Senin, 12 Maret 2018

PARA PENGGENGGAM BARA


بسم الله الر حمان الرحيم

Berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di penghujung zaman ini layaknya “menggenggam bara”, seperti yang digambarkan dalam Sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (artinya),
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang bersabar dalam berpegang pada Agamanya (Ajaran Islam yang bersih dari Syirik, Bid’ah dan berbagai Penyimpangan pen. blog) seperti orang yang sedang menggenggam bara.”  
(HR. Tirmidzi dari Anas bin Malik)
Demikian berat tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang mencoba berpegang teguh dengan As-Sunnah Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, di tengah terpaan gelombang fitnah orang-orang Kafir dan Munafik dari hari-kehari yang semakin bertubi-tubi.  Namun, semua itu mereka tahan dan mereka tetap bersabar di atasnya (‘Ashaabiru fiihim ‘Alaa Diinihi’), meskipun  “tangan mereka akan melepuh dan luka-luka” demi mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa-apa yang ada di sisi-Nya (Surga).
Mereka mampu bertahan dalam keadaan demikian karena mendapat Hidayah Taufiq dari Allah Subhanhu wa Ta'ala (bukan atas Inisiatif mereka semata), lalu Allah Ta'ala pun membalas dengan ganjaran yang berlipat-lipat terhadap amal yang telah mereka kerjakan.
Sebagaimana Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (artinya),
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari yang penuh kesabaran.  Pada saat itu orang yang berpegang dengan apa yang kalian pegangi akan mendapatkan ganjaran pahala sebanyak 50 orang dari kalian.  Mereka bertanya, ‘Wahai Nabiyullah, ataukah mendapat pahala sebanyak 50 orang dari mereka?’  Beliau menjawab, ‘Bahkan pahala 50 orang dari kalian.” (“Silsilah Ahaaditsish Shahihah”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, jilid 1, no. 494)
Betapa beruntungnya orang-orang yang berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di penghujung zaman ini, tampak jelas dari "kecemburuan" Sahabat Rasulullah pada zhahir hadits di atas.  
Beberapa ciri yang melekat dengan kuat pada kepribadian orang-orang yang berpegang teguh kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut adalah;
1.      1.  Memegang Teguh Ajaran Agama Islam yang Murni (bersih dari Syirik, Bid’ah dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya).
Mereka beribadah  / menyembah hanya kepada Allah Ta’ala semata dengan ikhlash, dan dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam (Ittiba’).  Dan berlepas diri dari segala macam bentuk kesyirikan dan bid’ah serta para pelakunya (pendukungnya / Ibtida’).
Mereka merasa sangat berbahagia, beruntung, bangga dan bersyukur kehadirat Allah Subhanu wa Ta’ala, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang menjadikan mereka sebagai pengikut Rasul yang paling dicintai-Nya.  Dan juga, mereka tidak tertarik sedikit pun untuk melakukan amalan-amalan menyimpang yang dilakukan oleh kebanyakan manusia.
Mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di mata mereka adalah sesuatu yang paling indah dan memberi kedamaian di hati, yang tidak terperikan dengan kata-kata.  Meskipun kebanyakan manusia di sekeliling mereka menganggap hal itu sebagai sesuatu yang remeh dan tak berharga, bahkan dihina (diejek) dengan berbagai ejekan, seperti perkataan yang amat menyakitkan dari orang-orang bodoh, "Itu kan Budaya Bangsa Arab", dan lontaran ucapan buruk lainnya.
(Baca juga artikel, SEPULUH PEMBATAL KEISLAMAN)
Sebagaimana yang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam gambarkan (artinya),
Sungguh aku telah meninggalkan kalian di atas Agama yang terang (putih bersih), malamnya seperti siangnya.  Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan orang yang binasa.  Barangsiapa yang hidup diantara kalian (sepeninggalku, pen.) niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak.  Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari Sunnah-ku dan Sunnah Khalifah sepeninggalku yang lurus dan (berada) di atas petunjuk.  Gigitlah Sunnah itu dengan gigi geraham kalian.  Dan wajib bagi kalian untuk menta’ati Pemimpin kalian meskipun ia seorang budak dari negeri Habasyah.  Karena sesungguhnya seorang mukmin (itu) seperti seekor unta yang dikekang hidungnya.  Kemana saja ia dituntun, dia akan selalu menurutinya.  (HR. Ibnu Majah)

2.       2. Berpegang teguh dengan amalan-amalan yang pernah dikerjakan para Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mendakwahkan serta memperjuangkannya.
Mereka mencukupkan / membatasi diri hanya dengan amalan-amalan para Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam-(radhiyallahu 'anhuma jamii'an).
Karena merekalah manusia yang dicintai dan telah mendapatkan “garansi” (Jaminan ridha) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya (artinya),
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya.  Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang Mukmin, Kami biarkan dia bergelimang dengan kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam.  Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”  
(QS. An-Nisaa’;  115), dan
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah (telah) menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.  Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, itulah kemenangan yang besar."  
(QS. At-Taubah (9);  100)

3.       3. Bersabar dalam Menjalankan Syari’at Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah) sampai meninggalnya.
Bersabar di atas Syari’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu kenikmatan, dan pasti akan berkesudahan dengan kesudahan yang paling baik.  Ia merupakan kenikmatan yang hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mengamalkan dan meyakininya.  Meskipun sarat dengan ujian, cobaan dan berbagai tantangan / melawan Hawa Nafsu.
(Baca artikel, CELAAN TERHADAP NAFSU)
Sebagaimana perkataan para ‘Ulama,
“Bersabar di atas Sunnah adalah lebih baik daripada bersungguh-sungguh di dalam Bid’ah”

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar