Selasa, 06 Juni 2017

TUDINGAN ALLAH Subhanahu wa Ta'ala TERHADAP AHLUL BID'AH

Hasil gambar untuk GAMBAR PETIR


بسم الله الر حمان الر حيم

Para ‘Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah menafsirkan banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ditujukan kepada para perusak Agama-Nya (Ahlul Bid’ah) Berikut, kami kutipkan beberapa ayat diantaranya, dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Mudah-mudahan dapat menyadarkan mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Amiin;

"Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan'.
“Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan tetapi mereka tidak sadar”. 
(QS.  Al-Baqarah (2) ; 11-12).
Benang Merahnya:
·         Para Ahlul Bid’ah adalah orang-orang yang "lupa diri".  Menyangka diri mereka tengah berbuat kebaikan (memperbaiki), padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala “menuding” mereka sebagai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi.

2.       "Katakanlah (kepada mereka), ’Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang Agamamu (keyakinanmu)', padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hujurat (49) ; 16).
Benang Merahnya:
·         Para Ahlul Bid’ah seakan-akan mensejajarkan diri mereka dengan Pembuat syari’at (Allah Subhanahu wa Ta’ala), sehingga  Allah mempertanyakan kepada mereka, apakah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui tentang Syari’at Islam ataukah mereka?

3.       “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi Syari’at-Nya takut akan ditimpa cobaan atau adzab yang pedih”. (QS. An-Nuur (24) ; 63)
Benang Merahnya:
·         Para Ahlul Bid’ah dengan keberanian tanpa perhitungan melanggar syari’at Allah Ta’ala dan menghadang adzab yang sangat pedih.  Padahal rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah salah satu Rukun Ibadah.  Dimana Ibadah tidak sah (tidak diterima) bila rukun tidak terpenuhi, disamping rasa harap dan cinta (Makna perkataan Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah).
·        Karena menyalahi (menyelisihi) Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam sama artinya dengan menyalahi syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4.       “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaubat kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqan (pembeda) dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu serta mengampuni dosa-dosamu.  Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Al-Anfal (8); 29).
Benang Merahnya:
·        Meskipun para Ahlul Bid’ah sering beristigfar, tapi selagi mereka tidak menyadari kesalahannya dalam menyelisihi Sunnah (petunjuk) Nabi, mereka belumlah dianggap sebagai orang-orang yang bertaubat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala (karena salah satu syarat taubat harus menyadari kesalahannya).
·         Dan mereka tidak termasuk orang-orang yang diberikan Furqan (pembeda) oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.  Oleh sebab itu mereka tidak mampu membedakan antara Al-Haq dan yang Al-Bathil, mereka mencampur adukkan antara yang haq dengan yang bathil tersebut.
·         Allah Ta’ala tidak akan menghapus kesalahan-kesalahan mereka sebelum mereka benar-benar menyadari, dan meninggalkan keburukan-keburukan tersebut.  Dan Allah membalasi seseorang sesuai dengan yang dia kerjakan (keburukan dibalas dengan keburukan, dan kebaikan dibalas dengan kebaikan yang serupa).  (Baca artikel, PINTU TAUBAT TERTUTUP BAGI PELAKU BID'AH)


5.       “Dan sesungguhnya Aku Maha pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian (mereka) tetap dijalan yang benar." (Qs. Thaha (20) ; 82).
Benang Merahnya:
·         Para Ahlul Bid’ah sulit melakukan taubat sebelum mereka menyadari kesalahan-kesalahannya, meskipun mereka sering beristigfar .
·         Para Ahlul Bid’ah tidak memiliki iman yang wajib, karena mereka enggan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai uswah (Tauladan) dalam pelaksanaan ibadah mereka.
·         Bila iman mereka dinafikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka bagaimana mungkin mereka mampu melakukan amal shalih, meskipun secara lahiriyah mereka tetap ruku’ dan sujud bersama manusia lain.
·         Mereka bukanlah orang-orang yang menetapi jalan kebenaran, karena Iblis laknatullah telah membelokkan mereka dari jalan yang lurus.

6.       “Sesungguhnya Orang-orang yang memecah-belah Agamanya dan mereka terpecah menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka.
Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”. (Qs. Al-An’am(6); 159).
Benang Merahnya:
·         Para Ahlul Bid’ah adalah orang-orang yang memecah-belah Agama mereka, karena mereka telah menabrak koridor / Batasan-batasan yang telah ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak mencukupkan diri dengan ibadah-ibadah yang dicontohkan Utusan-Nya.  Sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Nabi-Nya agar berlepas diri dari mereka.

7.       “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang Jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati." (Qs. Al-Baqarah (2) ; 159)
Benang Merahnya:
·         Sadar atau tidak, sesungguhnya para Ahlul Bid’ah tersebut telah menghalangi manusia untuk menegakkan dan mengamalkan kebenaran yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga Allah Ta’ala menjanjikan terhadap mereka laknat-Nya, serta laknat seluruh makhluk-Nya, karena mereka telah memutus rantai pahala yang seharusnya tersambung sampai ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melalui Ittiba' terhadap Beliau.
      Maka para 'ulama mengatakan bahwa, "Mereka yang mengajak manusia kepada selain Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam adalah musuh bebuyutan Beliau."

8.       Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) : “Barangsiapa yang mengajak kepada hidayah (petunjuk yang benar), dia akan beroleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan dia akan beroleh dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun”. (HR. Muslim).
Benang Merahnya:
·         Para Ahlul Bid’ah memperoleh dosa yang berlipat ganda sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya dalam kesesatan tanpa dikurangi sedikit pun!

9.       Perbuatan bid’ah menghalangi seseorang untuk minum di telaga (haudh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Padang Mahsyar kelak.  Yang airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu.  Jumlah gelas yang terdapat dipinggirnya sebanyak bintang-bintang di langit.  Barangsiapa yang pernah meminumnya tidak akan merasakan haus selama-lamanya (makna Al-Hadits).  Disebutkan dalam sebuah hadits Muttafaqun ‘alaihi; Al-Bukhari, Kitab "Ar-Riqaq", bab “Telaga Nabi Muhammad”  (7/264),yang diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu.
Benang Merahnya;
Di penghujung hadits tersebut Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda (artinya), ..."Hancur... hancur..., bagi orang-orang yang mengubah-ubah sepeninggalku."

 Tambahan Penjelasan;
Berkata Al'allaamah Ibnu Utsaimin rahimahullah, "Seharusnya bagi Ahli 'Ilmu apabila melihat seorang Ahlul Bid'ah berada pada shaff (barisan) mereka, untuk menyingkirkan Ahlul Bid'ah tersebut dari barisan (shaff) mereka.  Keberadaan Ahlul Bid'ah ditengah-tengah Ahlussunnah adalah sebuah kejelekan, karena bid'ah itu seperti penyakit kanker yang tidak diharapkan kesembuhannya, kecuali bila Allah Subhanahu wa Ta'ala menghendaki." ("Syarhu Al-'Aqidah Assafaariniyyah, hal. 183).
(Baca juga artikel; TUDINGAN 'ULAMA AHLUSSUNNAH TERHADAP AHLUL BID'AH (1) - (5)

                                                                       oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar