بسم الله الر حمان الر حيم
Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala (artinya),
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang
paling bawah (kerak) dari Neraka. Dan kamu
sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka.”
(QS. An-Nisaa’ (4); 145)
Secara Istilah Syari'at Islam kata An-Nifaq, berarti menutupi kekufuran dan memperlihatkan keimanan. Dengan perkataan lain, orang munafik itu ucapannya berlainan dengan perbuatannya, lahirnya tidak sama dengan apa yang (tersembunyi) di dalam bathinnya, yang nampak darinya bertentangan dengan apa yang disembunyikannya di dalam hati (Makna dari perkataan Ibnu Juraij rahimahullah).
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkan orang-orang beriman agar berhati-hati, dan tidak tertipu dengan penampilan (lahiriyah) orang-orang munafik, apalagi meyakini dan mengikuti (meniru) cara beragama mereka! Karena Allah Ta'ala menyibak hakikat mereka yang sebenarnya adalah kafir, وما هم بمؤ منين / "wa maa hum bimu'miniyn" ("Padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman").
Peringatan (penafian Iman mereka) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala itu, antara lain disampaikan-Nya dalam surat Al-Baqarah, dari ayat ke-8 sampai ayat ke-20 (sebanyak 13 ayat), Al-Munafiqun; 1-2, Al-Mujadalah; 18, An-Nisaa'; 142, dan lain-lain.
Di awal surat Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan keadaan manusia yang hidup di alam ini menjadi 3 (tiga) golongan besar ;
1. Orang-orang yang beriman yang senantiasa mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala (Mukmin Muwahid), serta mengikuti petunjuk Rasul-Nya.
2. Orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan agama Islam sama sekali.
3. Orang-orang munafik, yang menampakkan keIslamannya, namun menyimpan suatu ganjalan (Junnah) di dalam hatinya.
Merupakan sebuah kesalahan besar, bila menganggap orang-orang Fajir (durhaka) tersebut sebagai orang baik-baik (beriman). Meskipun secara lahiriyah mereka tetap rukuk - sujud, dan melaksanankan berbagai Syari'at Islam lainnya. Bahkan, mereka ikut serta (terlibat) dalam pengibaran panji-panji Islam.
Orang-orang Munafik tersebut menyimpan sesuatu yang mengganjal (Junnah) di dalam hatinya (tidak mau menerima Risalah / Ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam secara keseluruhan (kaffah), karena menghalangi kehendak (tujuan hidup) yang hendak diraihnya. Mereka beralasan bahwa tindakan yang mereka ambil tersebut merupakan "Jalan Tengah" dalam rangka mencari "Keadilan". Seakan-akan mereka lebih mengetahui (paham) tentang Islam daripada Rasul-Nya, padahal sesuatu yang mengganjal (Junnah) di dalam hati mereka tersebut merupakan sumber malapetaka, penyakit, dan penyebab kerusakan (kehancuran) Agama (akidah) mereka.
Ketahuilah, bahwa kadar kemunafikan yang terdapat di dalam hati seseorang ditentukan oleh seberapa besar keengganannya untuk ittiba' (mengikuti) syari'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam secara seksama - lahir maupun bathin.
Secara Istilah Syari'at Islam kata An-Nifaq, berarti menutupi kekufuran dan memperlihatkan keimanan. Dengan perkataan lain, orang munafik itu ucapannya berlainan dengan perbuatannya, lahirnya tidak sama dengan apa yang (tersembunyi) di dalam bathinnya, yang nampak darinya bertentangan dengan apa yang disembunyikannya di dalam hati (Makna dari perkataan Ibnu Juraij rahimahullah).
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkan orang-orang beriman agar berhati-hati, dan tidak tertipu dengan penampilan (lahiriyah) orang-orang munafik, apalagi meyakini dan mengikuti (meniru) cara beragama mereka! Karena Allah Ta'ala menyibak hakikat mereka yang sebenarnya adalah kafir, وما هم بمؤ منين / "wa maa hum bimu'miniyn" ("Padahal mereka bukanlah orang-orang yang beriman").
Peringatan (penafian Iman mereka) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala itu, antara lain disampaikan-Nya dalam surat Al-Baqarah, dari ayat ke-8 sampai ayat ke-20 (sebanyak 13 ayat), Al-Munafiqun; 1-2, Al-Mujadalah; 18, An-Nisaa'; 142, dan lain-lain.
Di awal surat Al-Baqarah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggambarkan keadaan manusia yang hidup di alam ini menjadi 3 (tiga) golongan besar ;
1. Orang-orang yang beriman yang senantiasa mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala (Mukmin Muwahid), serta mengikuti petunjuk Rasul-Nya.
2. Orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan agama Islam sama sekali.
3. Orang-orang munafik, yang menampakkan keIslamannya, namun menyimpan suatu ganjalan (Junnah) di dalam hatinya.
Merupakan sebuah kesalahan besar, bila menganggap orang-orang Fajir (durhaka) tersebut sebagai orang baik-baik (beriman). Meskipun secara lahiriyah mereka tetap rukuk - sujud, dan melaksanankan berbagai Syari'at Islam lainnya. Bahkan, mereka ikut serta (terlibat) dalam pengibaran panji-panji Islam.
Orang-orang Munafik tersebut menyimpan sesuatu yang mengganjal (Junnah) di dalam hatinya (tidak mau menerima Risalah / Ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam secara keseluruhan (kaffah), karena menghalangi kehendak (tujuan hidup) yang hendak diraihnya. Mereka beralasan bahwa tindakan yang mereka ambil tersebut merupakan "Jalan Tengah" dalam rangka mencari "Keadilan". Seakan-akan mereka lebih mengetahui (paham) tentang Islam daripada Rasul-Nya, padahal sesuatu yang mengganjal (Junnah) di dalam hati mereka tersebut merupakan sumber malapetaka, penyakit, dan penyebab kerusakan (kehancuran) Agama (akidah) mereka.
Ketahuilah, bahwa kadar kemunafikan yang terdapat di dalam hati seseorang ditentukan oleh seberapa besar keengganannya untuk ittiba' (mengikuti) syari'at Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam secara seksama - lahir maupun bathin.
Telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa orang-orang munafik ini senantiasa ada pada setiap zaman - menyertai setiap Nabi dan Rasul yang diutus-Nya. Sehingga, jumlah mereka yang tidak sedikit (bahkan mayoritas) itu seringkali mengecoh (membuat bingung) orang-orang awam - yang menganggap mereka sebagai orang-orang yang beriman dan shalih, padahal hakikat mereka adalah "Musuh dalam selimut", atau "Duri dalam daging" bagi orang-orang yang beriman (mukmin).
Para ‘Ulama Ahlussunnah membagi sifat munafik itu menjadi dua bagian;
1. 1. Munafik I’tiqadi (Munafik dalam Keyakinan)
2. 2. Munafik 'Amali (Munafik dalam Amalan)
Ad. 1 Munafik
I’tiqadi (munafik dalam Keyakinan)
Ada enam macam bentuk Sifat Munafik I’tiqadi
(Munafik dalam Keyakinan) yang bersemayam di dalam dada seseorang;
a. a. Mendustakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b. b. Mendustakan
sebagian yang dibawa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
c. c. Membenci
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
d. d. Membenci
sebagian yang dibawa Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
e. e. Bergembira
terhadap kemunduran Agama Islam.
f. f. Tidak suka menolong / memenangkan Agama Islam yang murni (lurus). Mereka ingin berislam menurut cara (selera) mereka sendiri. (Baca artikel, MASALAH IMAN BUKAN MASALAH SELERA)
((
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya),
"Apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang telah Allah turunkan dan (tunduk) kepada hukum Rasul', niscaya kamu lihat orang-orang munafik (itu) menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya untuk (mendekati) kamu." (QS. An-Nisaa' (4); 61), dan makna firman-Nya,
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (artinya),
"Apabila dikatakan kepada mereka, 'Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang telah Allah turunkan dan (tunduk) kepada hukum Rasul', niscaya kamu lihat orang-orang munafik (itu) menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya untuk (mendekati) kamu." (QS. An-Nisaa' (4); 61), dan makna firman-Nya,
"Mereka menipu Allah, dan orang-orang mukmin, padahal tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri - dan mereka tidak menyadarinya." (QS. Al-Baqarah; 9), dan
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu - mereka berkata, 'Kami bersaksi, bahwa engkau benar-benar seorang utusan Allah.' Dan, Allah mengetahui bahwasanya engkau benar-benar seorang utusan Allah, dan Allah bersaksi bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta, mereka mengambil sumpah-sumpah mereka sebagai tameng." (QS. Al-Munafiqun; 63)
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu - mereka berkata, 'Kami bersaksi, bahwa engkau benar-benar seorang utusan Allah.' Dan, Allah mengetahui bahwasanya engkau benar-benar seorang utusan Allah, dan Allah bersaksi bahwasanya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta, mereka mengambil sumpah-sumpah mereka sebagai tameng." (QS. Al-Munafiqun; 63)
Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya),
"Jadi, siapa saja yang membenci Sunnahku, ia tidak termasuk golonganku." (HR. Al-Bukhari no.2697 dan Muslim no. 1718)
Telah bersepakat para 'Ulama Ahlussunnah, mengkafirkan orang-orang yang memiliki Sifat Munafik I'tiqadi ini.
O Orang-orang semacam inilah yang akan ditempatkan Allah Azza wa Jalla di kerak Neraka, lebih rendah lagi daripada tempat orang-orang musyrik, para penyembah berhala, dan orang-orang Atheis. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghapus seluruh amal kebaikan mereka.
(Baca artikel, SEPULUH PEMBATAL KEISLAMAN, dan NERAKA JAHANNAM)
(Baca artikel, SEPULUH PEMBATAL KEISLAMAN, dan NERAKA JAHANNAM)
Ad.2 Munafik 'Amali (Munafik dalam Amalan)
Munafik dalam Amalan memiliki ciri-ciri;
a. a. Jika berbicara, ia berdusta.
b. b. Jika berjanji, ia tidak menepati.
c. c. Jika diberi amanat, ia berkhianat.
d. d. Jika bermusuhan dengan sesama Muslim, ia
merusak.
e. e. Jika dibuat perjanjian (aturan), ia melanggarnya.
Sifat Munafik Amali ini merupakan salah satu dari sekian banyak dosa-dosa besar. Meskipun sifat Munafik Amali ini tidak mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Namun, banyak 'ulama mengatakan, bahwa sifat-sifat munafik Amali ini juga bersumber dari Munafik I'tiqadi.
Sifat Munafik Amali ini merupakan salah satu dari sekian banyak dosa-dosa besar. Meskipun sifat Munafik Amali ini tidak mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Namun, banyak 'ulama mengatakan, bahwa sifat-sifat munafik Amali ini juga bersumber dari Munafik I'tiqadi.
(Baca artikel, ALLAH MEMALINGKAN HATI ORANG-ORANG MUNAFIK DARI MELIHAT KEBENARAN)
oOo
(Syaikhul
Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah, dan dari sumber lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar