Minggu, 11 Juni 2017

DAHSYATNYA UCAPAN "BISMILLAH"




بسم الله
Bismillah.
"Dengan Nama Allah".
·        Semua Asma Allah berasal dari Asma Al-Ilaah yang menghimpun seluruh Nama-Nama Allah ‘Azza wa Jalla.  Suatu kalimat biasanya dianggap sempurna bila ada Subjek (pelaku) dan kata kerja.  Akan tetapi dalam hal ini berbeda;
·        Fi’il (perbuatan / kata kerja) dan Fa’il (Subjek, pelaku perbuatan) pada kalimat Bismillah tersembunyi (diakhirkan, tidak dipentingkan), disesuaikan dengan aktivitas (kondisi) yang hendak dilakukan.  Misalnya, bila anda membacanya sebelum makan, maka asumsinya adalah, "Bismillah (aku makan)," tanpa perlu menyebutkan aktivitas (fi'il) / perbuatan yang hendak dilakukan, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti telah mengetahuinya meskipun anda tidak meyebutkan (melafazkan) pekerjaan yang hendak dilakukan itu.  Demikian seterusnya untuk aktivitas-aktivitas yang lain.
Keadaan ini, diterangkan oleh para 'ulama memiliki 2 (dua) tujuan (fungsi);
   1.  1. Fungsi Pembatasan;
Karena mendahulukan objek (inti perkara / Allah) yang berfungsi sebagai pembatas, maka ucapan, "Bismillah," berarti memiliki makna, "Tidaklah aku makan - kecuali dengan Bismillah (menyebut Nama Allah)."  Dengan ini pula kita mengetahui bathilnya pendapat orang yang mengatakan bahwa niat melakukan suatu amal (seperti Shalat dan lain-lain) harus dilafazkan dengan kata-kata, karena disamping hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat.  Juga seakan-akan pelakunya mengganggap Allah 'Azza wa Jalla tidak mengetahui perbuatan yang hendak dilakukan seorang hamba bila tidak dilafazkan.  Yang menjadi penilaian utama Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah apa yang terdapat di hati, bukan apa yang dia lafazkan (Baca artikel, TEMPAT NIAT DI HATI BUKAN DI LISAN).  Dan, seandainya seorang hamba itu berdusta, melakukan suatu perbuatan yang yang tidak dia niatkanpun Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti mengetahuinya.

2. Fungsi untuk memohon Pertolongan dan Keberkahan;
Dengan memprioritaskan lafaz Allah daripada menyebut perbuatan dan pelaku perbuatan, bertujuan untuk memohon pertolongan dan berkah (bertabarruk) dengan seluruh Nama-Nama yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta'ala.
·   Sebab Asma Allah (Nama-nama Allah) jumlahnya tidak terhingga, tidak bisa dibatasi dengan bilangan, adanya sepenuh langit dan bumi, sepenuh Arsy-Nya serta sepenuh apa-apa yang dikehendaki-Nya.  Dari sisi ini pula kita bisa memahami kenapa Allah 'Azza wa Jalla menciptakan 100 (seratus) tingkatan Surga yang luasnya sepenuh langit dan bumi bagi hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa, sebagai Rahmat dan kasih sayang dariNya terhadap amal shalih yang telah mereka lakukan.  Adapun 99 Nama Allah yang sering dihafal manusia hanyalah Nama-nama yang tercantum dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, sedangkan yang tidak diberitahukan Allah Subhanahu wa Ta'ala jumlahnya jauh lebih banyak (unlimited).   (Baca artikel, NILAI SEBUAH KEBENARAN, dan KEIKHLASAN ITU TIDAK BERDASARKAN AKAL-AKAL MANUSIA)
·   Masing-masing Asma Allah berada pada puncak kesempurnaan-Nya, tanpa kelemahan atau cacat sedikitpun, walau sebesar dzarrah.
·   Jadi, bila seorang muslim mengucapkan “Bismillah” sebelum melakukan suatu aktivitas (amalan) yang baik, berarti dia telah meniatkan amalannya hanya karena Allah semata, sekaligus memohon pertolongan dan berkah kepada seluruh Nama-Nama-Nya tanpa terkecuali.  Dan jangan lupa, bahwa seluruh alam ini, termasuk seluruh anggota tubuhnya sendiri akan menjadi saksi kebenaran perbuatan seorang hamba.  Laa haula walaa quwwata illa billah.
Betapa dahsyatnya ucapan “Bismillah”.


                               oOo
(Disarikan dari kajian Al-Ustadz Abu Hafsin hafizhahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar