Kamis, 26 April 2018

Kisah Nabi IBRAHIM 'Alaihissalam (4)


(Lahirnya ISMA’IL  ‘Alaihissalam)




بسم الله الر حمان الر حيم

Setelah menetap di Baitul Maqdis selama 20 Tahun, Sarah berkata kepada Ibrahim ‘Alaihissalam, “Sesungguhnya Tuhan telah mengharamkan bagiku anak, maka menikahlah dengan ‘Ibu-ku’ ini (Hajar), mudah-mudahan Allah mengaruniakan anak untukmu”
Setelah Sarah memberikan perkenan bagi Ibrahim menikahi Hajar, maka Ibrahim pun segera menikahinya, hingga akhirnya Hajar hamil.  Ketika hamil, Hajar merasa lebih dari Sarah sehingga Sarah cemburu dan mengadukan hal tersebut kepada Ibrahim.  Maka Ibrahim berkata kepadanya, “Lakukan apa saja yang engkau kehendaki terhadapnya.”
Maka Hajar  pun merasa takut, dan melarikan diri hingga akhirnya ia singgah di sebuah sumber air yang terdapat di sana.  Lalu salah seorang Malaikat berkata kepada Hajar, “Janganlah engkau takut, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan anak yang engkau kandung ini menjadi seorang yang baik.”  Setelah itu Malaikat tersebut menyuruhnya pulang kembali sembari memberitahukan,  bahwa anak yang akan dilahirkannya itu berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama ISMA’IL.  Maka Hajar pun bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karunia yang telah Dia berikan kepadanya.
Kahabar gembira tersebut berlaku juga atas kelahiran keturunannya yang lain, yang bernama MUHAMMAD Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang karena Beliaulah ummat Islam ini menjadi Mulia, dan berhasil menguasai berbagai belahan dunia, Barat maupun Timur.  Kepada Beliau (Muhammad) diberikan Ilmu yang Bermanfaat dan Amal Shalih yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya.  Yang demikian itu tidak diperoleh melainkan karena Kemuliaan dan Keutamaan Kerasulan Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibandingkan Rasul-rasul ummat sebelumnya, juga disebabkan Berkah dan Kesempurnaan Risalah Beliau dan Keumuman Kerasulan Beliau bagi seluruh Penduduk di Muka Bumi ini.
Setelah kembali pulang, Hajar pun melahirkan Isma’il ‘Alaihissalam.
Para ahli sejarah menyebutkan, Hajar melahirkan Isma’il ketika Ibrahim telah berusia 86 Tahun, tiga tahun sebelum kelahiran ISHAQ ‘Alaihissalam (dari Sarah).
Setelah Isma’il lahir, Allah ‘Azza wa Jalla mewahyukan kepada Ibrahim berita gembira tentang kelahiran Ishaq dari Sarah.  Maka Beliau pun segera menyungkur-bersujud.  Kemudian Dia berfirman kepadanya, “Aku telah mengabulkan do’amu dengan kelahiran Isma’il, dan Aku limpahkan berkah kepadanya, serta Aku kembang-biakkan ia menjadi keturunan yang sangat banyak.  Dan (melaluinya lahir)  12 orang yang akan Aku jadikan sebagai Pemimpin bagi kaum yang besar itu.”
Keduabelas orang itu adalah Khulafa’ur Rasyidin yang berjumlah 12, yang diberitakan di dalam Hadits Abdul Malik bin Umar, dari Jabir bin Samurah, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau bersabda, “Akan ada 12 Pemimpin.”  Kemudian Beliau mengatakan suatu kalimat yang aku tidak memahaminya.  Lalu aku tanyakan kepada ayahku, ‘Apa makna kalimat tersebut?’  ‘Maknanya, semuanya berasal dari Kaum Quraisy,’ jawab ayahku.”  (Di Riwayatkan Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab “Shahihain” / “Shahih Al-Bukhari” dan “Shahih Muslim”)
Di dalam Riwayat yang lain disebutkan, “Ummat ini akan terus berdiri tegak.” (dalam sebuah Riwayat disebutkan) “Sehingga ada Duabelas Khalifah yang semuanya berasal dari Kaum Quraisy.”
Diantara keduabelas Khalifah tersebut adalah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhuma.  Yang juga termasuk mereka adalah, Umar bin Abdul Azis serta sebagian Bani Abbas.
Keduabelas orang tersebut bukanlah 12 orang Imam yang diyakini oleh Kaum Syi’ah (Rafidhah).  Dimana menurut mereka, urutan pertama dari mereka adalah, Ali bin Abu Thalib dan urutan terakhirnya adalah Al-Muntadzar, yaitu Muhammad bin Hasan Al-Askari.  Padahal orang-orang yang mereka sebutkan itu tidak lebih utama dari Ali bin Abu Thalib dan putera Beliau Hasan bin Ali, ketika pertempuran usai dan pemerintahan diserahkan kepada Mu’awiyah, dan api permusuhan antara kaum muslimin pun segera dipadamkan.
Yang jelas, setelah Hajar melahirkan Isma’il, maka kecemburuan Sarah pun semakin besar.  Kemudian Sarah meminta agar Ibrahim menyuruh Hajar pergi, sehingga wajahnya tidak terlihat lagi oleh Sarah.  Maka Ibrahim pun membawa Hajar pergi bersama anaknya (Isma’il).  Dengan keduanya Ibrahim melintasi berbagai tempat, hingga akhirnya  Ibrahim menempatkan mereka di tempat yang sekarang dikenal dengan Kota Makkah.
Diceritakan, bahwa pada saat itu Isma’il masih dalam keadaan menyusu.
Setelah Ibrahim meninggalkan mereka berdua di tempat tersebut, Hajar mengejarnya dan menarik baju Beliau seraya berkata, “Hai Ibrahim, kemana engkau akan pergi?  Engkau tinggalkan kami di sini, sedangkan kami tidak mempunyai bekal yang cukup.”  Namun, Ibrahim tidak menjawabnya.  Setelah mengulang beberapa kali pertanyaan itu Ibrahim tetap diam, maka Hajar pun berkata, “Apakah Allah Yang memerintahkanmu?”  “Ya,” jawab Ibrahim.  “Jadi, engkau tidak menyia-nyiakan kami,” lanjut Hajar.
Di dalam kitab “Al-Nawarid”, Syaikh Muhammad bin Abi Zaid rahimahullah menceritakan, “Sarah marah kepada Hajar, lalu bersumpah akan memotong tiga dari anggota tubuh Hajar.  Kemudian Ibrahim menyuruhnya agar melubangi kedua telinganya (menindik).”
Al-Suhaili pernah berkata, “Hajar adalah wanita yang pertama kali berkhitan, menindik telinga dan memanjangkan bajunya.”
(Bersambung, In-syaa Allah)

oOo
(Disadur bebas dari kitab “Kisah para Nabi”, Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar