Kamis, 26 April 2018

Kisah Nabi MUSA 'alaihissalam (4)

(Q A R U N)




بسم الله الر حمان الر حيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya),
Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.  (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, ‘Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.’”  (Al-Qashash;  76)
“Qarun berkata, ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.’  Dan apakah dia tidak mengetahui , bahwa Allah sungguh telah membinasakan ummat-ummat sebelumnya yang lebih kuat darinya dan lebih banyak mengumpulkan harta?  Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.”  (Al-Qashash;  78)
Al-‘Amasy meriwayatkan, dari Al-Minhal bin Amr, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia menceritakan, “Qarun adalah anak Paman Musa.”
Hal yang sama juga dikemukakan Ibrahim Al-Nakhari, Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, Samak bin Harab, Qatadah, Malik bin Dinar, Ibnu Juraij, dan ia menambahkan, “Ia adalah Qarun bin Yashab bin Qahits.  Sedangkan Musa adalah bin Imran bin Qahits.”
Ibnu Jarir mengatakan, “Yang demikian itu adalah pendapat mayoritas ‘ulama, bahwa ia adalah anak Paman Musa...”
Qatadah mengatakan, “Ia (Qarun) disebut Al-Munawwir karena keindahan suaranya dalam membaca Kitab Taurat, padahal ia adalah Musuh Allah, Munafik seperti halnya Samiri.  Dan akhirnya dibinasakan oleh kesewenangannya, karena merasa memiliki harta yang melimpah.”
Dan Allah ‘Azza wa Jalla menceritakan banyaknya harta simpanan Qarun, sampai-sampai kunci-kuncinya saja sangat berat dipikul oleh sekumpulan orang yang kuat-kuat  (Ada yang mengatakan dari kalangan Algojo).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya), “Maka Qarun keluar kepada kaumnya dalam kemegahannya.”  Banyak ahli tafsir yang menyebutkan, bahwa ia keluar dengan paras dan dandanan yang luar biasa megahnya, yaitu mengenakan pakaian, mengendarai kendaraan, dan menggunakan banyak pengawal.  Ketika orang-orang yang memuja-muja keindahan kehidupan dunia itu melihatnya, maka mereka langsung berangan-angan, seandainya saja mereka bisa seperti diri Qarun.  Dan ketika ungkapan mereka itu didengar oleh para ‘ulama yang memiliki pemahaman yang benar lagi berakal, maka para ‘ulama itu berkata kepada mereka, “Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih.”  Maksudnya, pahala Allah di akhirat itu lebih baik dan lebih abadi serta lebih agung dan tinggi. 
Lebih lanjut Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Dan tidak diperoleh pahala itu kecuali bagi orang-orang yang sabar.”  Maksudnya, tidak ada yang mau menerima nasihat untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat itu ketika melihat keindahan kehidupan dunia, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah ‘Azza wa Jalla serta memiliki keteguhan hati.
Dari kalangan kaumnya  ada beberapa orang yang berusaha menasihatinya, seraya berkata, “Janganlah kamu terlalu bangga,” artinya, janganlah sombong atas apa-apa yang dianugerahkan Allah kepadamu dan jangan pula merasa bangga atas orang lain, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.  Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah padamu (kebahagiaan) Negeri Akhirat.”
Atas nasihat yang diberikan kaumnya itu, Qarun tidak memberikan jawaban kecuali berkata, “Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.”  Artinya, aku (Qarun) tidak membutuhkan apa yang kalian katakan itu, dan tidak juga nasihat yang kalian sampaikan, karena sebenarnya Allah memberikan anugerah ini kepadaku karena Dia tahu bahwa aku memang berhak mendapatkannya.
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya.  Lalu orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata, ‘Semoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun.  Sesungguhnya ia benar-benar diberi keberuntungan yang besar.
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi Ilmu, ‘Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidaklah diperoleh pahala itu melainkan bagi orang-orang yang sabar.’”  (Al-Qashash;  80)
Diceritakan, dari Ibnu Abbas dan Al-Sadi, bahwa Qarun pernah memberi harta kepada seorang wanita pelacur, agar ia mengatakan dihadapan orang banyak kepada Musa ‘alaihissalam, “Sesungguhnya kamu telah berbuat begini dan begitu terhadap diriku (Berzina).”  Maka Musa sangat terkejut dengan tuduhan tersebut, lalu Beliau mengerjakan Shalat dua raka’at.  Setelah itu Beliau menemui wanita itu untuk memintanya bersumpah atas tuduhan yang ditujukan kepada Beliau, dan menanyakan siapa yang berada di balik semua itu.  Maka wanita itu menyebutkan, bahwa Qarun yang telah menyuruhnya melakukan hal tersebut.  Lalu ia (wanita tersebut) memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.
Pada saat itu, Musa langsung tersungkur bersujud, dan kemudian mendoakan keburukan kepada Qarun.  Maka Allah ‘Azza wa Jalla mewahyukan kepada Beliau, “Sesungguhnya Aku telah menyuruh bumi agar mentaatimu untuk membinasakan si Qarun itu.”  Maka, Musa langsung menyuruh Bumi  menelan Qarun beserta tempat tinggalnya.  Wallahu A’lam.
Maka, sungguh indah apa yang dikemukakan para ‘ulama Salaf, “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan mata yang jeli, pada saat menghilangkan Syubuhat (kebathilan yang berkedok kebenaran), dan akal yang sempurna pada saat melawan Nafsu Syahwat.”
Setelah orang-orang yang mengangan-angankan kemewahan dunia itu menyaksikan peristiwa yang dialami oleh Qarun, maka mereka pun menyadari kesalahannya.
Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Abdurahman memberitahu kami, Sa’id memberitahu kami, Ka’ab bin Al-Qamah memberitahu kami, dari Isa bin Hilal Al-Shadafi, Abdullah bin Amr, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya pada suatu hari beliau pernah berbicara tentang shalat, dimana Beliau bersabda (artinya),
“Barangsiapa memeliharanya (Shalat), maka shalatnya itu merupakan cahaya baginya, juga sebagai bukti dan keselamatan pada Hari Kiamat.  Dan barangsiapa yang tidak memeliharanya, maka tidak akan mendapatkan cahaya, burhan serta keselamatan pada Hari Kiamat kelak dan dia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”  (HR. Ahmad, Thabrani dan Ibnu Hibban).
(bersambung, In-sya Allah

oOo
(Disadur bebas dari kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar