Sabtu, 28 April 2018

Kisah Nabi Ibrahim 'Alaihisalam (5)


(Kelahiran ISHAQ ‘alaihissalam dari Kandungan Sarah)


بسم الله الر حمان الر حيم

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),
Dan Kami beri ia khabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang Shalih.  Kami limpahkan keberkahan atasnya dan atas Ishaq.  Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada pula yang berbuat zhalim terhadap dirinya dengan nyata.”  (Ash-Shaffat;  112-113)
Khabar gembira tersebut disampaikan para Malaikat kepada Ibrahim dan Sarah ketika mereka berdua hendak melakukan perjalanan  menuju ke beberapa kota kaum Luth.  Mereka berangkat ke sana untuk menghancurkan mereka karena kekufuran dan kejahatan mereka.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an (artinya),
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (para Malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa khabar gembira, mereka mengucapkan ‘Selamat.’  Ibrahim menjawab, ‘Selamat.’  Maka tak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.”
“Maka ketika dlihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka.  Malaikat itu berkata, ‘Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah para Malaikat yang diutus kepada kaum Luth.’”
“Dan isterinya (Sarah) berdiri (dibalik tirai) lalu ia tersenyum.  Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishaq, dan dari Ishaq akan lahir puteranya Ya’qub.”
“Isterinya berkata , ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula?  Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.’
“Para Malaikat itu berkata, ‘Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?  Itu adalah rahmat Allah.  Dan keberkahan-Nya dicurahkan kepadamu, hai ahlul baits!  Sesungguhnya Allah Mahaterpuji dan Mahapemurah.’”
“Maka ketika rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, ia pun bertanya-jawab dengan para Malaikat Kami tentang kaum Luth.”  (Hud;  69-74)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan, para Malaikat-Nya itu adalah Jibril, Mikail, dan Israfil.  Sebelum memperkenalkan diri kepada Ibrahim Khalilullah terlebih dahulu mereka bertamu kepadanya.  Dan Ibrahim sendiri memperlakukan mereka sebagaimana layaknya tamu.  Mereka dipanggangkan daging sapi yang gemuk lagi pilihan.  Setelah menyajikannya kepada mereka dan mempersilahkan mereka untuk memakannya, Ibrahim tidak melihat adanya keinginan pada mereka untuk memakannya.  Yang demikian itu, karena para Malaikat itu tidak mempunyai dorongan kebutuhan kepada makanan, sehingga Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, “Dan merasa takut kepada mereka.  Malaikat itu berkata, ‘Janganlah kamu  takut, sesungguhnya kami adalah para Malaikat yang diutus kepada kaum Luth.’”  Maksudnya, kami  datang kepada mereka untuk menghancurkan mereka.  Pada saat itu Sarah pun mencari berita dan marah kepada mereka.  Ketika itu ia ada dihadapan para tamu tersebut, sebagaimana yang menjadi kebiasaan Bangsa Arab dan juga bangsa lainnya. 
Ketika Sarah tersenyum mendengar berita gembira tersebut, Allah Ta’ala berfirman, “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishaq dan dari Ishaq akan lahir puteranya Ya’qub.”   Ia diberitahu oleh para Malaikat akan kelahiran Ishaq.  “Kemudian isterinya datang memekik (tercengang), lalu menepuk wajahnya sendiri seraya berkata, ‘Aku adalah seorang perempuan tua yang mandul.’ Yaitu seperti layaknya apa yang dilakukan oleh kaum wanita ketika merasa heran.
Selanjutnya Sarah berkata, “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula?”  Maksudnya, bagaimana mungkin orang sepertiku ini dapat melahirkan sedang aku sudah tua lagi mandul.  Sedangkan suamiku juga sudah tua?  Aku benar-benar heran akan lahirnya anak ini dalam kondisi seperti ini.  Oleh karena itu Sarah berkata, “Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat aneh.  Para Malaikat itu berkata, ‘Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?  Itu adalah rahmat Allah.  Dan keberkahan-Nya dicurahkan kepadamu, hai ahlul baits!  Sesungguhnya Allah Mahaterpuji lagi Mahapemurah.’”
Ibrahim ‘alaihissalam juga benar-benar heran menanggapi berita gembira tersebut, sekaligus meyakinkan dirinya disertai rasa gembira yang meluap-luap.  “Ibrahim berkata, ‘Apakah kalian memberi khabar gembira padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah terlaksananya berita gembira yang kalian sampaikan ini?’  Mereka menjawab, ‘Kami menyampaikan khabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang berputus asa.’”  Para Malaikat menegaskan berita gembira tersebut sekaligus menetapkannya.  Lalu Ibrahim dan Sarah diberikan khabar gembira, “Tentang kelahiran anak yang ‘Alim.”  Yaitu Ishaq, saudara Ismail.  Ia seorang anak yang pintar yang sesuai dengan kedudukan dan kesabarannya.  Demikian itulah Allah mensifatinya.
Kemudian Allah Ta’ala berkata kepada Ibrahim, “Sudah menjadi hak isterimu, ia akan melahirkan seorang anak yang akan engkau panggil dengan sebutan Ishaq sejak saat itu dan sampai masa yang akan datang.  Dan Aku yakinkan janji kepadanya  sampai batas waktu tertentu dan kepada orang-orang setelahnya.  Dan telah kuperkenankan do’amu tentang Ismail dan Kuberikan berkah kepadanya, Kuperbanyak dan Kukembang-biakkan keturunannya dalam jumlah yang sangat banyak.  Darinya lahir 12 orang terhormat lagi mulia dan Aku jadikan ia sebagai pemimpin bangsa yang besar pula.”
Dengan demikian firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishaq dan dari Ishaq akan lahir puteranya Ya’qub,” merupakan dalil yang menunjukkan, bahwa Sarah merasa senang dan bahagia dengan kehadiran anaknya, Ishaq di sisinya dan selanjutnya kelahiran orang setelah Ishaq, yaitu Ya’qub.  Maksudnya, pada masa hidup Sarah dan juga Ishaq telah lahir Ya’qub agar keduanya merasa senang dan bahagia.  Jika tidak dimaksudkan untuk yang  demikian itu, niscaya tidak akan disebutkan Ya’qub secara khusus.  Setelah nama Ya’qub disebutkan secara khusus, maka yang demikian itu menunjukkan bahwa keduanya (Sarah dan Ishaq) merasa senang dan bahagia dengan kelahiran Ya’qub.  Sebagaimana firman-Nya,
“Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya (Ibrahim).  Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk.”  (Al-An’am;  84)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Dzar, ia menceritakan, aku  pernah bertanya,  Ya Rasulullah, masjid apakah yang pertama kali dibangun?”  Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram.’   ‘Lalu masjid mana lagi?’ Tanyaku lebih lanjut.  ‘Masjidil Aqsha,’ jawab Beliau.  Kutanyakan lagi, ‘Berapa lama jarak antara kedua Masjid tersebut?’  Beliau menjawab, ‘Empatpuluh tahun.’  ‘Kemudian masjid apa lagi?’ Lanjutku.  Beliau menjawab, ‘Kemudian dimana engkau mendapatkan waktu shalat, maka kerjakanlah shalat, karena semua bumi ini adalah masjid.’
Dan menurut ahlul kitab, Ya’qub ‘alaihissalam adalah orang yang mendirikan Masjidil Aqsha, yaitu Masjid Iliya (Nabawi) yang terdapat di Baitul Maqdis, yang dimuliakan oleh Allah.
Dan hal itu diperkuat oleh hadits yang telah kami sebutkan sebelumnya.  Dengan demikian, pembangunan Masjid oleh Ya’qub ‘alaihissalam dilakukan 40 tahun setelah pembangunan Masjidil Haram yang dilakukan Ibrahim dan puteranya , Ismail.  Dan pembangunan masjid oleh keduanya itu setelah lahirnya Ishaq, karena ketika berdo’a, Ibrahim ‘alaihissalam memanjatkan dalam doanya seperti yang difirmankan Allah Ta’ala (artinya),
“Dan ingatlah, ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhan-ku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkan aku beserta anak-cucu-ku dari menyembah berhala-berhala.”
“Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati.”
“Ya Tuhan kami, yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepadanya dan berilah rezki kepada mereka dari buah-buahan.  Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan.  Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.”
“Segala puji bagi Allah Yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tuaku Ismail dan Ishaq.  Sesungguhnya Tuhan-ku benar-benar Mahamendengar (Memperkenankan)  do’a.”
“Ya Tuhan kami, berilah ampun kepadaku dan kepada kedua Ibu-Bapakku serta orang-orang mukmin pada hari terjadinya Hisab (Hari Kiamat).”  (Ibrahim;  35-41)
(Bersambung, In-syaa Allah)

oOo
(Disadur bebas dari kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar