(Hijrah Nabi Ibrahim ke Syiria Kemudian Menetap di Tanah Suci)
بسم الله الر حمان الر حيم
Berkenaan dengan hal ini , Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya),
“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya.
Dan Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya aku akan pindah ke tempat yang
diperintahkan Tuhan-ku kepadaku.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq
dan Ya’qub, dan Kami jadikan Kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. Dan Kami berikan kepadanya balasan di
dunia. Dan sesungguhnya di akhirat ia
benar-benar termasuk orang-orang yang shalih.”
(Al-Ankabut; 26-27), dan
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri (Syam / Syiria)[1]
yang Kami telah memberkahinya
untuk sekalian manusia. Dan Kami telah
memberikan kepadanya (Ibrahim), Ishaq dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah dari
Kami. Dan masing-masing (mereka) Kami
jadikan orang-orang yang shalih. Kami
telah menjadikan mereka itu sebagai Pemimpin-pemimpin yang memberi Petunjuk
dengan perintah Kami dan telah Kami Wahyukan kepada mereka untuk mengerjakan
kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka
selalu menyembah.” (Al-Ambiya’; 71-73)
Setelah Nabi Ibrahim
meninggalkan kaumnya atas perintah Allah ‘Azza
wa Jalla dan hijrah dari hadapan mereka, sedang isterinya seorang yang
mandul, sehingga ia tidak mempunyai anak seorang pun. Tetapi yang ikut bersamanya adalah
keponakannya, Luth bin Haran bin Azar
(Tarikh). Kemudian Allah Ta’ala menganugerahkan kepadanya
anak-anak yang shalih, dan Dia menjadikan Kenabian dan Al-Kitab kepada
keturunannya, dan setiap Al-Kitab yang diturunkan dari langit kepada seorang
Nabi setelahnya adalah kepada seseorang dari keturunannya. Yang demikian itu merupakan bentuk penghormatan yang besar baginya.
Dia tinggalkan Negeri, keluarga dan kaum kerabatnya menunju ke suatu
negeri yang menjadikannya tenang beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berdakwah ke jalan-Nya.
Negeri yang dituju adalah Syiria,
yang oleh Allah ‘Azza wa Jalla secara
khusus disebut “Ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian
manusia.” (A-Ambiya’; 71)
Demikian yang dikemukakan oleh
Ubay bin Ka’ab, Abu Aliyah, Qatadah dan yang lainnya.
Diriwayatkan dari Al-Aufi dari
Ibnu Abbas, mengenai firman-Nya, “Ke sebuah negeri yang Kami telah
memberkahinya untuk sekalian manusia,” ia mengatakan, yaitu Makkah,
tidakkah engkau mendengarkan firman Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya
rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia adalah Baitullah
di Makkah yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi sekalian manusia.” (Ali-Imran; 96)
Imam Al-Bukhari meriwayatkan,
Muhammad bin Mahbub memberitahu kami, Hamad bin zaid memberitahu kami, dari
Ayyub, dari Muhammad, dari Abu Hurairah, ia mengatakan,
“Ibrahim tidak pernah berbohong
kecuali tiga kali; Dua kali diantaranya berkenaan dengan Dzat Allah, yaitu
firman-Nya, ‘Sesungguhnya aku sakit.’ Dan
firman-Nya, ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya.’ Kemudian Abu Hurairah melanjutkan,
dan pada suatu hari ketika ia sedang bersama Sarah, tiba-tiba datang seorang
Penguasa Lalim. Dikatakan kepadanya, ‘Di
sini ada seseorang yang bersamanya (Ibrahim) seorang wanita yang sangat
cantik. ‘Kirimkan orang kepadanya untuk
menanyakan siapakah wanita itu sebenarnya.’ Ia bertanya (kepada Ibrahim), ‘Siapakah
wanita ini?’ Ibrahim menjawab, ‘Ia
adalah saudara perempuanku.’
Lalu Ibrahim mendatangi Sarah
seraya berkata, ‘Hai Sarah, di muka bumi ini tidak ada orang yang beriman selain diriku
dan dirimu, dan orang itu menanyakan kepadaku tentang dirimu, maka kuberitahukan
bahwa engkau adalah saudara perempuanku.
Maka janganlah engkau berbohong
padaku (menyelisihiku).’
Kemudian dikirim utusan kepada
Sarah. Ketika Sarah menemui Ibrahim,
Ibrahim langsung menariknya dengan kuat, lalu Ibrahim berkata, ‘Berdo’alah kepada Allah untukku, aku tidak akan mencelakaimu.’ Maka Sarah pun berdo’a kepada Allah, lalu
Ibrahim melepaskannya. Setelah itu ia
menariknya kembali, dengan genggaman yang lebih kuat seraya mengatakan, ‘Berdo’alah
kepada Allah untukku, dan aku tidak akan mencelakaimu.’ Sarah pun berdo’a, lalu Ibrahim melepaskannya
Kemudian penguasa itu memanggil
sebagian dari pengawalnya dan mengatakan, ‘Kalian tidak membawa manusia
kepadaku, tetapi membawa syaithan (yang tampak olehnya). Jadikanlah ia (Sarah) sebagai budak Hajar.’
Selanjutnya Sarah mendatangi
Ibrahim ketika ia (Ibrahim) tengah mengerjakan Shalat. Lalu Ibrahim memberikan Isyarat dengan
tangannya, bagaimana khabarnya? Sarah
menjawab, ‘Allah telah menolak tipudaya orang-orang kafir, dan aku bertugas
mengabdi kepada Hajar.’”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Itulah
Ibumu, hai Bani ma’us sama’”
Ibnu Habi Hatim menceritakan,
ayahku memberitahu kami, Sufyan memberitahu kami, dari Ali bin Said bin Jud’an,
dari Abu Nadrah, dari Abu Sa’id, ia menceritakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda berkenaan dengan tiga kalimat
yang diucapkan Ibrahim,
“Tidak satupun dari ketiga kalimat itu, melainkan untuk mempertahankan
Agama Allah. Ia (Ibrahim) mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sakit.’ Dia juga berucap, ‘Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya.’ Dan ia pun berkata ketika seorang
Raja meminta isterinya, ‘Ia adalah sadara perempuanku.’” Dengan demikian ucapannya, ‘Ia
adalah saudara perempuanku,’ adalah saudara dalam Agama (seiman). Dan ucapannya kepada Sarah, ‘Sesungguhnya
tidak ada seorang mukmin pun di muka bumi ini kecuali diriku dan dirimu,’
yaitu “satu pasang” suami isteri yang
beriman kecuali aku dan kamu.
Dan ucapan Ibrahim kepada Sarah
ketika ia kembali menemui Ibrahim, “Mahyam?” yang berarti, bagaimana
khabarnya? Sarah menjawab, “Sesungguhnya
Allah telah menolak tipudaya orang-orang kafir.”
Sebelum membawa Sarah menemui
Raja, Ibrahim ‘Alaihissalam
mengerjakan Shalat dan berdo’a kepada Allah ‘Azza
wa Jalla, memohon agar Dia menjaga keluarganya dan menjauhkan orang-orang
yang akan mencelakai keluarganya. Hal
yang sama juga dilakukan oleh Sarah.
Ketika musuh Allah hendak berbuat jahat kepada mereka, Sarah berwudhu’
dan mengerjakan Shalat serta berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla, seperti yang telah dikemukakan. Karena Allah Ta’ala berfirman (artinya),
“Dan jadikanlah Sabar dan Shalat
sebagai penolongmu.” (Al-Baqarah; 45)
Maka Allah pun melindungi dan
menjaganya, sebagaimana keterlindungan hamba dan Rasul-Nya Ibrahim ‘Alaihissalam. Dalam beberapa atsar, penulis Ibnu Katsir mendapatkan, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menyingkap “Tirai
penutup” antara Ibrahim dan Sarah, sehingga Ibrahim bisa melihat Sarah ketika
berada di hadapan Raja. Ibrahim juga
melihat bagaimana Allah melindungi Sarah dari Sang Raja. Hal itu menjadikan hati Ibrahim lebih baik
dan tenang, karena sesungguhnya Ibrahim sangat mencintai Sarah. Kecintaannya itu didasarkan pada keta’atan
Sarah pada Agama, kedekatannya serta kecantikannya.
Ada yang mengatakan, bahwasanya
tidak ada seorang wanita pun setelah Hawa, sampai pada zaman Sarah hidup yang paling
cantik melebihi dirinya.
Selanjutnya Ibrahim kembali
pulang dari Negeri Mesir ke Negeri Tayamun,
tempat dimana ia dulu pernah tinggal sebelum itu. Bersama Ibrahim terdapat berbagai macam
binatang ternak, budak, dan harta benda yang melimpah dengan ditemani oleh Hajar.
Kemudian Luth ‘Alaihissalam
membawa sedikit dari kekayaan Ibrahim yang melimpah itu, atas perintah Ibrahim
ke sebuah daerah yang dikenal dengan Gharzaghar,
lalu ia singgah di kota Sadum[2]
yang merupakan Ibukota Negeri itu, sedangkan penduduknya terdiri dari
orang-orang yang jahat lagi kafir.
Lalu Allah ‘Azza wa Jalla mewahyukan kepada Ibrahim ‘Alaihissalam; agar Beliau ‘Alaihissalam melepaskan pandangannya,
dan melihat ke Arah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kemudian Dia memberitahukan, “Bahwa bumi ini
secara keseluruhan akan Aku berikan kepada orang-orang setelahmu hingga akhir
zaman, dan Aku akan memperbanyak anak keturunanmu, hingga mereka berjumlah sama
seperti jumlah tanah di bumi ini”.
Khabar gembira tersebut sampai
juga kepada ummat Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, bahkan lebih sempurna dan tidak ada yang lebih besar
darinya.
Hal itu diperkuat oleh Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
(artinya),“Sesungguhnya Allah telah
mengumpulkan bumi untukku, sehingga aku dapat menyaksikan belahan Timur dan
Baratnya, dan apa yang dikumpulkan-Nya untukku akan sampai kepada ummatku.”
Ahli sejarah menyebutkan, kemudian sekelompok Penguasa Zhalim mengejar Luth dan menangkapnya. Selanjutnya mereka mengambil harta benda yang dibawanya dan menggiring hewan ternaknya. Kemudian berita tentang hal itu didengar oleh Ibrahim ‘Alaihissalam, maka ia langsung berangkat menemui Para Penguasa tersebut yang berjumlah 318 orang. Kemudian ia meminta agar Luth dibebaskan dan harta bendanya dikembalikan. Lalu Ibrahim membunuh banyak musuh Allah dan Rasul-Nya, dan mengggiring mereka sampai ke sebelah Selatan Damaskus. Wallahu A’lam.
Ahli sejarah menyebutkan, kemudian sekelompok Penguasa Zhalim mengejar Luth dan menangkapnya. Selanjutnya mereka mengambil harta benda yang dibawanya dan menggiring hewan ternaknya. Kemudian berita tentang hal itu didengar oleh Ibrahim ‘Alaihissalam, maka ia langsung berangkat menemui Para Penguasa tersebut yang berjumlah 318 orang. Kemudian ia meminta agar Luth dibebaskan dan harta bendanya dikembalikan. Lalu Ibrahim membunuh banyak musuh Allah dan Rasul-Nya, dan mengggiring mereka sampai ke sebelah Selatan Damaskus. Wallahu A’lam.
Setelah itu Beliau kembali pulang
ke Negerinya dengan membawa kemenangan, dan Beliau disambut oleh Raja-Raja Baitul Maqdis, dengan memberikan rasa
hormat dan dalam keadaan tunduk kepada Beliau.
Hingga akhirnya Beliau pun tinggal di Negeri tersebut.
(Bersambung, In-Syaa Allah)
oOo
(Disadur bebas dari Kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah
)
__________________________
__________________________
[1] Yang dimaksud dengan “negeri” disini adalah
Negeri Syam (Syiria), termasuk di dalamnya Palestina. Tuhan memberkahi Negeri itu artinya,
kebanyakan Nabi berasal dari Negeri ini dan tanahnya pun subur.
[2] Sadum adalah sebuah Kota Kuno yang terletak
di Palestina di tepi Laut Mati. Sadum
itulah Negeri kaum Luth ‘Alaihissalam.
Menurut sumber Ahlul Kitab, bahwa Allah Ta’ala telah menghujani Kota Sadum dan juga Kota Amurah dengan api,
akibat kesalahan yang dilakukan oleh penduduknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar