بسم الله الرحمان الرحيم
Hakim bin Hizam belajar kepada Mu'adz bin Jabal. Beliau berdua sama-sama sahabat Nabi. Namun, Hakim lebih tua dan terpaut 50 tahun.
"Kenapa Anda mau belajar kepada anak muda?", ada yang bertanya.
Hakim bin Hizam menjawab, "Rasa sombonglah yang akan menghancurkan kita!"
Kisah di atas disebutkan oleh Ibnu Muflih dalam kitabnya berjudul Al Adab Asy-Syar'iyyah, 2 hal 210.
Pesan di atas bukan saja ditujukan Hakim untuk orang-orang tua. Pesan ini sekaligus buat yang masih muda dan remaja? Kok?
Sejak muda, belajarlah rendah hati. Jangan terlambat untuk membentuk ketawadhuan diri! Sebab, jika tidak dilatih dan dibiasakan, sifat-sifat buruk akan terus melekat sampai di usia tua. Wal 'iyaadzu billah.
Manusia dengan sifat picik dan kekerdilannya, memang merasa sudah dan lebih hebat dari yang lain. Ia tidak bisa menerima jika terbukti ada yang lebih baik darinya. Ia sakit hati dan sakit hati itu membuatnya membenci dan mendendam.
Kecuali yang Allah rahmati saja. Semoga kita termasuk yang dirahmati- Nya.
Hakim bin Hizam adalah keponakan Ibunda Khadijah bintu Khuwailid. Khuwailid adalah kakek Hakim.
Menurut Adz Dzahabi (Siyar A'lam Nubala, 3/44 ), Hakim bin Hizam tergolong bangsawan Quraisy, tokoh, dan pemukanya.
Masuk Islam saat Fathu Makkah, Hakim diberi umur panjang. Saat wafat di tahun 54 H, Hakim telah berusia 120 tahun.
Sehingga, kurang lebihnya, Hakim masuk Islam di usia 64 tahun.
Hakim adalah lambang semangat belajar di usia tua.
Iya, semakin tua mestinya semakin semangat berbuat kebajikan. Sekaligus menghapus kelamnya cerita di usia muda.
"Wahai Rasulullah, tidak ada kebaikan yang pernah aku perbuat semasa jahiliah, melainkan aku perbuat juga setelah masuk Islam untuk Allah Ta'ala", tekad Hakim disampaikannya.
100 budak pernah dimerdekakan saat jahiliah, maka Hakim pun setelah masuk Islam memerdekakan 100 budak.
100 unta pernah beliau kurbankan di masa jahiliah, 100 ekor unta juga beliau kurbankan setelah masuk Islam.
Hakim memang kaya raya. Sejak muda sudah berniaga. Beliau dikenal sebagai saudagar besar. Harta bendanya digunakan untuk beribadah.
Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم berpesan kepada Hakim,
يا حَكِيمُ، إنَّ هذا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فمَن أَخَذَهُ بسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ له فِيهِ، ومَن أَخَذَهُ بإشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ له فِيهِ، كَالَّذِي يَأْكُلُ ولَا يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى
"Wahai, Hakim! Sungguh! Harta itu hijau dan manis. Siapa mengambilnya dengan jiwa yang lapang, maka ia beroleh keberkahan dalam hartanya. Siapa mengambil harta karena ketamakan, niscaya tidak akan beroleh keberkahan. Ia seperti orang yang makan tetapi tidak pernah kenyang. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah"
(HR. Al-Bukhari)
Pesan-pesan penting dari Rasulullah memang diperhatikan dan dilaksanakan oleh Hakim bin Hizam hingga akhir hayatnya.
Hakim senang membantu orang lain. Bagi beliau, orang yang sedang susah lalu meminta tolong adalah anugrah.
" Tidaklah satu hari berlalu, sementara tidak ada satu orang yang datang ke rumahku meminta pertolongan, melainkan aku sadar bahwa hal itu adalah musibah. Aku harap Allah memberiku pahala atas musibah tersebut", kata Hakim sebagai prinsip hidup.
Hakim bin Hizam ; profil orang kaya raya, berumur panjang, gemar beribadah, semangat belajar walau pada yang jauh lebih muda, rendah hati, dan dermawan.
oOo
Disalin dengan editan dari;
https://www.atsar.id/2021/11/belajar-sampai-tua.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar