Selasa, 10 April 2018

MAYORITAS? "Ntar, dulu..."




بسم الله الر حمان الر حيم

Al-‘Allaamah, Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dan para ‘Ulama Rabbani lainnya berkata, “Kebanyakan dari manusia dikecam oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an.”

Dibawah ini kami petikkan beberapa ayat di antaranya (artinya);
1.       I. “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.  Yang mereka ikuti (itu) hanya prasangka belaka dan mereka hanyalah membuat-buat kebohongan (terhadap Allah).  (Al-An’am (6);  116)
2.       II. “...Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah terhadap tanda-tanda kekuasaan Kami"  (Yunus;  92)
3.       III. “Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman, meskipun engkau sangat menginginkannya.  (Yusuf (12);  103)
4.       IV. “Mereka (para Jin itu) bekerja untuk Sulaiman, sesuai dengan apa yang dikehendakinya, diantaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) laksana kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku).  Bekerjalah wahai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah).  Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.  (Saba’ (34);  13)
5.       V. “Dia (daud) berkata, ‘Sungguh dia telah berbuat zhalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya.  Memang banyak diantara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zhalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.’  Dan Daud menduga (menyangka) bahwa Kami mengujinya, maka dia memohon ampunan kepada Tuhan-nya, lalu menyungkur sujud dan bertaubat.”  (Shad (38);  24), 
"...Dan kebanyakan mereka (manusia) benci terhadap kebenaran.(Al-Mu'minuun;  70), dan lain-lain.
Pertanyaan pentingnya adalah, “Kenapa mereka dikecam oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?”  
Jawabannya bisa ditemukan dari berbagai sisi, antara lain;
A.      A. Karena mereka tidak menghiraukan Aturan dan Tuntunan yang telah disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya (Al-Qur’an dan Sunnah).
B.      B. Mereka lebih suka mengikuti prasangka (dugaan) dan mayoritas manusia daripada mengikuti kebenaran (Al-Qur’an dan As-Sunnah).  Menyangka dengan mengikuti kebanyakan manusia berarti telah berada di jalur yang benar (aman). Atau, lebih mementingkan "Persatuan" (menurut versi mereka) dan melalaikan "Amar ma'ruf Nahi munkar" {Mengajak kepada kebaikan (kebenaran) dan mencegah dari kemungkaran (kebathilan) / kesesatan}.  Jadi, bukan "Wa'tashimu bihablillah" (Bersatu di atas kebenaran / jalan Allah) seperti yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan.
(Baca artikel, JANGAN JADI 'PEMBEO', dan MANHAJ)
C.      C. Mereka lebih mendahulukan Akal dan Nafsu daripada mengikuti Wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).
(Baca artikel CELAAN TERHADAP NAFSU)
D.      D. Mereka lebih percaya (yakin) terhadap ucapan para da’i dan syaikh-nya daripada Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Hadits-hadits Rasullullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, meskipun ucapan-ucapan para da’i dan syaikh tersebut bertentangan dengan kebenaran (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
(Baca artikel, PARA PENYEMBAH DA’I dan PARA DA’I YANG MENYERU KE JAHANNAM)
E.       E. Mereka mencukupkan diri dengan perkataan para da’i tersebut (tanpa mempertanyakan lagi), tidak ada keinginan untuk mempelajari / menyelidiki lebih jauh “Hakikat Kebenaran” yang disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
F.       F. “Euforia” {perasaan bangga yang semu / berlebihan (KBBI)} semata dalam beragama. Tanpa mensyukuri nikmat Islam, Iman dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. 
Mereka sering berkata, bahkan mempunyai Slogan "Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah", akan tetapi "hakikat"nya mereka kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah berdasarkan "Hawa Nafsu dan Akalnya serta Ta'ashshub (Fanatik Kelompok) / Taqlid", bukan dengan Ilmu dan Iman, serta pemahaman para Sahabat (Isyarat dari perkataan Asy-Syaikh Ibn Utsaimin, Asy-Syaikh Salih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Abdullah bin Humaid, Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid, dan banyak 'ulama Rabbani lainnya ).  Atau, mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebathilan (dengan alasan "menjaga persatuan" / toleransi yang salah dalam beragama).
Dan lain-lain.

(Baca artikel tentang 'Ulama Ahlussunnah Tidak Merekomendasi 'Ihya At-Turats', dan NIKMAT)    


Renungan;
“...Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati yang berada di dalam dada.”  (Al-Hajj (22);  46)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”  (Yunus (10);  57)      
"Manusia tidak akan ditanya tentang Qadha' dan Qadar yang telah ditetapkan bagi dirinya sejak zaman azali, tetapi mereka akan ditanya tentang, kenapa kamu perbuat ini, dan itu, hingga apa yang terbetik di dalam hatinya."  ('Ulama)
(Baca juga artikel QALBU (HATI), dan BERHATI-HATI DALAM MEMILIH TEMAN, serta puisi Inilah DUNIA)

oOo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar