Minggu, 10 November 2024

KEHILANGAN CAHAYA DALAM HIDUP

 


بسم الله الرحمن الرحيم 

Air dan cahaya matahari adalah dua unsur paling penting dalam kehidupan manusia di planet bumi, tanpa keduanya kehidupan manusia di muka bumi bisa dipastikan akan musnah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya);

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak beriman?"
(QS. Al-Anbiya; 30)

Ayat ini menyatakan bahwa air adalah sumber (dasar) kehidupan makhluk.

Demikian pula tanpa cahaya.  Baik cahaya matahari maupun cahaya Wahyu kebenaran dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah, hakikat tujuan hidup manusia jadi sirna, berganti dengan kehidupan ala hewani.  Itulah puncak kegelapan, sekaligus akhir dari umur Dunia (Kiamat)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat An-Nuur, ayat 35 (artinya);

"Allah (Pemberi) cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.  Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang (banyak) berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.  Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengumpamakan hati orang-orang mukmin (beriman) bagaikan sebuah pelita besar yang terdapat dalam suatu lubang (ceruk) yang tidak tembus ke belakang, sehingga mampu memantulkan seluruh cahayanya ke depan (reflektor), menerangi segala sesuatu di sekelilingnya.  Cahaya yang dimaksud adalah cahaya Al-Qur'an dan As-Sunnah di atas cahaya Iman dan fitrah manusia yang memberi penerangan pada setiap jalan yang ditempuh umat manusia.

Di sisi lain, firman-Nya tentang orang-orang yang kehilangan cahaya kehidupan (artinya);

“Atau seperti gelap-gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; Gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir dia tidak dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tidak diberi cahaya oleh Allahtidaklah dia memiliki cahaya sedikit pun.”  
(QS. An-Nuur; 40)

---

Dalam kitab Al-Jawab Al-Kafi li Man Sa’ala an Ad-Dawa’ Asy-Syafi: 
Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menerangkan 13 dampak buruk kehilangan cahaya kebenaran (Al-Qur'an dan As-Sunnah), yang telah kami sadur sebagai berikut;

1. Hilangnya ilmu  
Ilmu adalah cahaya yang disusupkan Allah Subhanahu wa Ta'ala ke dalam hati setiap Muslim, agar mereka mampu membedakan dan memilah-milah antara al-haq dan al-bathil, syubhat (kebatilan yang berkedok / dibungkus dengan tampilan menarik) dengan kebenaran sejati, Kesyirikan dengan Tauhidullah, dan berbagai perbuatan zhalim (dosa) dengan amal shalih.  Sedangkan kebodohan dan maksiat diserupakan dengan kegelapan yang nyaris tanpa cahaya.
Sebab, berbagai perbuatan dosa (maksiat) yang dilakukan oleh manusia akan memadamkan cahaya iman maupun fitrah kemanusiaan yang ditanamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala ke dalam dada manusia.

2. Kekosongan hati
Orang yang banyak melakukan perbuatan dosa, terutama dosa-dosa besar akan mengalami kehampaan hidup.  Kesepian di hati dalam pengertian jauh dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dari para Malaikatnya yang senantiasa menghibur, membimbing, mengingatkan, memberikan nasihat-nasihat (masukan), arahan, serta support ke dalam hati orang-orang beriman.  
Sehingga, meskipun mereka mencoba menghibur hatinya dengan berbagai kesenangan dan kemewahan dunia, tetapi hakikat kebahagiaan hati tidak mereka dapatkan.  Karena urusan hati ini mutlak urusannya Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang membolak-balikkan hati seluruh manusia sekehendak-Nya, dan segala hal yang mempengaruhinya berada di bawah kendali-Nya.

3. Ditimpa Kesulitan Hidup

Seorang pendosa akan ditimpa berbagai urusan yang membuatnya merasa sulit mengarungi kehidupan menempuh jalan-jalan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala

Tetapi dimudahkan melakukan berbagai perbuatan dosa dan maksiat, yang membuatnya semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

(Baca artikel, ENAM ORBIT (LINTASAN) HATI MANUSIA)

Berbeda antara kesulitan hidup yang dialami oleh orang beriman yang merupakan ujian dan kasih sayang Allah (penghapus dosa) yang akan meninggikan maqamnya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan kesulitan (adzab) yang Allah timpakan kepada para pelaku maksiat yang akan menggiringnya pada kehancuran.

4. Kegelapan Hati 

Orang yang mengalami kegelapan di hati akan kesulitan melakukan berbagai kebaikan dan amal shalih.  Mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala larang darinya.

Karena cahaya iman dan fitrah di dalam hati manusia hanya akan bertahan (tetap menyala) bila bahan bakarnya berupa ilmu yang bermanfaat serta amal shalih terus tersedia.  Tanpa itu semua, cahaya iman maupun cahaya fitrah manusia yang dibawa sejak lahir itupun akan padam dengan sendirinya.  Sehingga hatinya menjadi gelap.

5. Memendekkan Umur 

Kerusakan fitrah kemanusiaan dapat memberikan dampak negatif langsung terhadap kesehatan badan (fisik), sehingga memperpendek usia, karena keberkahan hidup telah hilang.  Tetapi juga bukan berarti panjang umur namun banyak berbuat maksiat merupakan sebuah keberuntungan, malah menabung (memperberat adzab) nanti di Akhirat.  

Yang paling baik adalah, umur panjang diisi dengan berbagai keta'atan dan amal shalih.  Atau paling tidak pendek umur tetapi berkah di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

(Baca artikel, PERTOLONGAN WAKTU)

6. Terjerumus dalam Berbagai Perbuatan Dosa

Maksudnya, orang yang terbiasa melakukan dosa akan terus berkubang dan berkutat dengan perbuatan buruk lainnya.  Karena balasan Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuai dengan amal yang dikerjakan, sebagai tindakan yang adil dariNya.  Keburukan dengan keburukan yang lain, dan kebaikan dengan kebaikan yang lain yang ujung-ujungnya menggiring manusia ke salah satu tempat tujuan penciptaan dirinya (Surga atau Neraka).

7. Mencegah Pertaubatan 

Dosa itu ibarat candu yang membuat ketagihan.  Kecenderungan melakukannya berkali-kali, lagi dan lagi, sehingga menunda-nunda Taubat.

Kecuali orang-orang yang diberi petunjuk (hidayah) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memudahkannya untuk bertaubat (Inabah).  Kalau tidak, maka selamanya dia akan menjadi tawanan Syaitan dan Iblis laknatullah.

(Baca artikel, PUNCAK PENJAJAHAN)

8. Bangga dengan Perbuatan Dosa 

Tumpukan dosa demi dosa akan menghilangkan rasa malu, mengeraskan hati, membutakan, dan terbalik-balik dalam menilai segala sesuatu.  Kebaikan dan amal shalih yang seharusnya melapangkan dada akan terasa sebagai sesuatu yang berat dan menyempitkan dada (menyiksa).  Sementara berbagai dosa dan maksiat menjadi sebuah kegemaran, bahkan dibangga-banggakan kepada pelaku maksiat lainnya.  Yang demikian ini merupakan karakter Iblis yang biasa memuji-muji siapa saja yang lebih besar maksiatnya.  Siapa yang paling besar pengingkarannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala akan semakin disayang oleh Iblis dan diberikan berbagai fasilitas untuk melakukan peberbuatan yang lebih ingkar lagi, guna menjerumuskan sebanyak-banyaknya manusia ke Neraka Jahannam.

9. Menjatuhkan Derajat di Mata Allah Subhanahu wa Ta'ala 

Orang yang kerap dan gemar melakukan maksiat akan menurunkan maqamnya di Mata Allah Subhanahu wa Ta'ala hingga ia berada pada posisi yang paling rendah (hina); Sijjin.  

10. Mewariskan Kehinaan dan Merusak Akal-Pikiran 

Dosa, terutama Syirik dan dosa-dosa besar lainnya akan menjadikan pelakunya sebagai pewaris kehinaan.  Merusak pikiran (akal sehat) karena mata hatinya telah buta, sehingga ia akan berjalan di permukaan bumi ini sebagai Syaithan yang berwujud manusia.

11. Menyebabkan Bencana Gempa

Perbuatan dosa dan maksiat tidak hanya mengundang kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi juga para Malaikat dan orang-orang shalih, sehingga menimbulkan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, banjir besar, gunung meletus, tsunami dan lain sebagainya.

12. Membutakan Mata Hati 

Kebutaan mata hati yang paling parah adalah ketidak mampuan memandang kehidupan masa depan (kampung Akhirat).  Hatinya telah ditawan oleh gemerlap dunia dengan segala kesibukannya.

Dinding dunia yang begitu tebal (tujuh lapis) menghalangi pandangannya menembus jauh ke masa depan (Akhirat).

13. Menghancurkan Sendi-sendi Kehidupan Bernegara 

Kebaikan hidup bernegara hanya akan tercipta bila ditopang oleh pemimpin yang amanah, adil dan menyayangi rakyatnya.  Yang mendengarkan nasihat para 'ulama, sehingga seiring sejalan dengan mereka.
Tetapi bila pemimpinnya zhalim dan bodoh (tidak mengenal dan takut terhadap hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala), berlaku curang terhadap rakyat, dan tidak menghiraukan nasihat para 'ulama, maka akan runtuhlah sendi-sendi kehidupan bernegara, berbagai maksiat akan merajalela serta kejahatan terjadi dimana-mana.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (artinya);
"...Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah Hari Kiamat."

oOo

(Pen blog, dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar