hal ini dan juga para Thalabul 'Ilmi (penuntut ilmu), bahwa shalat di dalam masjid yang terdapat kuburan, atau beberapa kuburan - shalatnya tidak sah. Maka, saya tanyakan kepada Syaikh Bin Baz - agar para hadirin mendengar jawabannya. Saya katakan, "Apa pendapat anda Syaikh, tentang masjid yang terdapat kuburan di dalamnya, apakah sah shalat di dalamnya?" Beliau menjawab, "Tidak!" Saya katakan; "Di dalamnya terdapat banyak kuburan?" Beliau mengatakan, "Terlebih-lebih lagi demikian!" Saya katakan, "Kuburannya bukan di arah kiblat masjid, tetapi di sebelah kiri dan kanannya!" Beliau menjawab, "Walaupun demikian, tetap tidak sah."
Saya katakan kepada beliau, "Bahwa, masjid induk Tabligh di dalamnya ada beberapa kuburan." Maka, beliau menjawab, "Tetap shalatnya tidak sah!"
Sangat disayangkan sekali, bahwa kelompok ini telah bergerak (tersebar) di dunia, tetapi beginilah keadaannya - tidak mengajak kepada Tauhid, tidak membasmi Syirik, dan tidak membasmi jalan-jalan menuju Kesyirikan. Mereka terus berjalan dengan melewati beberapa kurun dan generasi - tetap dengan dakwah seperti ini. Tidak mau berbicara tentang Tauhid, memerangi Kesyirikan, dan tidak membolehkan para pengikutnya melaksanakan kewajiban ini. Ini merupakan suatu hal yang telah diketahui di kalangan mereka.
Maka, kita meminta kepada mereka agar kembali kepada Allah, dan mempelajari Manhaj Dakwah para Nabi, juga kepada jamaah lainnya.
Kenapa demikian, wahai saudara-saudara? Karena, bila ada yang berdakwah mengajak kepada shalat, orang akan berkata (menanggapi), "Silahkan." Tidak ada yang melarang, mereka tidak akan khawatir. Akan tetapi, coba seandainya mereka mengatakan, "Berdo'a kepada selain Allah itu adalah perbuatan syirik! Membangun kuburan haram hukumnya! Menyembelih untuk selain Allah adalah syirik!" Maka, mereka akan marah.
Ada seorang pemuda yang berkhutbah di suatu masjid tentang Persatuan, Akhlak, Perekonomian, Dekadensi moral, dan yang lainnya. Orang-orang semuanya (menanggapi), "Ma syaa Allah," berkumpul dan mendengarkannya. Kami katakan kepadanya, "Ya akhiy, jazakallahu khairan, khutbah anda sangat baik, tetapi orang-orang yang berada di hadapanmu ini tidak mengenal tentang Tauhid, mereka terjatuh ke dalam Kesyirikan dan Bid'ah, maka terangkanlah kepada mereka tentang Manhaj Dakwah para Nabi 'alaihimus shalatu wassalam!" Maka, ketika dia mulai berbicara - merekapun mulai bersungguh-sungguh. Ketika dia terus berbicara, merekapun semakin jengkel. Maka, ketika yang ketiga kalinya - ada sekelompok orang yang ada di masjid bangkit dan memukulnya! Maka, dia datang kepadaku sambil menangis. Dia berkata, 'Aku habis bertengkar dengan mereka, mereka memukuliku!' Maka, aku katakan kepadanya, 'Sekarang engkau telah berjalan di atas Manhaj Dakwah para Nabi. Bila engkau tetap seperti dulu bertahun-tahun - engkau tidak akan berselisih (bertengkar) dengan seorang pun."
Dari sinilah sekelompok yang ada ini bergerak, mereka memerangi bagian ini (Kesyirikan). Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda,
اشد الناس بلاء الانبياء ثم الأمثل فا الامثل
"Seberat-beratnya manusia yang diberi cobaan adalah para Nabi, kemudian yang selanjutnya, kemudian yang selanjutnya."
Karena mereka menghadapi berbagai gangguan yang hanya Allah saja yang tahu tentang kerasnya gangguan itu, ketika mereka berdakwah kepada Tauhid, dan memberantas Kesyirikan - malah disakiti.
Bila dakwah Ikhwan (Muslimin) dan Tabligh disenangi oleh manusia karena meremehkan sisi ini (Tauhidullah). Akan tetapi, bila aku berkhutbah di masjid seperti ini - sedikit sekali yang mau mendengarku, dan menerima dakwahku, kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah. Bila aku berdakwah mengajak shalat, mereka akan berkata, "Silahkan." Tetapi, bila aku berdakwah untuk bertauhid, dan memerangi Kesyirikan, semuanya akan lari dan merasa asing. Inilah Dakwah para Nabi.
Inilah yang menjadi dasar kenapa mereka menjadi manusia yang paling banyak gangguannya.
Saat ini, para Salafiyun, para da'i yang menyeru kepada Tauhid - keadaan mereka dikaburkan oleh manusia, karena banyaknya fitnah, kebohongan-kebohongan, dan tuduhan-tuduhan dusta yang ditujukan kepada mereka. Mengapa? Karena mereka mengajak untuk mentauhidkan Allah (Tauhidullah)!
Kelompok ini tidak bisa masuk ke dalam Medan ini, karena mereka takut pada bagian ini. Akan tetapi, mereka akan ditanya di hadapan Allah.
Demi Allah, telah datang kepada kami seseorang atau sekelompok Tabligh di Benares, di sebuah rumah yang saya tempati bersama Syaikh Shalih Al-Iraqi. Mereka berkata, "Kami mendengar kalian datang, kami sangat senang. Maka, kami datang mengunjungi kalian - agar kalian ikut bersama kami berdakwah kepada Allah. Dan, tempat kami adalah masjid ini. Maka kami juga gembira, dan mendatangi masjid itu. Ternyata masjid itu tempatnya Tarikat Berelwian. Mereka adalah para penyembah berhala, dan sangat keterlaluan dalam penyembahan itu.
Mereka meyakini, bahwa para wali bisa mengetahui perkara yang ghaib, dan mengatur Alam Semesta. Mereka membolehkan untuk bernadzar, menyembelih, sujud, dan ruku' kepada kuburan. Singkat kata, mereka adalah golongan penyembah berhala.
Maka, Syaikh Shalih pergi - dan bersama kami ada seorang penerjemah, yang bernama Abdul Alim, sekarang dia ada di Rabithah Al-Alam Islami. Kami bawa orang ini untuk menerjemahkan ucapan Syaikh. Maka, Syaikh pun berbicara. Setiap selesai berbicara beliau melihat kepenerjemah agar diterjemahkan. Maka, penerjemah pun bergerak. Ternyata pemimpin Tabligh melihat dan berkata, "Tunggu, saya yang akan menerjemahkan." Maka, Syaikh terus berbicara, tetapi tidak ada seorang pun yang menerjemahkan, hingga ceramahnya selesai. Ketika selesai acara itu dia mengucapkan salam, dan malah pergi.
Maka, kami tetap di situ menunggu penerjemah. Dia berkata, "Saya ada keperluan, biar orang ini yang menerjemahkan." Maka, kami shalat Isya' sambil menunggu terjemahan ceramah itu, tetapi tidak kunjung diterjemahkan. Maka, saya temui lagi orang itu dan mengatakan, "Ya akhi, kami datang ke tempat kalian ini bukan untuk main-main. Semula, kalian meminta kepada kami untuk ikut serta bersama kalian berdakwah, maka kamipun datang menyambut ajakan kalian. Dan, Syaikh tadi telah berbicara, ketika penerjemah akan menerjemahkan engkau malah melarangnya, dan engkau berjanji akan menerjemahkannya - tetapi engkau tidak melakukannya sedikitpun. Maka, ia berkata, "Ya akhi, engkau tahu?! Masjid ini milik Khurafiyyin! Kalau kita berbicara tentang Tauhid, mereka akan mengusir kita dari masjid ini. Maka saya katakan, "Ya akhi, apakah seperti ini dakwah para Nabi? Ya akhi, dakwah kalian sekarang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kalian pergi ke Amerika, Iran, dan Asia, kalian tidak akan dapati sedikitpun perlawanan selama-lamanya. Apakah seperti ini dakwah para Nabi? Seluruh manusia menerima dan menghormatinya? Dakwah para Nabi padanya ada pertempuran, darah, kesusahan-kesusahan, dan lain-lain. Bila engkau diusir dari suatu masjid, berdakwahlah di masjid lain, atau di jalan-jalan, atau di hotel-hotel. Katakanlah kalimat yang Haq, dan tinggalkan (wariskan). Rasul saja diusir dari Mekkah karena sebab dakwah ini." Kemudian saya tanya, "Sudah berapa lama dakwah ini berjalan?" Dia berkata, "Belum 30 (tigapuluh) tahun". Saya katakan, "Kalian telah menyebar di India, Utara, dan Selatan. Dan, engkau menyaksikan fenomena Kesyirikan di hadapanmu, dan telah meninggal berjuta-juta orang. Sudah berapa juta orang yang meninggal selama itu dalam keadaan berada di atas Kesesatan, Kesyirikan, dan Bid'ah yang telah kalian sebarkan ini? Dan, engkau belum menerangkan (menjelaskan kekeliruan) itu pada mereka! Apakah engkau tidak merasa - kalau engkau akan ditanya dihadapan Allah - karena engkau menyembunyikan kebenaran ini? Dan, tidak menyampaikannya kepada para hamba Allah?! Diapun terdiam, maka kami pun permisi dan keluar.
Mereka menyembunyikan kebenaran yang dinyatakan dalam Al-Qur'an. Dan, mereka tidak menegakkan panji-panji Tauhid, dan tidak mau menyatakan perang terhadap Kesyirikan, dan Bid'ah. Mereka ini terkena ayat Allah (artinya),
"Sesungguhnya, orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas), dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah, dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat."
Maka, bagaimana mereka bisa menyampaikan ilmu, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki ilmu?! Dan, bagaimana mereka akan menyampaikan ilmu - sementara mereka tidak mengerti bahasa kaum itu?! Inilah, sebagai jawaban atas pertanyaan ini."
(Dari kaset, Al-Qaulul Baligh fir Radd 'ala Firqatit Tabligh)
3. Syaikh Hummud At-Tuwaijiri rahimahullah
"Adapun ucapan penanya, 'Apakah aku menasihatinya untuk ikut Khuruj bersama orang-orang Tabligh di dalam negeri ini (Saudi), atau di luar (Saudi)?'"
Jawaban Syaikh; "Saya menasihati penanya dan yang lainnya - yang menginginkan agamanya selamat dari noda-noda Kesyirikan, Ghuluw (berlebih-lebihan), Bid'ah, dan Khurafat (Tahayul) agar tidak bergabung dengan orang-orang Tabligh, dan ikut Khuruj (keluar berdakwah) bersama mereka. Apakah itu di Saudi atau di luar Saudi. Karena hukum yang paling ringan terhadap orang Tabligh adalah; Mereka Ahlul Bid'ah, sesat, dan bodoh dalam agama mereka serta pengamalannya. Maka, orang-orang yang seperti ini keadaannya - tidak diragukan lagi, bahwa menjauhi mereka adalah sikap yang selamat.
Sungguh sangat indah apa yang dikatakan seorang penyair
Janganlah engkau berteman dengan teman yang bodoh
Berhati-hatilah engkau darinya
Betapa banyak orang bodoh yang merusak seseorang yang baik ketika berteman dengannya."
(Al-Qaulul Baligh, Syaikh Hummud At-Tuwaijiri, hal. 30)
4. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i rahimahullah
Setelah membawakan pendirian beliau terhadap Ikhwanul Muslimin (kelompok sempalan lainnya), beliau berkata,
"Adapun Jama'ah Tabligh, silahkan engkau membaca apa yang dituturkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Washabi, ia berkata,
'1. Mereka mengamalkan hadits-hadits dha'if (lemah), bahkan maudhu' (palsu), serta laa ashla lahu (tidak jelas asal-usulnya).
2. Tauhid mereka penuh dengan bid'ah, bahkan dakwah mereka berdasarkan bid'ah. Karena dakwah mereka berlandaskan Al-Fakra (kefakiran), yaitu Khuruj (keluar berdakwah). Dan, hal ini diharuskan di setiap bulan selama 3 (tiga) hari, setiap tahunnya 40 (empat puluh) hari, dan seumur hidup selama 4 (empat) bulan. Dan, setiap dua pekan 2 (dua) Jaulah... Jaulah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya, dan (Jaulah) yang kedua berpindah-pindah. Di setiap hari ada 2 (dua) halaqah. Halaqah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya, yang kedua di rumah. Mereka tidak senang kepada seseorang kecuali bila dia mengikuti mereka. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah bid'ah dalam agama yang tidak diperbolehkan Allah Ta'ala.
3. Mereka berpendapat, bahwa dakwah kepada Tauhid (hanya) akan memecah belah umat saja.
4. Mereka berpendapat, bahwa dakwah kepada Sunnah juga (akan) memecah belah umat.
5. Pemimpin mereka berkata dengan tegas bahwa, 'Bid'ah yang bisa mengumpulkan manusia lebih baik daripada Sunnah yang memecah belah ummat.'
6. Mereka menyuruh manusia agar tidak menuntut ilmu yang bermanfaat - secara isyarat maupun terang-terangan.
7. Mereka berpendapat, bahwa manusia tidak (akan) bisa selamat - kecuali dengan (mengikuti) cara mereka. Dan, mereka membuat permisalan dengan perahu Nabi Nuh 'alaihissalam - siapa yang naik akan selamat, dan siapa yang enggan akan hancur. Mereka berkata, 'Sesungguhnya, dakwah kita seperti perahu Nabi Nuh.' Ini saya dengar dengan telinga saya sendiri di Urdun (Yordania), dan Yaman.
8. Mereka tidak menaruh perhatian terhadap Tauhid Uluhiyah (Tauhid dalam Peribadatan), dan Asma wa Sifat (Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah).
9. Mereka tidak mau menuntut ilmu, dan berpendapat bahwa waktu yang digunakan untuk itu hanya sia-sia belaka.' (Dinukil dari kitab, Hadzihi Da'watuna wa Aqidatuna, Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i, hal. 15 - 17).
5. Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah
"Saya tidak pernah Khuruj bersama mereka (Firqah Tabligh), tetapi saya pergi untuk suatu keperluan, yakni ke Kashmir. Setelah selesai dari pekerjaan ini saya melewati Delhi (India). Maka, ada yang mengatakan kepadaku, "Mari kita singgah ke suatu tempat untuk dikunjungi, ke markas Tabligh - yaitu di Nizamuddin."
Nizamuddin ini adalah masjid yang dekat dengan markas Jama'ah Tabligh. Di dalamnya terdapat 5 (lima) kuburan yang diberi kubah. Yakni kuburan yang disembah, bukan menyembah kepada Allah. Ini ibadah yang jelas-jelas syirik. Maka, kami melewati "monumen" ini, kemudian kami singgah ke markas Tabligh. Orang-orang berselisih - apakah di dalamnya terdapat kuburan atau tidak.
Maka, Abdurrab bertanya, ini adalah orang yang saya ceritakan tadi, 'Apakah di dalam masjid Tabligh ini ada kuburan?" Yang cerdas di kalangan mereka berkata, "Tidak, di sini tidak ada kuburan!" "Kuburan Ilyas di Mekkah, atau di tempat ini, atau itu yang jauh," maka dia terus-menerus bertanya - hingga ada seseorang yang menunjukkan atau mengabarkan, bahwa di sana ada kuburan Ilyas, dan di sebelahnya kuburan isterinya. Kemudian Al-Akh Abdurrab pergi menuju kedua kuburan itu dan mencari-carinya, setelah ketemu dia datang kepada kami sembari berkata, "Mari saya tunjukkan kepada kalian dua buah kuburannya." Maka, kami melihat, ini kuburan Ilyas, dan ini kuburan isterinya - yang keduanya terdapat di dalam masjid.
Kemudian, setelah itu kami pastikan bahwa di dalamnya terdapat 4 (empat) kuburan, tidak hanya 2 (dua) kuburan. Kami memastikannya melalui orang-orang yang dapat dipercaya - yang telah berjalan bersama Tabligh bertahun-tahun.
Tidak akan berkumpul masjid dan kuburan (di satu tempat) dalam agama Islam. Akan tetapi, mereka ini karena kesufiannya, kebodohannya terhadap Manhaj dakwah para Nabi, jauh darinya dan meremehkannya. Mereka menguburkan para gurunya di masjid, padahal para 'ulama telah mengatakan, "Bahwa, shalat di dalam masjid yang terdapat kuburan atau beberapa kuburan - tidak sah. Saya (pernah) bertanya tentang hal ini kepada Syaikh Bin Baz. Sebenarnya saya tahu tentang hal ini dan juga para Thalabul 'Ilmi (penuntut ilmu), bahwa shalat di dalam masjid yang terdapat kuburan, atau beberapa kuburan - shalatnya tidak sah. Maka, saya tanyakan kepada Syaikh Bin Baz - agar para hadirin mendengar jawabannya. Saya katakan, "Apa pendapat anda Syaikh, tentang masjid yang terdapat kuburan di dalamnya, apakah sah shalat di dalamnya?" Beliau menjawab, "Tidak!" Saya katakan; "Di dalamnya terdapat banyak kuburan?" Beliau mengatakan, "Terlebih-lebih lagi demikian!" Saya katakan, "Kuburannya bukan di arah kiblat masjid, tetapi di sebelah kiri dan kanannya!" Beliau menjawab, "Walaupun demikian, tetap tidak sah."
Saya katakan kepada beliau, "Bahwa, masjid induk Tabligh di dalamnya ada beberapa kuburan." Maka, beliau menjawab, "Tetap shalatnya tidak sah!"
Sangat disayangkan sekali, bahwa kelompok ini telah bergerak (tersebar) di dunia, tetapi beginilah keadaannya - tidak mengajak kepada Tauhid, tidak membasmi Syirik, dan tidak membasmi jalan-jalan menuju Kesyirikan. Mereka terus berjalan dengan melewati beberapa kurun dan generasi - tetap dengan dakwah seperti ini. Tidak mau berbicara tentang Tauhid, memerangi Kesyirikan, dan tidak membolehkan para pengikutnya melaksanakan kewajiban ini. Ini merupakan suatu hal yang telah diketahui di kalangan mereka.
Maka, kita meminta kepada mereka agar kembali kepada Allah, dan mempelajari Manhaj Dakwah para Nabi, juga kepada jamaah lainnya.
Kenapa demikian, wahai saudara-saudara? Karena, bila ada yang berdakwah mengajak kepada shalat, orang akan berkata (menanggapi), "Silahkan." Tidak ada yang melarang, mereka tidak akan khawatir. Akan tetapi, coba seandainya mereka mengatakan, "Berdo'a kepada selain Allah itu adalah perbuatan syirik! Membangun kuburan haram hukumnya! Menyembelih untuk selain Allah adalah syirik!" Maka, mereka akan marah.
Ada seorang pemuda yang berkhutbah di suatu masjid tentang Persatuan, Akhlak, Perekonomian, Dekadensi moral, dan yang lainnya. Orang-orang semuanya (menanggapi), "Ma syaa Allah," berkumpul dan mendengarkannya. Kami katakan kepadanya, "Ya akhiy, jazakallahu khairan, khutbah anda sangat baik, tetapi orang-orang yang berada di hadapanmu ini tidak mengenal tentang Tauhid, mereka terjatuh ke dalam Kesyirikan dan Bid'ah, maka terangkanlah kepada mereka tentang Manhaj Dakwah para Nabi 'alaihimus shalatu wassalam!" Maka, ketika dia mulai berbicara - merekapun mulai bersungguh-sungguh. Ketika dia terus berbicara, merekapun semakin jengkel. Maka, ketika yang ketiga kalinya - ada sekelompok orang yang ada di masjid bangkit dan memukulnya! Maka, dia datang kepadaku sambil menangis. Dia berkata, 'Aku habis bertengkar dengan mereka, mereka memukuliku!' Maka, aku katakan kepadanya, 'Sekarang engkau telah berjalan di atas Manhaj Dakwah para Nabi. Bila engkau tetap seperti dulu bertahun-tahun - engkau tidak akan berselisih (bertengkar) dengan seorang pun."
Dari sinilah sekelompok yang ada ini bergerak, mereka memerangi bagian ini (Kesyirikan). Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda,
اشد الناس بلاء الانبياء ثم الأمثل فا الامثل
"Seberat-beratnya manusia yang diberi cobaan adalah para Nabi, kemudian yang selanjutnya, kemudian yang selanjutnya."
Karena mereka menghadapi berbagai gangguan yang hanya Allah saja yang tahu tentang kerasnya gangguan itu, ketika mereka berdakwah kepada Tauhid, dan memberantas Kesyirikan - malah disakiti.
Bila dakwah Ikhwan (Muslimin) dan Tabligh disenangi oleh manusia karena meremehkan sisi ini (Tauhidullah). Akan tetapi, bila aku berkhutbah di masjid seperti ini - sedikit sekali yang mau mendengarku, dan menerima dakwahku, kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah. Bila aku berdakwah mengajak shalat, mereka akan berkata, "Silahkan." Tetapi, bila aku berdakwah untuk bertauhid, dan memerangi Kesyirikan, semuanya akan lari dan merasa asing. Inilah Dakwah para Nabi.
Inilah yang menjadi dasar kenapa mereka menjadi manusia yang paling banyak gangguannya.
Saat ini, para Salafiyun, para da'i yang menyeru kepada Tauhid - keadaan mereka dikaburkan oleh manusia, karena banyaknya fitnah, kebohongan-kebohongan, dan tuduhan-tuduhan dusta yang ditujukan kepada mereka. Mengapa? Karena mereka mengajak untuk mentauhidkan Allah (Tauhidullah)!
Kelompok ini tidak bisa masuk ke dalam Medan ini, karena mereka takut pada bagian ini. Akan tetapi, mereka akan ditanya di hadapan Allah.
Demi Allah, telah datang kepada kami seseorang atau sekelompok Tabligh di Benares, di sebuah rumah yang saya tempati bersama Syaikh Shalih Al-Iraqi. Mereka berkata, "Kami mendengar kalian datang, kami sangat senang. Maka, kami datang mengunjungi kalian - agar kalian ikut bersama kami berdakwah kepada Allah. Dan, tempat kami adalah masjid ini. Maka kami juga gembira, dan mendatangi masjid itu. Ternyata masjid itu tempatnya Tarikat Berelwian. Mereka adalah para penyembah berhala, dan sangat keterlaluan dalam penyembahan itu.
Mereka meyakini, bahwa para wali bisa mengetahui perkara yang ghaib, dan mengatur Alam Semesta. Mereka membolehkan untuk bernadzar, menyembelih, sujud, dan ruku' kepada kuburan. Singkat kata, mereka adalah golongan penyembah berhala.
Maka, Syaikh Shalih pergi - dan bersama kami ada seorang penerjemah, yang bernama Abdul Alim, sekarang dia ada di Rabithah Al-Alam Islami. Kami bawa orang ini untuk menerjemahkan ucapan Syaikh. Maka, Syaikh pun berbicara. Setiap selesai berbicara beliau melihat kepenerjemah agar diterjemahkan. Maka, penerjemah pun bergerak. Ternyata pemimpin Tabligh melihat dan berkata, "Tunggu, saya yang akan menerjemahkan." Maka, Syaikh terus berbicara, tetapi tidak ada seorang pun yang menerjemahkan, hingga ceramahnya selesai. Ketika selesai acara itu dia mengucapkan salam, dan malah pergi.
Maka, kami tetap di situ menunggu penerjemah. Dia berkata, "Saya ada keperluan, biar orang ini yang menerjemahkan." Maka, kami shalat Isya' sambil menunggu terjemahan ceramah itu, tetapi tidak kunjung diterjemahkan. Maka, saya temui lagi orang itu dan mengatakan, "Ya akhi, kami datang ke tempat kalian ini bukan untuk main-main. Semula, kalian meminta kepada kami untuk ikut serta bersama kalian berdakwah, maka kamipun datang menyambut ajakan kalian. Dan, Syaikh tadi telah berbicara, ketika penerjemah akan menerjemahkan engkau malah melarangnya, dan engkau berjanji akan menerjemahkannya - tetapi engkau tidak melakukannya sedikitpun. Maka, ia berkata, "Ya akhi, engkau tahu?! Masjid ini milik Khurafiyyin! Kalau kita berbicara tentang Tauhid, mereka akan mengusir kita dari masjid ini. Maka saya katakan, "Ya akhi, apakah seperti ini dakwah para Nabi? Ya akhi, dakwah kalian sekarang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kalian pergi ke Amerika, Iran, dan Asia, kalian tidak akan dapati sedikitpun perlawanan selama-lamanya. Apakah seperti ini dakwah para Nabi? Seluruh manusia menerima dan menghormatinya? Dakwah para Nabi padanya ada pertempuran, darah, kesusahan-kesusahan, dan lain-lain. Bila engkau diusir dari suatu masjid, berdakwahlah di masjid lain, atau di jalan-jalan, atau di hotel-hotel. Katakanlah kalimat yang Haq, dan tinggalkan (wariskan). Rasul saja diusir dari Mekkah karena sebab dakwah ini." Kemudian saya tanya, "Sudah berapa lama dakwah ini berjalan?" Dia berkata, "Belum 30 (tigapuluh) tahun". Saya katakan, "Kalian telah menyebar di India, Utara, dan Selatan. Dan, engkau menyaksikan fenomena Kesyirikan di hadapanmu, dan telah meninggal berjuta-juta orang. Sudah berapa juta orang yang meninggal selama itu dalam keadaan berada di atas Kesesatan, Kesyirikan, dan Bid'ah yang telah kalian sebarkan ini? Dan, engkau belum menerangkan (menjelaskan kekeliruan) itu pada mereka! Apakah engkau tidak merasa - kalau engkau akan ditanya dihadapan Allah - karena engkau menyembunyikan kebenaran ini? Dan, tidak menyampaikannya kepada para hamba Allah?! Diapun terdiam, maka kami pun permisi dan keluar.
Mereka menyembunyikan kebenaran yang dinyatakan dalam Al-Qur'an. Dan, mereka tidak menegakkan panji-panji Tauhid, dan tidak mau menyatakan perang terhadap Kesyirikan, dan Bid'ah. Mereka ini terkena ayat Allah (artinya),
"Sesungguhnya, orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas), dan petunjuk, setelah Kami menerangkan kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah, dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat."
(QS. Al-Baqarah; 159)
Apa yang mereka dapatkan bila mereka menyembunyikan kebenaran yang paling nyata?! Dan, hal yang paling besar (Tauhidullah), dimana bukti-bukti itu berdiri di atasnya? Bukti-bukti yang paling besar itu adalah ayat-ayat Tauhid. Dakwah paling besar yang dilakukan oleh para Nabi dalam Al-Qur'an adalah Tauhid, dan yang paling buruk adalah Syirik dan Bid'ah. Al-Qur'an dan Sunnah telah memeranginya. Kemudian mereka malah merestui dan bersama-sama dengan Kesyirikan.
Bila mereka tidak dihisab karena telah menyembunyikan ayat-ayat Tauhid, maka siapa lagi yang akan dihisab?
Kita berharap kepada Allah, agar menjadi orang yang menolong agama ini dan menasihati kaum muslimin. Dan, supaya Allah menjauhkan kita dari sifat menipu dalam agama, karena membiarkan Bid'ah dan Syirik adalah penipuan yang paling besar. Tidak ada penipuan yang bisa menyaingi penipuan ini.
Kalau menipu manusia dalam perdagangan saja Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) berlepas tangan, maka bagaimana halnya bila menipu dalam agama? Bagaimana engkau bisa diam terhadap Kesyirikan dan Bid'ah? Engkau merusak Aqidah kaum muslimin dan masyarakat mereka. Kemudian engkau mengatakan, "Kita semua adalah kaum muslimin, bersaudara, dan engkau tidak menerangkan mana yang Haq, dan mana yang Bathil?
Kita memohon kepada Allah, agar Dia menjaga kita dari penyakit ini."
(Dari kaset, Al-Qaulul Baligh)
6. Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al- Abbad hafizhahullah.
Pertanyaan; "Syaikh... Di sana ada kelompok-kelompok Bid'ah, seperti Ikhwan dan Tabligh, serta yang lainnya. Apakah kelompok ini termasuk Ahlus Sunnah? Dan, apa nasihat anda tentang masalah ini?
Jawaban Syaikh; "Kelompok-kelompok ini... Telah diketahui, bahwa yang selamat adalah seperti yang telah saya terangkan tadi, yaitu bila sesuai (mencocoki) Rasulullah dan para Sahabatnya, yang mana Beliau berkata ketika ditanya tentang Al-Firqatun Najiyah; "Yang aku, dan para Sahabatku berada di atasnya."
Firqah-firqah baru dan beragam ini, pertama kali; Bid'ah. Karena, lahirnya di abad 14, sebelum abad 14 itu mereka tidak ada, masih di alam kematian. Dan, dilahirkan di abad 14.
Adapun Manhaj yang lurus, dan Shirathal Mustaqim, lahirnya atau asalnya adalah sejak diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Maka, siapa yang mengikuti ini - dialah yang selamat dan berhasil. Adapun yang meninggalkan, berarti dia menyimpang. Firqah-firqah itu telah diketahui, bahwa padanya ada Kebenaran dan Kesalahan, akan tetapi kesalahan-kesalahannya besar sekali - maka sangat dikhawatirkan.
Hendaknya mereka diberi semangat untuk mengikuti Jama'ah, yakni Ahlussunah wal Jama'ah, dan yang berada di atas jalan Salaf ummat ini, serta yang mentakwil menurut apa yang datang dari Rasulullah, bukan yang datang dari Fulan dan Fulan, menurut Tarikat-tarikat yang ada di abad 14 H. Maka, kedua kelompok yang tadi disinggung adanya hanya di abad 14 H. Mereka berpegang dan berjalan di atas jalan-jalan dan Manhaj tersebut. Mereka tidak berpegang dengan dalil-dalil dari Al-Kitab dan Sunnah, tetapi dengan pendapat-pendapat, pemikiran-pemikiran, dan manhaj-manhaj yang baru, dan Bid'ah yang mereka bangun jalan dan manhaj mereka di atasnya.
Dan, yang paling jelas di kalangan mereka adalah; Wala' (loyalitas), dan Bara' (berlepas diri) di kalangan mereka, bagi yang masuk ke dalam kelompok mereka.
Misalnya, Ikhwanul Muslimin, siapa yang masuk ke dalam kelompok mereka, maka dia menjadi teman mereka, dan akan mereka cintai meskipun dia dari Rafidhah (Syi'ah), dan akhirnya dia menjadi saudara dan teman mereka.
Oleh karena itu, mereka mengumpulkan siapa saja, termasuk orang-orang Rafidhah yang membenci Sahabat, dan tidak mengambil Kebenaran dari Sahabat. Kalau dia masuk ke dalam kelompok mereka - jadilah dia sebagai teman dan anggota mereka. Mereka membela apa yang dia bela, dan membenci apa yang dia benci.
Adapun Tabligh, pada mereka terdapat perkara-perkara Munkar. Pertama, dia adalah Manhaj yang Bid'ah, dan berasal dari Delhi (India), bukan dari Mekkah atau Madinah, tapi dari Delhi di India. Yakni, seperti telah diketahui bersama, bahwa di sana penuh dengan Khurafat (Tahayul), Bid'ah, dan Syirik, meskipun di sana banyak pula Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti Jama'ah Ahlul Hadits, dimana mereka adalah sebaik-baik manusia di sana. Tetapi Tabligh ini keluar dari sana melalui rekayasa para pemimpin mereka yang Ahli Bid'ah dan Tarikat Sufi, yang menyimpang dalam Aqidah.
Maka, kelompok ini adalah kelompok Bid'ah dan Muhdats. Di antara mereka, ada Sufi dan Asy-'Ari yang nyata-nyata bukan berada di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam Aqidah, dan Manhaj. Dan, yang selamat adalah orang yang mengikuti manhaj Salaf, dan yang berjalan di atas jalan mereka."
Apa yang mereka dapatkan bila mereka menyembunyikan kebenaran yang paling nyata?! Dan, hal yang paling besar (Tauhidullah), dimana bukti-bukti itu berdiri di atasnya? Bukti-bukti yang paling besar itu adalah ayat-ayat Tauhid. Dakwah paling besar yang dilakukan oleh para Nabi dalam Al-Qur'an adalah Tauhid, dan yang paling buruk adalah Syirik dan Bid'ah. Al-Qur'an dan Sunnah telah memeranginya. Kemudian mereka malah merestui dan bersama-sama dengan Kesyirikan.
Bila mereka tidak dihisab karena telah menyembunyikan ayat-ayat Tauhid, maka siapa lagi yang akan dihisab?
Kita berharap kepada Allah, agar menjadi orang yang menolong agama ini dan menasihati kaum muslimin. Dan, supaya Allah menjauhkan kita dari sifat menipu dalam agama, karena membiarkan Bid'ah dan Syirik adalah penipuan yang paling besar. Tidak ada penipuan yang bisa menyaingi penipuan ini.
Kalau menipu manusia dalam perdagangan saja Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) berlepas tangan, maka bagaimana halnya bila menipu dalam agama? Bagaimana engkau bisa diam terhadap Kesyirikan dan Bid'ah? Engkau merusak Aqidah kaum muslimin dan masyarakat mereka. Kemudian engkau mengatakan, "Kita semua adalah kaum muslimin, bersaudara, dan engkau tidak menerangkan mana yang Haq, dan mana yang Bathil?
Kita memohon kepada Allah, agar Dia menjaga kita dari penyakit ini."
(Dari kaset, Al-Qaulul Baligh)
6. Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al- Abbad hafizhahullah.
Pertanyaan; "Syaikh... Di sana ada kelompok-kelompok Bid'ah, seperti Ikhwan dan Tabligh, serta yang lainnya. Apakah kelompok ini termasuk Ahlus Sunnah? Dan, apa nasihat anda tentang masalah ini?
Jawaban Syaikh; "Kelompok-kelompok ini... Telah diketahui, bahwa yang selamat adalah seperti yang telah saya terangkan tadi, yaitu bila sesuai (mencocoki) Rasulullah dan para Sahabatnya, yang mana Beliau berkata ketika ditanya tentang Al-Firqatun Najiyah; "Yang aku, dan para Sahabatku berada di atasnya."
Firqah-firqah baru dan beragam ini, pertama kali; Bid'ah. Karena, lahirnya di abad 14, sebelum abad 14 itu mereka tidak ada, masih di alam kematian. Dan, dilahirkan di abad 14.
Adapun Manhaj yang lurus, dan Shirathal Mustaqim, lahirnya atau asalnya adalah sejak diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Maka, siapa yang mengikuti ini - dialah yang selamat dan berhasil. Adapun yang meninggalkan, berarti dia menyimpang. Firqah-firqah itu telah diketahui, bahwa padanya ada Kebenaran dan Kesalahan, akan tetapi kesalahan-kesalahannya besar sekali - maka sangat dikhawatirkan.
Hendaknya mereka diberi semangat untuk mengikuti Jama'ah, yakni Ahlussunah wal Jama'ah, dan yang berada di atas jalan Salaf ummat ini, serta yang mentakwil menurut apa yang datang dari Rasulullah, bukan yang datang dari Fulan dan Fulan, menurut Tarikat-tarikat yang ada di abad 14 H. Maka, kedua kelompok yang tadi disinggung adanya hanya di abad 14 H. Mereka berpegang dan berjalan di atas jalan-jalan dan Manhaj tersebut. Mereka tidak berpegang dengan dalil-dalil dari Al-Kitab dan Sunnah, tetapi dengan pendapat-pendapat, pemikiran-pemikiran, dan manhaj-manhaj yang baru, dan Bid'ah yang mereka bangun jalan dan manhaj mereka di atasnya.
Dan, yang paling jelas di kalangan mereka adalah; Wala' (loyalitas), dan Bara' (berlepas diri) di kalangan mereka, bagi yang masuk ke dalam kelompok mereka.
Misalnya, Ikhwanul Muslimin, siapa yang masuk ke dalam kelompok mereka, maka dia menjadi teman mereka, dan akan mereka cintai meskipun dia dari Rafidhah (Syi'ah), dan akhirnya dia menjadi saudara dan teman mereka.
Oleh karena itu, mereka mengumpulkan siapa saja, termasuk orang-orang Rafidhah yang membenci Sahabat, dan tidak mengambil Kebenaran dari Sahabat. Kalau dia masuk ke dalam kelompok mereka - jadilah dia sebagai teman dan anggota mereka. Mereka membela apa yang dia bela, dan membenci apa yang dia benci.
Adapun Tabligh, pada mereka terdapat perkara-perkara Munkar. Pertama, dia adalah Manhaj yang Bid'ah, dan berasal dari Delhi (India), bukan dari Mekkah atau Madinah, tapi dari Delhi di India. Yakni, seperti telah diketahui bersama, bahwa di sana penuh dengan Khurafat (Tahayul), Bid'ah, dan Syirik, meskipun di sana banyak pula Ahlus Sunnah wal Jama'ah, seperti Jama'ah Ahlul Hadits, dimana mereka adalah sebaik-baik manusia di sana. Tetapi Tabligh ini keluar dari sana melalui rekayasa para pemimpin mereka yang Ahli Bid'ah dan Tarikat Sufi, yang menyimpang dalam Aqidah.
Maka, kelompok ini adalah kelompok Bid'ah dan Muhdats. Di antara mereka, ada Sufi dan Asy-'Ari yang nyata-nyata bukan berada di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, dalam Aqidah, dan Manhaj. Dan, yang selamat adalah orang yang mengikuti manhaj Salaf, dan yang berjalan di atas jalan mereka."
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar