Rabu, 14 Maret 2018

MENIRU PENAMPILAN RASULULLAH BUKANLAH MENIRU KEBUDAYAAN ARAB


بسم الله الر حمان الر حيم

Merupakan tuduhan yang menyakitkan, yang dilontarkan oleh orang-orang bodoh terhadap orang-orang yang beriman (orang-orang yang ingin meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) dalam peri kehidupan Beliau.
Sungguh, orang-orang yang melontarkan perkataan di atas adalah orang-orang yang tidak mampu membedakan, antara Sunnah (Bagian dari Syari'at) dengan Kebudayaan bangsa Arab (Buatan manusia). 
Dengan entengnya (tanpa ada rasa takut terhadap Allah ‘Azza wa Jalla) orang-orang bodoh (tapi mengaku berilmu) tersebut berkata, “Itu, Kebudayaan Bangsa Arab.”, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala Sendiri telah  memerintahkan di dalam Al-Qur’an (artinya),
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan Rahmat Allah, takut akan datangnya hari kiamat dan (mereka) banyak mengingat Allah.”  (Al-Ahzaab (33);  21)
Selama yang diteladani dari Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut bukan merupakan hal-hal yang khusus terjadi pada Beliau, dan ada dalil shahih yang melandasinya, maka ia menjadi  sebuah keniscayaan yang harus diupayakan oleh setiap orang-orang yang beriman.  Karena dari sanalah Allah Subhanahu wa Ta’ala menilai dan membedakan, mana orang-orang yang benar kecintaannya, dan mana pula orang-orang yang hanya sekedar “Lip service” (Gincu Bibir) semata (tanpa bukti).
Sebuah potongan hadits yang merupakan berita yang sangat mengembirakan para Sahabat Beliau radhiyallahu 'anhuma ketika mendengarnya (artinya),
“Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.”
Beliau adalah manusia terbaik pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diutus bagi manusia akhir zaman, Yang akan menduduki Tempat Tertinggi di Surga Firadaus (Al-Wasiilah).  Adakah Uswah (Suri-tauladan) yang lebih baik dan lebih utama daripada Beliau di Muka Bumi ini?  Jawabannya, tentu tidak ada.
Bahkan, sangking cintanya para Sahabat radhiyallahu ‘anhuma kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah seorang dari mereka (Anas bin Malik radhiyalahu ‘anhu) berupaya menyukai Labu Manis setelah beliau melihat Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai makanan tersebut.
(Baca juga artikel “Ce - i... Ci + eN, Te - a... Ta, Cinta”)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan pakaian Al-Qamish (gamis) / Jubbah,  sebagai pakaian kesukaan Beliau (dengan lengan yang panjang dan bagian bawah yang menutupi hingga pertengahan betis), sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits shahih (artinya),
“Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah adalah Al-Qamish (gamis).”  (HR.  Abu Daud, Tirmidzi dan lainnya)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para Sahabatnya menggunakan perhiasan yang terbuat dari emas (bagi laki-laki), peralatan makanan-minuman dari emas dan yang semacamnya.
Beliau shallallahu ‘alaaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.  (HSR. Al-Bukhari)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam suka mengenakan Sorban, seperti yang disebutkan hadits (artinya),
“Adalah Nabi, jika mengenakan sorban Beliau mengurai kedua ujungnya di antara kedua pundak Beliau.”  (HR. Tirmidzi)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para Sahabatnya Isbal (memakai pakaian yang panjang, menutupi lewat dari mata kaki, bagi laki-laki).  Bila Beliau melihat seorang Sahabatnya melakukan hal tersebut, maka Beliau langsung menegurnya.
Begitu besar perhatian dan kecintaan Beliau terhadap ummat Islam khususnya dan manusia secara umum, terhadap keselamatan hidup mereka di dunia dan Akhirat kelak.
Sahabat Ubaid bin Khalid Al-Muharibi radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku berada di pasar Dzil Majaz mengenakan burdah bergaris-garis hitam dan putih milikku, aku menyeretnya.  Lalu seorang laki-laki menekanku dengan tongkatnya, sambil berkata,
“Angkatlah sarungmu, itu lebih awet dan lebih bersih.  (Tidakkah padaku terdapat teladan bagimu?)”.  Lalu aku menoleh, ternyata Dia adalah Rasulullah, lalu aku mengamati ternyata sarung Beliau sampai pertengahan kedua betis Beliau.”  (HR. Ahmad, tambahan dalam kurung Riwayat At-Tirmidzi dalam Asy-Syama’il no. 97)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda kepada Jabir bin Sulaim radhiyallahu ‘anhu (artinya),
“Angkatlah sarungmu sampai pertengahan betis, jika engkau enggan maka sampai kedua mata kaki.  Janganlah engkau mengisbal sarung (pakaian), karena sesungguhnya itu termasuk kesombongan.  Dan Allah tidak menyukai kesombongan.”  (HR. Abu Daud)
Pada hadits-hadits di atas dan banyak hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan antara Isbal karena sombong atau tidak sombong, karena hakikat Isbal itu sendiri telah menunjukkan kesombongan yang diancam oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Api Neraka.
“Sarung (pakaian) yang berada di bawah mata kaki di dalam Neraka.”  (HR. Al-Bukhari dan An-Nasaai)

Warna pakaian yang paling disukai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah warna putih (HR. An-Nasaai), namun demikian Beliau juga mengenakan pakaian yang berwarna lain.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai jenggot yang lebat.  Beliau tampak gagah dan sangat berwibawa dengan penampilan yang demikian. 
Ketika para utusan Raja Persia (dengan penampilan dagu licin dan kumis yang tebal) menemui Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka dengan bangganya Beliau bersabda, “Akan-tetapi Rabb-ku memerintahkanku untuk memanjangkan jenggot dan mencukur kumis.”    (HR. Thabrani). 
Dan Sabda Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya (artinya),
“Cukurlah kumis, dan peliharalah jenggot.”  (HR.  Al-Bukhari-Muslim)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu yang berkata, “Bahwasanya Beliau memerintahkan untuk  mencukur kumis, dan memelihara jenggot.”  (HR. Muslim)
(Baca artikel, "JENGGOT?  YES!")
Dari Al-Bara' radhiyallahu 'anhu, yang berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sosok laki-laki yang memiliki postur tubuh yang ideal, bahu yang bidang dan  berjenggot lebat yang pangkalnya kemerahan, berambut lebat sampai ke ujung telinga.  Sungguh aku pernah melihat Beliau memakai pakaian berwarna merah, belum pernah kulihat orang yang lebih tampan daripada Beliau."  (HR. Nasaai, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai parfum (wangi-wangian), maka ummat Beliau juga mengikuti kebiasaan Beliau tersebut.  Alangkah indahnya bila Sunnah-Sunnah Beliau tersebut dihidupkan.  Belum lagi, ganjaran pahala berlipat ganda yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi pengamal Sunnah-sunnah Beliau di penghujung zaman ini.
(Baca artikel, PARA PENGGENGGAM BARA, dan MENJADIKAN RASULULLAH SEBAGAI PEMBUAT KEPUTUSAN MERUPAKAN SYARAT WAJIB IMAN)
Semoga yang sedikit ini bisa dijadikan sebagai “Pembuka Jalan” untuk Ittiba terhadap peri kehidupan dan amal-ibadah Beliau, guna membimbing kita untuk berbuat dan beramal lebih Ikhlash secara lahir maupun bathin.  Amiin.

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar