بسم الله الرحمان الرحيم
1️⃣ Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kejahatan orang yang hasad dan membentengi diri dengan-Nya.
2️⃣ Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjamin penjagaan bagi orang yang bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لَا يَضُرُّكُمۡ كَيۡدُهُمۡ شَيًۡٔاۗ
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan mudharat kepadamu.” (QS. Ali Imran: 120)
3️⃣ Bersabar atas musuh.
Sebab, tidaklah seorang ditolong dari orang yang hasad dan musuhnya, sebagaimana pertolongan terhadap orang yang bersabar atasnya dan bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4️⃣ Tawakal.
Orang yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan dicukupi oleh-Nya. Tawakal termasuk faktor terkuat untuk menangkal gangguan dan kezaliman makhluk yang tidak mampu dihadapi.
5️⃣ Mengosongkan hati agar tidak sibuk memikirkan orang yang hasad kepada dirinya.
Setiap kali terbetik di benaknya, ia menepisnya dan memikirkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Ia melihat bahwa di antara siksaan batin yang besar adalah sibuk memikirkan musuhnya.
6️⃣ Mengarahkan hatinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ikhlas kepada-Nya, serta menjadikan kecintaan kepada-Nya dan keridhaan-Nya di tempat terbetiknya pikiran.
Jadi, benaknya penuh dengan segala yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dzikir kepada-Nya. Orang yang seperti ini tidak akan ridha bila pikiran dan hatinya dipenuhi dengan memikirkan orang yang hasad dan zalim kepadanya, serta pikiran untuk membalasnya.
7️⃣ Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari segala dosa.
Seseorang dikuasai oleh musuh adalah akibat dosanya. Tidaklah seorang hamba disakiti kecuali karena dosa, baik yang ia ketahui maupun tidak. Dosa yang tidak dia ketahui jauh lebih banyak daripada yang ia ketahui. Dosa yang ia lupakan lebih besar daripada yang ia ingat.
✔️ Sungguh, tiada sesuatu pun yang lebih bermanfaat bagi hamba bila dia dizhalimi dan disakiti lawannya daripada taubat yang tulus. Tanda kebahagiaannya adalah mengalihkan pikirannya untuk mengamati dirinya, dosa, dan cacatnya, sehingga ia pun sibuk untuk memperbaiki diri dan bertaubat.
8️⃣ Bersedekah dan berbuat baik semampunya.
Sebab, hal itu memiliki pengaruh yang hebat dalam menangkal bencana, mata yang jahat (penyakit 'ain), dan kejelekan orang yang hasad. Orang yang berbuat baik dan bersedekah kepada orang lain, hampir-hampir tidak pernah terkuasai oleh jahatnya hipnotis, hasad, dan hal yang menyakitkan. Jika ia terkena suatu kejahatan, ia akan diperlakukan dengan lembut oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan akan memperoleh dukungan.
9️⃣ Yang paling berat adalah memadamkan api orang yang hasad dan zhalim serta menyakitinya, dengan berbuat baik kepadanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٌ ٣٤ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَمَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ ٣٥
“Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidaklah dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidaklah dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fushilat: 34-35)
Perhatikanlah keadaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika dipukul oleh kaumnya sampai berdarah. Beliau shallallahu alaihi wa sallam mengusap darah itu seraya mengucapkan,
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Orang yang memaafkan orang lain dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadanya akan mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang sahabat datang mengadu kepada Beliau tentang karib kerabatnya. Ia berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka berbuat jelek kepadanya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda padanya,
وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Senantiasa akan ada pertolongan dari Allah selagi kamu (berada) dalam keadaan yang seperti itu.”
Di samping itu pula, manusia akan memujinya dan bergabung bersamanya menghadapi musuhnya.
🔟 Memurnikan tauhid.
Makhluk-makhluk ini ada yang menggerakkannya. Tidaklah makhluk akan mendapat manfaat dan mudharat kecuali seizin Penciptanya. Jika seseorang memurnikan tauhid, hilanglah ketakutan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hatinya.
Musuhnya menjadi lebih ringan di matanya daripada ditakuti bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesibukan memperhatikan musuhnya akan hilang dari hatinya. Hatinya lalu akan dipenuhi dengan cinta, takut, kembali (Inabah), dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ia memandang bahwa menggunakan pikiran untuk memikirkan musuhnya adalah indikasi lemahnya Tauhid. Sebab, jika ia telah memurnikan Tauhid, niscaya di dalam hatinya ada kesibukan tersendiri.
(Dinukil secara ringkas dari At-Tafsirul Qayyim lil Imam Ibnul Qayyim, hlm. 585—594)
oOo
Disalin dengan editan dari;
🌏 https://asysyariah.com/hasad-penyakit-umat-terdahulu-yang-menjangkiti-kaum-muslimin-akhlak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar