Sabtu, 03 Juni 2017

NIKMAT

Hasil gambar untuk gambar cahaya

بسم الله الر حمان الر حيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, agar senantiasa meminta nikmat  kepada-Nya dalam setiap Shalat yang mereka lakukan.
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka."
(Al-Fatihah; 7)

Nikmat yang manakah yang dimaksud Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan makna ayat, “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka” yang terdapat dalam surat Al-Fatihah; 7 dengan Surat An-Nisa;  69, (artinya);
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para Shiddiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih.  Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”  (QS. An-Nisaa' (4);  69)

Para ‘ulama membagi nikmat yang diperoleh manusia di dunia ini menjadi dua bagian;
1.     Nikmat yang Mutlak / Tidak Terbatas;
Adalah nikmat yang khusus diberikan Allah Ta'ala kepada orang-orang Mukmin (beriman), yaitu Nikmat hidayah kepada Islam, Iman dan Sunnah.  Merupakan kenikmatan yang bertitik temu dengan Kebahagiaan Abadi (Kebahagiaan sepanjang zaman, yang akan menemani seorang hamba di tiga alam; Alam Dunia, Alam Barzakh dan Alam Akhirat).  Nikmat inilah yang dimaksudkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada ayat di atas.
(Baca juga artikel, JALAN YANG LURUS)
2.     Nikmat yang Terbatas;
Adalah nikmat kesehatan badan, kecantikan, harta (kekayaan), jabatan, kekuasaan, anak yang banyak, makan-minum, seks dan lain sebagainya.
Nikmat jenis ini bisa diperoleh orang-orang yang baik maupun yang jahat, mukmin maupun kafir - sama saja.
Nikmat Islam, Iman dan Sunnah tersebut akan sangat berarti bagi orang-orang yang menghayati arti penting dari firman Allah 'Azza wa Jalla (yang artinya);
“Hari ini telah Kusempurnakan untukmu Agamamu dan telah Kucukupkan Nikmat-Ku padamu dan telah Kuridhai Islam itu jadi Agamamu.”  (QS. Al-Maidah;  3), karena alasan-alasan berikut;
·)          Puncak kesempurnaan Agama Islam terjadi setelah selesainya Tugas Kerasulan Nabi  Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi / Rasul yang terakhir.  Dimulai sejak diturunkannya Nabi Adam ‘alaihissalam ke muka bumi,  hingga turunnya ayat terakhir dari Alqur’an (Al-Maidah;  3).
·)         Karena telah sempurnanya (lengkap) Syari’at Islam yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak dibutuhkan lagi tambahan maupun pengurangan (Bid’ah) sedikitpun, dan pemikiran siapapun.  Inilah makna dari "isyarat" yang disampaikan oleh Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah;  “Barangsiapa yang mengamalkan bid'ah, berarti secara tidak langsung ia telah menuduh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdusta.” (belum menyampaikan syari’at Islam secara lengkap).  Sebab, apa-apa yang tidak termasuk syari’at pada waktu itu (sa’at turunnya ayat tersebut; Al-Maidah;  3), tidak pula akan menjadi bagian dari syari’at pada masa-masa setelahnya hingga Hari Kiamat.
·)          Kesempurnaan manusia itu hanya akan terwujud dengan kesempurnaan Ilmu (pengetahuan) tentang Syari’at Islam, dan pengamalannya (baik yang bersumber dari Al-Qur’an maupun dari Sunnah Nabi-Nya).  Karena, tanpa Sunnah tidak mungkin seseorang dapat  memahami Agama Islam dengan baik dan benar.
·)         Semakin tinggi tingkat keilmuan, pemahaman dan pengamalan seseorang terhadap syari’at Islam, akan semakin sempurna pula kenikmatan yang dianugerahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya (Kenikmatan yang Mutlak / Tidak Terbatas).  Inilah maksud perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah“Di dunia ini ada Surga, barangsiapa yang tidak merasakannya, maka ia tidak akan memasuki Surga Akhirat.”    
·)         Keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya bisa digapai dengan menerapkan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah ke seluruh sisi kehidupan manusia - lahir maupun bathin. 
·)         Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyeru hamba-Nya yang beriman agar bergabung dengan Mereka (“Dan Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”).
Wallahu wa Rasuluhu a’lam.

Renungan;
Di dalam surat Ar-Rahman, 31 (Tigapuluhsatu) kali Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya kepada manusia "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" yaitu pada ayat; 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75 dan 77. Bagaimana kita mampu menjawab-Nya kelak?

(Pen blog, dari berbagai sumber)
                                                          
oOo  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar