بسم الله الرحمان الرحيم
Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاۤءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ ۚ اِنْ يَّكُنْ غَنِيًّا اَوْ فَقِيْرًا فَاللّٰهُ اَوْلٰى بِهِمَاۗ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰٓى اَنْ تَعْدِلُوْا ۚ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, meskipun terhadap dirimu sendiri, atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.”
(QS. An-Nisaʼ: 135)
✍. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah,
وإذا وقَعَ بَيْنَ مُعَلِّمٍ ومُعَلِّمٍ أوْ تِلْمِيذٍ وتِلْمِيذٍ أوْ مُعَلِّمٍ وتِلْمِيذٍ خُصُومَةٌ ومُشاجَرَةٌ لَمْ يَجُزْ لِأحَدِ أنْ يُعِينَ أحَدَهُما حَتّى يَعْلَمَ الحَقَّ فَلا يُعاوِنُهُ بِجَهْلِ ولا بِهَوى بَلْ يَنْظُرُ فِي الأمْرِ فَإذا تَبَيَّنَ لَهُ الحَقُّ أعانَ المُحِقَّ مِنهُما عَلى المُبْطِلِ سَواءٌ كانَ المُحِقُّ مِن أصْحابِهِ أوْ أصْحابِ غَيْرِهِ.
“Jika terjadi perselisihan atau pertikaian antara seorang guru dengan guru yang lain; atau antara satu murid dengan murid lain; atau antara guru dengan murid. Maka, tidak boleh ada yang berpihak kepada salah satunya sampai ia betul-betul mengetahui mana pihak yang benar.
Tidak boleh menolong salah satu pihak tanpa mengetahui yang sebenarnya atau atas dasar hawa nafsu. Harus dilihat terlebih dahulu duduk persoalannya; Jika ia telah mengetahui (mana) pihak yang benar, maka ia membantu yang benar; baik itu temannya atau bukan.”
📕 ⟨Majmuʼ Fatawa, 28/16⟩
oOo
Disalin dengan editan dari;
🖇 Sumber Artikel:
https://t.me/nasehatetam
www.nasehatetam.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar