بسم الله الر حمان الر حيم
Tauhid secara bahasa terbentuk dari wahhada syai-a jika dia menjadikannya satu, dan dia adalah masdhar (kata dasar) dari wahhada-yuwahhidu yang artinya dia menjadikan sesuatu itu satu (tidak terbagi-bagi). Sedang menurut istilah syari’at; Tauhid adalah menunggalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan apa-apa yang menjadi kekhususan bagi-Nya, baik dalam RUBBUBIYAH-NYA, ULUHIYYAH-NYA dan ASMA WA SIFAT-NYA (Al-Qaulul Mufid, jilid I oleh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin).
Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu, “Semua kata Ibadah dalam
Alqur’an maknanya adalah Tauhid, yaitu Tauhid yang diseru para Rasul yang orang-orang musyrik enggan untuk menerima (memenuhinya).”
Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala (yang artinya),
“Tidak ada paksaan dalam berdien, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah; 256)
Orang yang menjauhi berbagai perbuatan syirik disebut sebagai Mukmin Muwahhid (Mukmin yang bertauhid, yang beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata), dan menjadikan Allah Ta'ala sebagai tujuan hidupnya.
“Tidak ada paksaan dalam berdien, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah; 256)
Orang yang menjauhi berbagai perbuatan syirik disebut sebagai Mukmin Muwahhid (Mukmin yang bertauhid, yang beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semata), dan menjadikan Allah Ta'ala sebagai tujuan hidupnya.
TIGA MACAM TAUHID;
1. 1. Tauhid Rububiyah.
Asma Ar-Rabb, mengandung beberapa makna, di antaranya; Yang Maha Menciptakan, Yang Memiliki, Yang Mengatur, Yang Memelihara, Yang Menentukan Hukum, Yang
Menganugerahkan Berbagai Kenikmatan. Yang Menghidupkan dan Mematikan.
2. 2. Tauhid Uluhiyah;
Dinamakan juga Tauhid Ibadah.
Merupakan jenis Tauhid yang paling banyak diingkari oleh manusia, muncul sejak generasi Nabi Nuh 'alaihissalam. Sedangkan sebelum masa Nuh 'alaihissalam manusia bersih dari perbuatan syirik, meskipun mereka tidak terbebas dari berbagai dosa.
Dinamakan juga Tauhid Ibadah.
Merupakan jenis Tauhid yang paling banyak diingkari oleh manusia, muncul sejak generasi Nabi Nuh 'alaihissalam. Sedangkan sebelum masa Nuh 'alaihissalam manusia bersih dari perbuatan syirik, meskipun mereka tidak terbebas dari berbagai dosa.
Asma Al-Ilaah, adalah Dzat Yang Diibadahi, Yang dipatuhi, Sesembahan segala makhluk-Nya, Yang memiliki semua Sifat Ketuhanan, Yang memiliki segala
Sifat Kesempurnaan.
Untuk tujuan Tauhid Uluhiyah inilah ribuan Nabi dan Rasul diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berbagai Kitab Suci diturunkan dari atas langit ketujuh.
Tauhid ini bertumpu pada tiga perkara besar, yaitu rasa cinta, takut dan harap.
Ketiga perkara tersebut tidak akan pernah bersemayam di dalam hati manusia tanpa ilmu pengetahuan yang benar (shahih) dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketiganya harus seiring sejalan secara berimbang. Sehingga yang satu tidak boleh melampaui yang lainnya, yang bisa berakibat rusaknya keimanan seseorang. Misalnya, bila rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang menonjol mengalahkan rasa takut dan harap - maka ia akan terjerumus ke dalam kelompok sesat Sufiyah. Bila rasa takut yang mendominasi - mengalahkan rasa cinta dan harap, maka ia akan tersesat kepada kelompok Khawarij. Dan, bila rasa harapnya mengalahkan rasa cinta dan takut, maka ia akan tergolong kepada kelompok sempalan Murji'ah.
(Baca artikel, KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN PERTAMA)
Dengan cinta dan takut (pengagungan) inilah muncul keinginan untuk melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan meninggalkan apa yang dilarang.
Jika seseorang mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sudah barang tentu ia menginginkan dan berharap apa-apa yang ada di sisi-Nya.
Rasa harap ini juga akan mendorongnya berusaha sekuat tenaga menempuh jalan yang akan mengantarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, meskipun harus melewati berbagai rintangan dan kesulitan sebagai ujian dari-Nya.
Untuk tujuan Tauhid Uluhiyah inilah ribuan Nabi dan Rasul diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berbagai Kitab Suci diturunkan dari atas langit ketujuh.
Tauhid ini bertumpu pada tiga perkara besar, yaitu rasa cinta, takut dan harap.
Ketiga perkara tersebut tidak akan pernah bersemayam di dalam hati manusia tanpa ilmu pengetahuan yang benar (shahih) dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketiganya harus seiring sejalan secara berimbang. Sehingga yang satu tidak boleh melampaui yang lainnya, yang bisa berakibat rusaknya keimanan seseorang. Misalnya, bila rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang menonjol mengalahkan rasa takut dan harap - maka ia akan terjerumus ke dalam kelompok sesat Sufiyah. Bila rasa takut yang mendominasi - mengalahkan rasa cinta dan harap, maka ia akan tersesat kepada kelompok Khawarij. Dan, bila rasa harapnya mengalahkan rasa cinta dan takut, maka ia akan tergolong kepada kelompok sempalan Murji'ah.
(Baca artikel, KELOMPOK-KELOMPOK SEMPALAN PERTAMA)
Dengan cinta dan takut (pengagungan) inilah muncul keinginan untuk melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan meninggalkan apa yang dilarang.
Jika seseorang mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sudah barang tentu ia menginginkan dan berharap apa-apa yang ada di sisi-Nya.
Rasa harap ini juga akan mendorongnya berusaha sekuat tenaga menempuh jalan yang akan mengantarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, meskipun harus melewati berbagai rintangan dan kesulitan sebagai ujian dari-Nya.
3. 3. Tauhid Asma wa Sifat;
Menunggalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam setiap Nama dan Sifat yang Allah namakan
dan sifati Diri-Nya, tanpa Tahrif (penyelewengan makna), Ta'thil (penafian / penghilangan), Takyif (mempertanyakan tata-caranya), dan Tamsil (penyerupaan-Nya dengan sesuatu).
Asma dan Sifat Allah ini jumlahnya tidak terbilang, tidak bisa dibatasi dengan angka. Adapun 99 (Asma’ul Husna) adalah Nama-Nama yang diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Alqur’an dan Hadits Nabi-Nya. Sedangkan yang tidak diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala jumlahnya jauh lebih banyak (tidak terhingga).
Asma dan Sifat Allah ini jumlahnya tidak terbilang, tidak bisa dibatasi dengan angka. Adapun 99 (Asma’ul Husna) adalah Nama-Nama yang diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Alqur’an dan Hadits Nabi-Nya. Sedangkan yang tidak diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala jumlahnya jauh lebih banyak (tidak terhingga).
Demikian penting dan menentukan pemahaman yang benar terhadap permasalahan Tauhid ini,
sehingga Barangsiapa yang mengamalkan
Tauhid dengan semurni-murninya, dipastikan masuk ke dalam Surga tanpa hisab
(makna yang terkandung dalam HR. Al-Bukhari-Muslim dari Ibnu ‘Abbas, dan hadits lain).
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar