Al-‘Allaamah,
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dan para ‘Ulama Rabbani lainnya berkata,
“Kebanyakan dari manusia dikecam oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
banyak ayat dalam Al-Qur’an.”
Dibawah ini kami petikkan beberapa ayat di antaranya (artinya);
1. I. “Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia
di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang
mereka ikuti (itu) hanya prasangka belaka dan mereka hanyalah membuat-buat kebohongan (terhadap Allah).” (Al-An’am (6); 116)
2. II. “...Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah terhadap tanda-tanda kekuasaan Kami" (Yunus; 92)
3. III. “Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman, meskipun engkau sangat menginginkannya.” (Yusuf
(12); 103)
4. IV. “Mereka (para
Jin itu) bekerja untuk Sulaiman, sesuai dengan apa yang dikehendakinya,
diantaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring
yang (besarnya) laksana kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas
tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud,
untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang
bersyukur.” (Saba’ (34); 13)
5. V. “Dia
(daud) berkata, ‘Sungguh dia telah berbuat zhalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang
banyak diantara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zhalim kepada yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan; dan hanya sedikitlah
mereka yang begitu.’ Dan Daud menduga
(menyangka) bahwa Kami mengujinya, maka dia memohon ampunan kepada Tuhan-nya,
lalu menyungkur sujud dan bertaubat.” (Shad
(38); 24),
"...Dan kebanyakan mereka (manusia) benci terhadap kebenaran." (Al-Mu'minuun; 70), dan lain-lain.
Pertanyaan pentingnya adalah, “Kenapa mereka dikecam oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala?”
Jawabannya bisa ditemukan dari berbagai
sisi, antara lain;
A. A. Karena mereka tidak menghiraukan Aturan dan Tuntunan yang telah disampaikan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul-Nya (Al-Qur’an dan Sunnah).
B. B. Mereka
lebih suka mengikuti prasangka (dugaan)
dan mayoritas manusia daripada
mengikuti kebenaran (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Menyangka dengan mengikuti kebanyakan manusia berarti telah berada di jalur yang benar (aman). Atau, lebih mementingkan "Persatuan" (menurut versi mereka) dan melalaikan "Amar ma'ruf Nahi munkar" {Mengajak kepada kebaikan (kebenaran) dan mencegah dari kemungkaran (kebathilan) / kesesatan}. Jadi, bukan "Wa'tashimu bihablillah" (Bersatu di atas kebenaran / jalan Allah) seperti yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan.
(Baca artikel, JANGAN JADI 'PEMBEO', dan MANHAJ)
C. C. Mereka lebih mendahulukan Akal dan Nafsu daripada mengikuti Wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah).
(Baca artikel CELAAN TERHADAP NAFSU)
(Baca artikel CELAAN TERHADAP NAFSU)
D. D. Mereka lebih percaya (yakin) terhadap ucapan
para da’i dan syaikh-nya daripada Firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan Hadits-hadits Rasullullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, meskipun ucapan-ucapan para da’i dan syaikh tersebut bertentangan dengan kebenaran (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
(Baca artikel, PARA PENYEMBAH DA’I dan PARA
DA’I YANG MENYERU KE JAHANNAM)
E. E. Mereka mencukupkan diri dengan perkataan para da’i tersebut (tanpa mempertanyakan
lagi), tidak ada keinginan untuk mempelajari / menyelidiki lebih jauh “Hakikat
Kebenaran” yang disampaikan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
F. F. “Euforia” {perasaan bangga yang semu / berlebihan (KBBI)} semata dalam beragama. Tanpa mensyukuri nikmat Islam, Iman dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Mereka sering berkata, bahkan mempunyai Slogan "Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah", akan tetapi "hakikat"nya mereka kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah berdasarkan "Hawa Nafsu dan Akalnya serta Ta'ashshub (Fanatik Kelompok) / Taqlid", bukan dengan Ilmu dan Iman, serta pemahaman para Sahabat (Isyarat dari perkataan Asy-Syaikh Ibn Utsaimin, Asy-Syaikh Salih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Abdullah bin Humaid, Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid, dan banyak 'ulama Rabbani lainnya ). Atau, mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebathilan (dengan alasan "menjaga persatuan" / toleransi yang salah dalam beragama).
Dan lain-lain.
(Baca artikel tentang 'Ulama Ahlussunnah Tidak Merekomendasi 'Ihya At-Turats', dan NIKMAT)
Mereka sering berkata, bahkan mempunyai Slogan "Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah", akan tetapi "hakikat"nya mereka kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah berdasarkan "Hawa Nafsu dan Akalnya serta Ta'ashshub (Fanatik Kelompok) / Taqlid", bukan dengan Ilmu dan Iman, serta pemahaman para Sahabat (Isyarat dari perkataan Asy-Syaikh Ibn Utsaimin, Asy-Syaikh Salih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Abdullah bin Humaid, Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid, dan banyak 'ulama Rabbani lainnya ). Atau, mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebathilan (dengan alasan "menjaga persatuan" / toleransi yang salah dalam beragama).
Dan lain-lain.
(Baca artikel tentang 'Ulama Ahlussunnah Tidak Merekomendasi 'Ihya At-Turats', dan NIKMAT)
Renungan;
“...Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati yang berada di dalam dada.” (Al-Hajj (22); 46)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (Yunus (10); 57)
"Manusia tidak akan ditanya tentang Qadha' dan Qadar yang telah ditetapkan bagi dirinya sejak zaman azali, tetapi mereka akan ditanya tentang, kenapa kamu perbuat ini, dan itu, hingga apa yang terbetik di dalam hatinya." ('Ulama)
(Baca juga artikel QALBU (HATI), dan BERHATI-HATI DALAM MEMILIH TEMAN, serta puisi Inilah DUNIA)
(Baca juga artikel QALBU (HATI), dan BERHATI-HATI DALAM MEMILIH TEMAN, serta puisi Inilah DUNIA)
oOo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar