بسم الله الر حمان الر حيم
Para ‘Ulama Ahlussunnah
wal Jama’ah menafsirkan banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
ditujukan kepada para perusak Agama-Nya (Ahlul
Bid’ah). Berikut, kami kutipkan
beberapa ayat diantaranya, dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mudah-mudahan dapat menyadarkan mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Amiin;
"Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan'.
“Ingatlah sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar”.
(QS. Al-Baqarah (2) ; 11-12).
Benang Merahnya:
·
Para Ahlul
Bid’ah adalah orang-orang yang "lupa diri".
Menyangka diri mereka tengah berbuat kebaikan (memperbaiki), padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala “menuding” mereka sebagai
orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi.
2. "Katakanlah (kepada mereka), ’Apakah kamu akan
memberitahukan kepada Allah tentang Agamamu (keyakinanmu)', padahal Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hujurat (49) ; 16).
Benang Merahnya:
· Para Ahlul
Bid’ah seakan-akan telah mensejajarkan diri mereka dengan Pembuat
syari’at (Allah Subhanahu wa Ta’ala),
sehingga Allah mempertanyakan kepada
mereka, apakah Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui tentang Syari’at Islam ataukah mereka?
3.
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
Syari’at-Nya takut akan ditimpa cobaan atau adzab yang pedih”. (QS. An-Nuur
(24) ; 63)
Benang Merahnya:
·
Para Ahlul
Bid’ah dengan keberanian tanpa perhitungan melanggar syari’at Allah Ta’ala dan menghadang adzab yang sangat pedih. Padahal rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah salah satu Rukun Ibadah. Dimana Ibadah tidak sah (tidak diterima) bila rukun tidak terpenuhi, disamping rasa harap dan cinta (Makna perkataan Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah).
· Karena menyalahi (menyelisihi) Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam sama artinya dengan menyalahi
syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
bertaubat kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqan (pembeda) dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu
serta mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Al-Anfal (8); 29).
Benang Merahnya:
· Meskipun para Ahlul Bid’ah sering beristigfar, tapi selagi mereka tidak
menyadari kesalahannya dalam menyelisihi Sunnah (petunjuk) Nabi, mereka belumlah dianggap sebagai
orang-orang yang bertaubat oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala (karena salah satu syarat taubat harus menyadari kesalahannya).
·
Dan mereka tidak termasuk orang-orang yang
diberikan Furqan (pembeda) oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu mereka tidak mampu membedakan
antara Al-Haq dan yang Al-Bathil, mereka mencampur adukkan antara yang haq
dengan yang bathil tersebut.
·
Allah Ta’ala
tidak akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka sebelum mereka benar-benar menyadari, dan meninggalkan keburukan-keburukan tersebut. Dan Allah membalasi seseorang sesuai dengan yang dia kerjakan (keburukan dibalas dengan keburukan, dan kebaikan dibalas dengan kebaikan yang serupa). (Baca artikel, PINTU TAUBAT TERTUTUP BAGI PELAKU BID'AH)
5.
“Dan sesungguhnya Aku Maha pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian (mereka) tetap dijalan yang
benar." (Qs. Thaha (20) ; 82).
Benang Merahnya:
·
Para Ahlul
Bid’ah sulit melakukan taubat sebelum mereka menyadari
kesalahan-kesalahannya, meskipun mereka sering beristigfar .
·
Para Ahlul
Bid’ah tidak memiliki iman yang wajib, karena mereka enggan menjadikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
uswah (Tauladan) dalam pelaksanaan ibadah mereka.
·
Bila iman mereka dinafikan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala, maka bagaimana mungkin mereka mampu melakukan amal shalih, meskipun
secara lahiriyah mereka tetap ruku’ dan sujud bersama manusia lain.
·
Mereka bukanlah orang-orang yang menetapi jalan
kebenaran, karena Iblis laknatullah
telah membelokkan mereka dari jalan yang lurus.
6.
“Sesungguhnya Orang-orang yang memecah-belah
Agamanya dan mereka terpecah menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun
tanggung jawabmu terhadap mereka.
Sesungguhnya urusan mereka (terserah)
kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah
mereka perbuat”. (Qs. Al-An’am(6); 159).
Benang Merahnya:
·
Para Ahlul
Bid’ah adalah orang-orang yang memecah-belah Agama mereka, karena mereka
telah menabrak koridor / Batasan-batasan yang telah ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak mencukupkan diri dengan ibadah-ibadah yang dicontohkan Utusan-Nya. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Nabi-Nya agar berlepas diri dari mereka.
7.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan
apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang Jelas) dan
petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu
dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati." (Qs. Al-Baqarah (2) ; 159)
Benang Merahnya:
·
Sadar atau tidak, sesungguhnya para Ahlul Bid’ah tersebut telah menghalangi
manusia untuk menegakkan dan mengamalkan kebenaran yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga Allah Ta’ala menjanjikan terhadap mereka laknat-Nya, serta laknat seluruh
makhluk-Nya, karena mereka telah memutus rantai pahala yang seharusnya tersambung sampai ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melalui Ittiba' terhadap Beliau.
Maka para 'ulama mengatakan bahwa, "Mereka yang mengajak manusia kepada selain Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah musuh bebuyutan Beliau."
8.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Barangsiapa yang mengajak
kepada hidayah (petunjuk yang benar), dia akan beroleh pahala seperti pahala
orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barangsiapa yang
mengajak kepada kesesatan dia akan beroleh dosa seperti dosa orang-orang
yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun”. (HR. Muslim).
Benang Merahnya:
·
Para Ahlul
Bid’ah memperoleh dosa yang berlipat ganda sebanyak dosa orang-orang yang
mengikutinya dalam kesesatan tanpa dikurangi sedikit pun!
9.
Perbuatan bid’ah
menghalangi seseorang untuk minum di telaga (haudh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Padang Mahsyar kelak. Yang airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Jumlah gelas yang terdapat dipinggirnya sebanyak bintang-bintang di langit. Barangsiapa yang pernah meminumnya tidak akan merasakan haus selama-lamanya (makna Al-Hadits). Disebutkan dalam sebuah hadits Muttafaqun ‘alaihi; Al-Bukhari,
Kitab "Ar-Riqaq", bab “Telaga Nabi Muhammad” (7/264),yang diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu.
Benang Merahnya;
Di penghujung hadits tersebut Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda (artinya), ..."Hancur... hancur..., bagi orang-orang yang
mengubah-ubah sepeninggalku."
Tambahan Penjelasan;
Berkata Al'allaamah Ibnu Utsaimin rahimahullah, "Seharusnya bagi Ahli 'Ilmu apabila melihat seorang Ahlul Bid'ah berada pada shaff (barisan) mereka, untuk menyingkirkan Ahlul Bid'ah tersebut dari barisan (shaff) mereka. Keberadaan Ahlul Bid'ah ditengah-tengah Ahlussunnah adalah sebuah kejelekan, karena bid'ah itu seperti penyakit kanker yang tidak diharapkan kesembuhannya, kecuali bila Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki." ("Syarhu Al-'Aqidah Assafaariniyyah, hal. 183).
(Baca juga artikel; TUDINGAN 'ULAMA AHLUSSUNNAH TERHADAP AHLUL BID'AH (1) - (5))
oOo